~ Maaf atas perjalanan yang tidak sempurna, namun percayalah untukmu ku jual dunia. ~
•••
"Kalian, keluargaku yang tersisa."
Azhiva membenci ibu nya, membenci hal apapun yang membuat wanita itu meninggalkan dia dan adik-adiknya sampai hari ini, ter...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🌸🌸🌸
Beberapa hari berlalu cepat, namun tetap terasa melelahkan, khususnya untuk Azhiva. Karena sudah satu minggu ini dia harus bekerja full dalam satu hari dan satu minggu itu. Pagi sampai sore di Cafe Himawari, lalu, malamnya mengisi live music di Cafe Serenity milik Fresha.
Kadang, semua itu terasa begitu melelahkan, namun di satu sisi Azhiva memang harus melakukan nya agar adik-adik nya tetap bisa melanjutkan pendidikan. Entah bagaimana dia bisa seperti ini, Azhiva hanya memiliki keyakinan bahwa semua hal ada jalannya.
"Karin, kamu harus sembuh ya. Aku kesepian gak ada kamu," gumam Cethava.
Gadis itu sekarang berada dirumah sakit tempat Karina di rawat. Sudah sejak pertama kali masuk rumah sakit, kondisinya tak kunjung membaik. Bahkan sejauh ini Cethava belum lagi bertemu secara langsung dengannya, sebab Karina di jaga oleh seseorang yang di pekerjakan oleh Naze. Naze tidak mengizinkan Karina di temui oleh siapapun tepatnya.
Cethava hanya berdiri di depan ruangan, menatap Karina dari jendela ruangan yang mungkin hanya dapat terlihat sedikit.
"Ada apa kamu kesini?"
Cethava sedikit terperanjat, suara yang baru saja terdengar mengagetkan nya. Gadis itu menoleh, melihat dengan jelas sosok wanita yang sebenarnya sudah lama dia rindukan. Seseorang yang sepertinya sudah tidak mengenali dia lagi.
"Ib- em, tante. Aku mau ketemu Karin. Boleh?"
Wanita itu menggeleng. "Saya tidak terima siapapun untuk menjenguk Karin, lebih baik kamu pulang."
"Aku janji gak akan ganggu Karin kok tante. Aku cuma mau jenguk aja."
"Kamu dengar kan apa yang saya bilang tadi? Apa perlu saya ulangi?" tegasnya.
Cethava menghela napas dalam, gadis itu menundukkan pandangan. Rasanya memang semenyesakkan ini saat melihat ibunya sendiri tidak mengenali dirinya.
"Maaf ya tante."
"Iya."
Naze, wanita itu menatap tajam Cethava. "Saya sangat berterimakasih karena kamu dan kakakmu sudah menolong Karin. Tapi mulai sekarang tolong jangan temui Karin lagi."
Saat Naze akan berjalan pergi, Cethava memberanikan diri untuk menatap punggungnya. "Kenapa? Kenapa tante seperti benci sama aku dan kakak ku? Kita kan sudah membantu anaknya tante."
"Lalu? Kamu mau imbalan? Apa? Berapa? Biar saya kasih."
"Nggak. Aku cuma mau tahu kenapa tante benci kami. Apa karena kakakku mengira bahwa tante adalah ibu kami? Kalau memang bukan, kenapa tante seperti ini? Seharusnya tante bisa biasa saja menanggapinya," jelas Cethava.