156. Kepercayaan

245 42 3
                                    

Tanah hitam terinjak di bawah kaki putih telanjang. Elohim, yang berjalan maju melewati asap mendung, mendongak dan melihat sekeliling dengan santai.

Itu adalah tempat tandus di mana tidak ada kehidupan yang tumbuh. Langit diselimuti kegelapan dan tidak memiliki setitik cahaya pun, dan asap menyesakkan memenuhi pandangan seseorang.

Meski begitu, Elohim tidak berhenti dan terus bergerak maju. Saat dia mendekati tepi tebing, dia membuka mulutnya dengan wajah sedih. “Kamu terus seperti ini, nak.”

Orang lain, yang berdiri di tepi tebing dan menunduk, perlahan mengangkat kepalanya. Suara deburan ombak yang menghantam bebatuan bergema.

"Kamu terlalu memaksakan diri."

“Memaksakan diri?” tanya Cheon Sayeon sinis, melihat ke belakang dari laut hitam seperti tinta. Cahaya terang memancar dari Elohim saat dia berdiri di tengah kegelapan yang suram. “Aku tidak membutuhkan kekhawatiranmu.”

“Mmh...” Elohim, yang menghadap Cheon Sayeon, menyentuh bibirnya dengan senyum bermasalah. "Kamu terlihat cukup kacau."

"Bagaimana itu mungkin?" Cheon Sayeon mengangkat bahunya, berpura-pura tidak tahu apa yang dia bicarakan, namun dia memiliki lingkaran hitam tebal di bawah matanya dan ada rasa lelah tak terlukiskan dalam suaranya.

“Kamu hanya tidur saat kamu bertemu denganku.”

“Aku ingin tahu berapa kali kamu menyebutkan itu sebelumnya.” jawab Cheon Sayeon datar, dia melambaikan tangannya untuk menunjukkan bahwa dia sudah selesai dengan topik itu. Dia mengalihkan fokusnya, “Bagaimana dengan Han Lee Gyeol?”

"Tentu saja, dia baik-baik saja." Elohim menjawab dengan lembut meskipun tahu bahwa bukan itu yang dia tanyakan. Pada saat yang sama, tanah sedikit berguncang dan retak di beberapa tempat.

"Begitukah?" Cheon Sayeon tertawa pahit, mengetuk tanah yang retak dengan sepatunya, dan melanjutkan, “Jadi dia baik-baik saja setelah meninggalkan rumah?”

“Kamu berpikir aku bohong.” Elohim, yang menatap Cheon Sayeon sejenak, mengerjap pelan. "Bagi Han Lee Gyeol, berada disisimu bukanlah rumah."

"......"

“Aku penasaran. Bagaimana kamu membohongi diri sendiri dengan berpikir begitu?”

Suara gemuruh secara bertahap semakin keras. Saat tanah berguncang dan retak, kondisi Cheon Sayeon menjadi semakin tidak stabil.

"Ruang dimana Han Lee Gyeol tinggal adalah... tempat teraman untuk berada dalam situasi itu." Tanggapan Cheon Sayeon terhadap pertanyaan Elohim tampaknya benar-benar tidak bisa dimengerti. "Selain makanan, pakaian, dan tempat tinggal, aku juga memberinya orang-orang yang berguna agar dia bisa menggunakannya dengan tepat."

Ombak menjadi lebih kuat. Puing-puing tebing yang retak akibat gempa jatuh dan terlempar ke air hitam.

"Apa maksudmu aku membohongi diriku sendiri?" Cheon Sayeon bertanya dengan tajam, anting-anting merahnya berkilauan dibawah rambut hitamnya.

Kugugung!

Selain tebing dimana Elohim dan Cheon Sayeon berdiri, semua tanah berangsur-angsur runtuh dan ditelan kegelapan.

Mimpi itu berakhir lebih cepat dari yang diharapkan. Memanggil Elohim ke dalam mimpinya sendiri menghabiskan banyak energi, tetapi peringkat SS mampu mempertahankannya selama sekitar satu jam.

Namun, Cheon Sayeon saat ini tidak dalam kondisi yang baik sehingga itu bahkan tidak bisa bertahan selama 20 menit.

"Nak, ada banyak hal yang kamu lewatkan, tapi biarkan aku memberitahumu dua hal..."

Aku Tidak Menginginkan Reinkarnasi Ini Pt. 2 [Stopped]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang