162. Mawar Sang Pangeran Kecil

225 35 0
                                    

“Aku tidak memberitahumu semuanya kemarin, tapi tidak ada hal baik yang keluar dari ketergesaan,” kata Elohim, meletakkan hotcake yang ditaburi buah-buahan dan sirup di atas meja. “Memang benar kalau kita akhirnya harus menghentikan Kali, tapi kamu punya banyak hal penting yang harus dilakukan lebih dulu.”

“Hal penting?”

“Itu ada hubungannya dengan mengapa kamu menerima harga pertama.”

“Maksudmu buku merah yang kulihat di perpustakaan lantai dua?”

“Betul. Aku yakin kamu penasaran dengan latar belakangnya, serta apa yang terjadi setelah buku ke empat Abyss.”

Tentu saja itu yang membuatku penasaran. Aku pun menanyakan apa yang ada di pikiranku sejak kemarin.

“El. Kalau Elatha yang menulis Abyss, dimana karakter utamanya adalah Ha Taehoon-ssi... apakah buku merah yang kulihat memiliki karakter utama juga?”

“Tentu saja.”

Sudah kuduga memang ada. Pikiranku dengan cepat menjadi rumit.

“Maafkan aku, tapi aku tidak bisa membiarkanmu membaca buku itu sendiri, kalau tidak, kamu harus membayar harga lain. Tapi aku bisa memberitahumu kenapa hal-hal ini terjadi. Untuk sekarang tidak bisa, mungkin nanti.” Elohim menyodorkan hotcake kepadaku lagi, dan menambahkan dengan penuh kasih sayang. “Makanlah. Memakan permen dan memimpikan masa lalu mengonsumsi lebih banyak energi daripada yang kamu kira.”

“Terima kasih.”

Dia benar. Lebih baik makan dulu. Aku bisa melakukan apapun setelah makan.

Aku menghela napas, mengambil garpu dan memasukkan hotcake ke dalam mulutku. Aku bisa merasakan rasa hotcake yang empuk dan manis, tapi suasana hatiku masih buruk.

Kim Woojin juga pandai membuat hotcake...

Lebih parahnya lagi, aku mulai mengingat orang-orang yang dulu sering bergaul denganku, padahal aku berusaha untuk tidak memikirkan mereka. Saat aku memakan hotcake layaknya mengunyah pasir, aku memikirkan orang-orang di Korea.

Aku penasaran apakah semuanya baik-baik saja. Kim Woojin, yang hanya memiliki diriku sebagai teman, adalah yang paling kukhawatirkan. Kuharap Min Arin-ssi bisa menjaganya dengan baik. Kalau dipikir-pikir, aku bahkan tidak bisa memberi tahu Kwon Jeonghan untuk berhenti mengejek Kim Woojin.

Team Leader Park Gunho, Woo Seohyuk-ssi.... Yah, aku yakin mereka akan baik-baik saja. Mereka berdua tidak terlalu mengkhawatirkan. Dan Cheon Sayeon...

“Sepertinya kamu merindukan anak-anak yang biasa tinggal denganmu.”

Entah bagaimana Elohim tahu apa yang sedang kupikirkan, dia membawa mangkuk baru—kali ini salad.  Aku bahkan tidak mendengar apapun. Aku bertanya-tanya bagaimana dia terus membawa hidangan baru seperti ini.

“Sedikit.” Aku tertawa sambil mengusap tengkukku dengan malu.

Elohim tersenyum, tampak mengerti. “Itu bisa dimengerti kalau kamu merindukan mereka. Mereka anak-anak yang baik.”

“Benar.”

“Haruskah aku menunjukannya padamu?”

“Ya?” Aku sedikit memiringkan kepalaku mendengar usulan tiba-tiba itu. Bagaimana kau akan menunjukannya padaku?

Ah. Apa maksudnya dengan kekuatannya?

Kalau memang begitu, itu bukan ide yang buruk. Hanya dengan mengetahui bagaimana keadaan semua orang akan membuatku merasa jauh lebih baik.

Aku Tidak Menginginkan Reinkarnasi Ini Pt. 2 [Stopped]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang