159. Abyss

238 38 0
                                    

"Kami ditakdirkan untuk lahir dan mati bersama dunia ini."

Elohim, yang menuntunku ke sofa di seberang Elahah, duduk di sofa diagonal dan membuka mulutnya.

Elohim membawaku duduk di sofa yang berseberangan dengan tempat Elatha berbaring. Dia duduk secara diagonal dari arahku dan berkata, "Baik Elatha maupun aku tidak memiliki penyesalan sepanjang kita hidup untuk waktu yang lama, tetapi akhir dunia itu masalah lain."

"Maksudmu, dunia ini sedang sekarat?"

"Benar. Dan juga dengan sangat cepat." Saat Elohim mengayunkan tangannya sekali di udara, cangkir teh yang kosong diisi dengan teh hijau muda itu sendiri. "Alasannya adalah kamu juga terlibat, Sehyun-ah."

Menggigit bibirku, aku menundukkan kepala.

"Jadi, karena aku menjadi Han Lee Gyeol... dunianya jadi aneh? Dan itu juga alasan kenapa gate-nya berubah?"

"Setengah benar." Elohim dengan baik hati menyodorkan secangkir teh ke hadapanku, lalu dia menyeruput tehnya sendiri.

"Keseimbangan sedikit hilang saat kamu datang. Itulah kenapa akhir dunia menjadi sedikit lebih cepat-tapi itu saja. Bahkan kalau kamu tidak ada disini, dunia ini juga akan tetap mati."

"...benarkah?"

"Ya. Jadi kamu tidak perlu merasa bersalah dengan anomali gate lagi, nak. Bagaimanapun gate-nya pasti akan berubah."

Aku merasa beban yang ada di pundakku terangkat. Aku menghembuskan napas perlahan dengan dalam.

"Alasan sebenarnya dunia menjadi seperti ini adalah sesuatu yang lain."

Mendengar itu, Elatha, yang berbaring diam hingga sekarang, perlahan membuka matanya.

"Penyebab sebenarnya adalah 'Kali'. Dia pernah menjadi bagian dari keluarga tercinta kami, tapi sekarang..." Elohim tidak bisa menyelesaikan kata-katanya dan menutup mulut. Dia menatapku setelah hening sejenak seraya tersenyum.

"Ceritanya akan panjang. Kalau kamu lelah, haruskah kita melanjutkannya setelah kamu bangun?"

"Tidak. Aku baik-baik saja." Aku menyesap teh saat aku memperhatikan Elatha duduk. "Tolong beritahu aku."

"Baiklah, kalau kamu bilang begitu."

Mata Elohim dan Elatha bertemu untuk waktu yang singkat. Elohim meletakkan cangkir teh yang dia pegang dan mulai menjelaskan.

"Aku dan Elatha lahir dan membuka mata kami di waktu yang sama."

* * *

Elohim dan Elatha lahir dan membuka mata mereka di waktu yang sama. Mereka secara alami menyadari bahwa satu sama lain sama berharganya dengan hidup mereka sendiri, dan kemudian saling memanggil keluarga.

Keduanya hidup sangat lama. Banyak orang bertemu mereka, berpisah, dan mati. Perang terus terjadi dan pemimpin terus berubah.

Orang-orang saling membunuh atau mencintais satu sama lain. Melihatnya dari dekat atau jauh, Elohim dan Elatha dijerat oleh sebuah pertanyaan mendasar.

Apakah hidup yang kekal itu? Berapa nilai sebenarnya? Seorang raja terkenal memimpikan hidup yang kekal dan mengabdikan seluruh hidupnya untuk mencari keabadian, sebaliknya, Elohim dan Elatha berpikir bahwa lebih bermakna memiliki akhir.

"Manusia itu indah."

Seorang balerina yang telah menari sepanjang hidupnya hingga kakinya patah, seorang pelukis yang buta tetapi tidak melepaskan lukisannya-dan Elohim, yang telah melihat begitu banyak orang mempertaruhkan hidup mereka untuk menyelamatkan orang yang mereka cintai, bergumam. "Aku iri."

Aku Tidak Menginginkan Reinkarnasi Ini Pt. 2 [Stopped]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang