Epilog

488 30 8
                                    

HARUM menggeliat tak nyaman dalam tidurnya tatkala silau mentari pagi menyapu halus permukaan wajah cantiknya. Memaksa ia membuka mata pada akhirnya.

Hal pertama yang terekam ketika lensa matanya terbuka adalah, atap putih ruangan. Perlahan, ia meraba dadanya. Ada kehampaan yang menggila di sana. Membuat nestapa rasa-rasanya sering sekali menguasai segenap jiwa.

Harum merasa ponselnya bergetar. Sebelum meraih benda yang kini tergeletak asal di tempat tidurnya, ia biarkan manik cokelatnya melirik jam dinding di kamarnya. Pukul 07:25. Sama seperti kemarin dan hari-hari sebelumnya. Di jam yang sama, dan saat ia mengangkat panggilan itu, maka ia akan mendengar kalimat yang sama juga.

“Harum, malam ini kita jadi naik bianglala, kan?”

Senyum miris Harum terpatri. Menambah robek dalam sanubari. “Iya, Yazar.”

Bukan ia tak menerima semua kenyataan yang ada. Bukan ia bosan lantaran setiap hari ia harus mengulang kegiatan yang sama. Hanya saja, kenyataan kalau lagi dan lagi ia harus menceritakan kejadian mengerikan, yang janji akan ia ceritakan pada Yazar jika Yazar melewati operasi beberapa waktu silam, kembali mesti ia ulang berulang kali.

Amnesia anterograde telah merenggut Yazar kini. Laki-laki itu memang tidak melupakan masa lalunya pasca operasi. Namun, setiap kali bangun dari tidurnya, Yazar tidak ingat apa yang dilakukannya kemarin.

*

“Ibu...”

“Hm?”

“Yazar malam ini pergi sama Harum, ya? Kita mau naik bianglala.”

Anggukan kecil Dina layangkan, selagi bibirnya melukis senyum tipis. Lantas, ia kembali menekuni kegiatannya saat Yazar berlalu ke arah kamar mandi. Bukan lantaran bau bawang merah yang tengah diirisnya, yang membuat cairan bening menggantung di balik pelupuk mata, tetapi pedih di hatinya membuat ia tak mampu lagi berkata-kata dan hanya bisa menangis.

Terlebih ketika …

“Ibu, Abang sama Mbak Kikan ke mana, sih sebenarnya? Ibu udah janji, loh, mau kasih tahu Yazar soal mereka.”

… lagi-lagi ia harus menceritakan sesuatu yang rasanya lebih menyakitkan dari melihat kondisi Yazar saat ini.


Last MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang