Keiza's POV.
Bunyi suara alarm crow mulai terdengar memekakkan telingaku. Alarm yang menandakan bahwa sekarang sudah pukul lima pagi. Aku terbangun, dan langsung mematikan alarm yang berbunyi dari iPhone ku. Kusandarkan kepalaku dikepala ranjang. Kupandangi layar iPhone ku. Pandanganku mulai berkabur oleh air mata yang sudah berkumpul dikedua pelupuk mataku. Rasa rindu yang teramat sangat setiap diriku melihat wallpaper foto candid Abyan yang sedang tersenyum manis dan lepas membuatku rinduku semakin menjadi. Sekaligus membuat hatiku merasakan sakit kembali. Air mataku menetes. Dengan segera aku menyekanya. Aku segera beranjak dari tempat tidurku. Kulangkahkan kakiku keluar dari kamar menuju kamar mandi.
Kuputar kran air didalam kamar mandi, aku tadahkan air yang telah mengalir itu dikedua tanganku untuk berwudhu. Setelah selesai, ku putuskan untuk kembali ke kamarku. Kulihat Dadong sedang shalat dibale tempat dia shalat seperti biasanya. Aku tersenyum simpul melihatnya. Sesaat kemudian aku melanjutkan langkahku kekamarku.
Aku mengambil sajadah dan mukenaku. Aku tersenyum, saat melihat beberapa sajadah dan mukena yang bertumpuk rapi dilemariku. Pemberian dari beberapa orang tersayangku. Aku mengambil salah satu yang sudah sering aku pakai dan telah menjadi favoriteku, pemberian dari Dadong ketika aku telah selesai mengucapkan dua kalimat syahadat. Sudah hampir dua bulan ini, aku telah menjadi seorang mualaf. Tak ada kesulitan bagiku untuk mempelajari dan mendalami ajaran agama Islam. Karena sebelumnya aku pernah belajar tentang agama Islam pada sahabatku Putri. Saat ini aku hanya sedang belajar membaca Al - Quran dengan baik. Aku hanya bisa membaca tulisan arab yang terdiri dari lima atau enam huruf saja. Di era modern saat ini, Aku diberikan kemudahan untuk bisa belajar tentang agama yang aku anut. Dari internet ataupun dari buku - buku yang sudah dijual secara bebas.
Sebagai penutup dari kewajibanku mengerjakan shalat dua rakaat dipagi hari, aku angkat kedua tanganku seraya berdoa dan bersyukur atas apa yang sudah Semesta berikan untukku selama ini. Sebelum aku beranjak dari sajadahku, aku bersujud dan mencium sajadahku dengan lembut serta tak lupa aku mengucap syukur.
"Alhamdulillah."
Butuh waktu satu minggu sebelum aku memutuskan untuk memeluk agama Islam yang aku anut saat ini. Setelah apa yang telah aku lihat di masjid kala itu, jantungku selalu berdegup dengan kencang saat aku mengingat simbol bulan sabit dan bintang yang juga hadir dimimpiku. Mimpi yang selalu hadir dan selalu membangunkan diriku disepertiga malamku. Saat itu aku yakin bahwa apa yang terjadi padaku adalah petunjuk dariNya. Ketika aku melihat simbol bulan dan bintang diatas salah satu kubah masjid agung yang indah disekitar tempatku bekerja. Disaat yang bersamaan, aku juga melihat bulan sabit dan bintang yang bersinar terang dilangit. Saat itu juga jantungku berdegup kencang tak menentu.
"Disana aku merasa tersesat. Aku sama sekali tak bisa melihat apapun disana. Entah mengapa semua yang aku lihat begitu gelap. Hingga beberapa saat kemudian aku melihat seberkas cahaya yang muncul dihadapanku. Aku berjalan kearah seberkas cahaya itu. Dari jauh samar - samar aku melihat bulan sabit dan bintang yang sedang bersinar terang. Aku terus melangkahkan kakiku kedepan. Aku terus berjalan menuju seberkas cahaya yang semakin bersinar terang itu. Semakin lama bulan sabit dan bintang itu semakin terlihat dengan jelas. Mereka begitu indah diatas sana. Langkahku terhenti saat aku melihat bunda tiba - tiba berada dihadapanku, disamping kiriku. Bunda tersenyum manis padaku. Aku sangat bahagia saat itu. Aku tersenyum senang saat bisa melihat bunda yang terlihat sangat cantik dengan gaun panjang berwarna putih yang membalut tubuhnya dan rambutnya yang digerai bebas. Saat aku mulai melangkahkan kakiku mendekati bunda, Abyan muncul dihadapanku. Disamping kananku. Abyan tersenyum padaku dengan senyuman mautnya yang khas. Sambil tersenyum Abyan menggeleng gelengkan kepalanya perlahan. Kemudian Abyan mengulurkan tangannya padaku. Aku menoleh ke arah Bunda, lagi - lagi bunda hanya melempar senyum padaku. Begitupula dengan Abyan, dia juga hanya tersenyum padaku. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut bunda dan Abyan. Aku bingung. Aku tak bisa memilih. Mereka adalah orang - orang yang aku sayang dan aku cintai. Aku ingin memeluk bunda. Aku juga ingin menyambut uluran tangan Abyan padaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
You
Romance"Kita memang berbeda. Tapi kita tidak berubah hanya karena kita ingin dicintai. Kita adalah kita. Bersama bukan berarti harus sama. Karena perbedaanlah yang telah menyatukan kita." - Abyan