Warning 18++
Sebelum membaca, tolong warning nya dibaca dan dipahami dengan baik. Sebelum kalian bengek karena kehabisan oksigen, sediakanlah cadangan oksigen terlebih dahulu. Atau sediakan tisue sebelum kalian meneteskan air mata. Atau lihatlah kanan kiri kalian, jangan sampai ada yang nganggap kalian gila disaat kalian baca dan senyum2 sendiri. Well, apapun itu readers tercintaku, aku mohon maaf sebelumnya karena author tidak akan bertanggung jawab atas apapun yang akan terjadi pada kalian setelah selesai membaca chapter ini.
Bagi yang punya app soundcloud, kalian bisa menikmati backsound dari cerita ini. Jika ada gambar speaker, silahkan klik. Hanya berlaku bagi internet berkecepatan tinggi.
Thank you all...
And happy reading. ^^
****
Keiza's POV.
Kubuka mataku perlahan. Aku kerjapkan mataku berulang kali. Kepalaku masih terasa pening. Tubuhku serasa lemas. Aku edarkan pandanganku, meneliti keseluruh penjuru ruangan sambil memijat pelipisku. Aku meringis nyeri. Jarum infus telah tertancap ditangan kananku. Oh God!
Ruangan ini sangat besar dan mewah. Aku yakin ini bukan ruangan dirumah sakit, ini seperti sebuah kamar hotel yang mewah. Ranjang yang aku tempati saat ini sungguh besar, ranjang super kingsize. Interior ruangannya sungguh mewah. Suasananya sungguh sunyi dan sepi, membuatku sedikit merinding. Kemana suamiku? Kemana semua orang?? Aku coba mengingat - ingat apa yang terjadi padaku. Aku yakin, aku telah jatuh tak sadarkan diri kembali. Tapi dimana itu aku pun tak ingat. Aku mencoba bangun. Kepalaku sungguh berat.
"Auuwww..." Rintihku menahan sakit. Ya Allah kemana semua orang?!
"Kakak... kak Keiza mau ngapain?" Suara Mika mengagetkanku. Mika keluar dari kamar mandi. Dia berlari kecil kearahku.
"Kirain kakak sendirian Mik." Sahutku sambil tersenyum. Mika tersenyum balik padaku. Senyuman yang hampir mirip dengan senyuman milik suamiku, Abyan. Mika membantuku untuk duduk bersandar dikepala ranjang.
"Ya nggak lah. Kalo kakak ditinggal sendirian yang ada nanti Mika kena omel bang Byan lagi. Kak Keiza mau minum atau mau ke kamar mandi?" Tanya Mika padaku. Aku menggeleng.
"Bang Byan mana?" Tanyaku balik. Mika tersenyum.
"Kangen ya sama abang Mika yang super duper jahil itu?" Aku tersenyum mendengar ledekan Mika padaku.
"Jahil tapi ngangenin kan?" Ledekku kembali. Mika terkekeh dan mengangguk.
"Banget. Hehehe. Abang lagi kekantor, ditemenin Reihan tadi. Yang lain lagi pada sibuk sama urusan masing - masing. Kakak udah enakan?" Aku mengangguk menjawab pertanyaan adik iparku yang sedang mengkhawatirkanku.
Suara ketukan pintu terdengar. Aku dan Mika menoleh kearah pintu bersamaan. Berharap suamiku Abyan yang datang, memberikan pelukan hangatnya yang selalu bisa menenangkanku. Mika langsung beranjak dari sisi tempat tidurku. Beberapa saat kemudian dia kembali sambil tersenyum membawa sebuah kotak persegi panjang dan seorang wanita berumur dan bertubuh mungil berjalan dibelakang Mika. Dia tersenyum padaku. Kubalas dengan senyum simpulku. Mika memberikan kotak persegi panjang padaku. Kotak persegi panjang berwarna putih dengan hiasan sebuah bunga berwarna pink.
"Ini buat kakak." Ucap Mika saat menyodorkan kotak itu padaku. Aku mengerutkan dahiku.
"Dari siapa?" Mika hanya mengendikkan kedua bahunya. Pertanda dia tak tahu siapa yang memberikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You
Romance"Kita memang berbeda. Tapi kita tidak berubah hanya karena kita ingin dicintai. Kita adalah kita. Bersama bukan berarti harus sama. Karena perbedaanlah yang telah menyatukan kita." - Abyan