Hay semua...
I come back my beloved readers.
Well, ini chapter terakhir sebelum kita menunaikan ibadah puasa. Sekali lagi aku mau meminta maaf jika ada salah selama ini. And happy fasting All.Take a deep breath before reading this chapter. Enjoy it!
Muuaaaach. ^^
Abyan's POV.
"Abang... bangun!"
Samar - samar aku mendengar suara seseorang memanggilku. Suaranya begitu mengusik tidur tampanku. Tapi mataku terlalu berat untuk terbuka. Ah, tidak bisakah dia membiarkanku tidur nyenyak hari ini? Tangannya mulai menepuk - nepuk wajahku. Kemudian beralih memijat - mijat tengkukku. Kueratkan pelukanku pada bantal gulingku yang ku peluk. Semakin lama suara itu semakin terdengar dengan jelas. Aku tahu betul suara ini. Ini suara Umi. Oh God! Suara Umi?? Matilah kau Abyan!
Ku buka mataku perlahan. Bibir tipisku tersungging saat aku melihat siapa yang berada dihadapanku pagi ini. Tepatnya wanita yang sedang dalam dekapanku. Wanita tercintaku, Keiza, calon ibu dari anak - anak ku. Aku bernafas lega, ternyata suara Umi itu hanya mimpi. Aku coba melepas tanganku yang tertindih oleh kepala Keiza dengan pelan. Aku tak ingin membangunkannya. Kemudian ku kecup keningnya dengan lembut.
"Eheeem..." Sebuah deheman lembut membuatku berjengkit kaget.
Aku menoleh kearah sumber suara. Dibelakangku. Mataku langsung melebar melihat siapa yang sedang duduk disamping ranjangku. Oh my God! Petaka datang. Rasanya aku ingin menenggelamkan wajahku dan juga seluruh tubuhku dipalung laut saat ini juga.
"Umi??" Seruku kaget.
"Pagi sayang." Ucap Umi sambil tersenyum. Ya Allah senyum Umiku manis sekali. Pantes saja Abi ku klepek - klepek dibuatnya. Gosh! Abi?? Matilah diriku sekarang. Argh!
Aku langsung terduduk. Umi menatapku intens. Dari ujung rambut hingga turun ke dadaku. Mataku terbelalak, mulutku terbuka. Tubuhku shirtless. Sial! Aku acak - acak rambutku.
"Eheeem..." Suara deheman lagi terdengar. Dan suara ini lebih keras dari sebelumnya.
Aku menoleh kearah sumber suara itu. Untuk kesekian kalinya mataku melebar dan mulutku sedikit terbuka. Aku melihat Abi sedang berdiri tegap dan sedikit bersandar didaun pintu sambil melipat kedua tangannya diatas dada. Tatapan matanya sungguh sangat tajam menatapku. Seperti tatapan elang yang siap menerkam mangsanya. Raut wajahnya sangat serius memandangku. Kulihat rahangnya mengeras. Aku menelan saliva ku. Tamatlah aku!
"Cepat pakai baju kamu!! Abi tunggu diruang tamu SEKARANG!!!" Hardik Abi dengan keras. Oh my God! Abi murka kali ini. Abi langsung berlalu setelah dia memberi titah yang tak terbantahkan padaku.
"What did you do Abyan?" Tanya Umi padaku.
"Abyan bisa jelasin semuanya Umi. Ini nggak seperti apa yang Abi dan Umi lihat." Jelasku pada Umi setenang mungkin. Namun jantungku sudah berdetak tak karuan didalam sana.
"Sumpah demi apapun Umi, Abyan nggak ngapa - ngapain Keiza." Lanjutku lagi sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahku. Aku melirik Keiza yang masih terlelap dalam tidurnya. Umi menatapku semakin intens. Kemudian dia menghela nafasnya.
"Umi percaya kan sama Abyan?" Tanyaku takut. Umi masih menatapku. Tatapannya membuatku kikuk. Kedua tangannya menangkup wajahku. Kedua sisi bibirnya tersungging.
"Umi percaya ko sama Abang." Ucap Umi yang membuatku tenang. Aku langsung memeluknya.
"Makasih Umi." Ucapku. Aku melepas pelukanku pada Umi. Umi tersenyum kembali.

KAMU SEDANG MEMBACA
You
عاطفية"Kita memang berbeda. Tapi kita tidak berubah hanya karena kita ingin dicintai. Kita adalah kita. Bersama bukan berarti harus sama. Karena perbedaanlah yang telah menyatukan kita." - Abyan