Keiza's POV.
Jantungku berdegup dengan kencang. Hatiku berdebar tak karuan. Rasa ini masih tetap sama. Sama saat pertama kali Abyan menciumku. Rasa ini seperti sebuah zat penenang untukku. Jujur saja, zat penenang ini membuatku selalu kecanduan setiap saat. Semua yang ada didiri Abyan adalah candu untukku.
Abyan mencium keningku kemudian memelukku. Nafas kami saling memburu. Aku bisa merasakan degup jantung Abyan yang sama tak normalnya dengan degup jantungku. Kupejamkan mataku ketika Abyan memelukku dengan erat di saat matahari sudah kembali ke peraduannya. Aroma wangi dari tubuh Abyan membuatku semakin merasakan nyaman berada dipelukannya. Entah sejak kapan bau khas ini menjadi favoriteku. Seberapa banyak aktivitasnya tak membuat aroma khasnya menghilang dari tubuhnya.
"Yuk kita istirahat!" Kata Abyan saat melepas pelukannya.
"Kita nginep disini Bi?" Tanyaku penasaran. Abyan tersenyum kemudian mengangguk.
"Tapi Bi..." Selaku saat Abyan menarik tanganku.
"Tapi kenapa sayang? Aku udah ijin ko sama Dadong dan Bli Esa juga. Lagian kita nggak mungkin pulang malam - malam gini. Bahaya. Nggak mau kan dimakan hiu??" Ledeknya padaku sambil menggandenggku. Aku mendengus kesal.
"Kan nggak bawa ganti juga Bi..." Ucapku kesal. Abyan terkekeh.
"Yawdah nggak usah pake baju." Kata Abyan konyol. Aku gigit lengan tangannya yang menggandengku.
"Awwww..." Teriaknya saat aku gigit. Aku menatapnya tajam. Abyan menatapku dan beberapa detik kemudian Abyan tertawa.
"Canda sayang. Kamu pake baju kurang bahan aja aku ngomel - ngomel, apalagi nggak pake baju, aku lambaikan tangan deh." Sambung Abyan. Abyan menahan kaki kananku yang mulai mengayun saat aku akan menendangnya.
"Eits... nggak sopan ya sama calon suami." Katanya padaku. Aku semakin kesal dibuatnya. Sepertinya otak Abyan sudah mulai error. Beberapa menit yang lalu dia sangat so sweet dan sekarang, oh ya Allah!
Aku hentakkan kakiku dengan kesal. Aku ingin pulang sekarang. Walaupun aku masih penasaran dengan isi dari bungalow kayu itu. Tapi rasanya aku enggan jika aku harus menginap dan berada sendirian dikamar itu. Terlebih suasana sekitar bungalow remang - remang. Hanya obor kecil didepan bungalow yang meneranginya. Suasananya memang sengaja dibuat seperti dipedesaan. Bulu kudukku merinding, saat aku akan melewati bungalow - bungalow kayu yang sedikit sepi. Aku terkejut saat lenganku ditarik oleh seseorang. Kuhela nafasku saat aku melihat Abyan yang menarik lenganku.
"Kamu mau kemana sayang?? Emang tahu gitu kita mau nginep dimana?" Tanyanya padaku. Aku terdiam. Aku masih kesal dengan ulah konyolnya tadi. Tak ada yang lucu. Abyan menangkup wajahku.
"Udah dong Kei. Jangan ngambek gitu. Maaf. Aku cuma becanda sayang. Lagian kamu ini serius banget sih. Kalo soal baju gampang ko." Jelas Abyan. Aku masih terdiam. Abyan menghela nafasnya. Kemudian dia berjalan meninggalkanku. Gosh! Ini gawat, aku sama sekali tak tahu tempat ini.
Aku berlari mengejar Abyan. Ku raih lengannya. Abyan terus berjalan tanpa mempedulikanku. Aku terseok - seok saat mengikuti langkah besar Abyan. Mataku mulai memanas. Ya Allah! Aku melepas genggaman tanganku pada lengan Abyan. Aku berhenti. Aku lelah. Sungguh lelah. Abyan terus berjalan. Aku berjongkok kemudian duduk diatas hamparan rumput jepang yang hijau. Kupeluk kedua kakiku yang tertekuk itu. Aku sungguh takut saat ini. Aku sungguh ingin pulang kerumah Dadong. Air mataku menetes. Kubiarkan air mataku mengalir. Tanganku mulai dingin karena takut.
Kurasakan tangan seseorang menyeka air mataku. Air mataku semakin deras saat melihatnya.
"Maaf." Ucapnya lirih. Aku terisak.
KAMU SEDANG MEMBACA
You
Romance"Kita memang berbeda. Tapi kita tidak berubah hanya karena kita ingin dicintai. Kita adalah kita. Bersama bukan berarti harus sama. Karena perbedaanlah yang telah menyatukan kita." - Abyan