Abyan's POV.
Akhirnya rindu yang selama ini menyiksaku telah terobati juga. Aku telah bertemu kembali dengan wanita tercintaku, Keiza. Aku tak bisa mendeskripsikan perasaanku saat ini. Sungguh, aku sangat merasa bahagia bisa bertemu dengan kekasihku kembali. Namun, kebahagian itu tak berlangsung lama. Keiza tiba - tiba saja jatuh pingsan dihadapanku. Rasa bahagia yang aku rasakan tiba - tiba saja lenyap dan berganti rasa khawatir yang luar biasa. Wajah Keiza memucat, tangan dan kakinya dingin seketika. Melihat wanita yang aku cintai luruh terjatuh dan tergeletak lemah tak berdaya didepanku, membuat aliran darahku seakan berhenti.
Rasanya tubuhku masih merasakan lemas. Melihat Keiza tergolek lemah tak berdaya didepanku. Bayangan wajah Keiza yang pucat pasi membuat rasa takutku menjalar disekujur tubuhku. Aku terus menerus mengingat perkataan dokter yang menangani Keiza. Asam lambung Keiza tinggi, tekanan darahnya sangat rendah. Hal itu yang membuat Keiza lemas, pusing dan tak sadarkan diri. Dan ini adalah hal yang baru aku ketahui dari wanita tercintaku. Bahwa Keiza memiliki riwayat kesehatan yang sama dengan Umi.
Umi, mengingatnya membuat hatiku nyeri kembali. Aku tak pernah menyalahkan Umi, apalagi membencinya. Bagaimanapun Umi adalah ibuku, orang yang telah mempertaruhkan nyawanya untukku. Aku pun tahu, umi hanya ingin memberikan yang terbaik untukku tanpa tahu apa yang sebenarnya aku inginkan.
Aku berjalan gontai setelah mengurusi segala administrasi rawat inap Keiza. Melewati koridor rumah sakit yang membuatku merasa jengah. Entah apa yang orang - orang perhatikan pada diriku ini. Terlebih tatapan para perawat muda yang membuatku risih. Sayup - sayup telingaku mendengar ocehan beo mereka.
"Oh my God. Ganteng parah ini orang."
"Ya kali dia orang, kayaknya malaikat."
"Hush. Ati2 tuh mulut! Merinding disco nih."
"Zayn Malik Indonesia."
"Bukan. Aliando Syarief ini."
Sungguh menyebalkan. Bukan kali pertama aku mendengar ocehan seperti ini. Tapi rasanya tidak tepat saja mereka seperti itu. Ku percepat langkahku menuju ruangan tempat Keiza dirawat inap. Aku sudah tak sabar untuk segera enyah dari hadapan para makhluk yang membuatku risih itu.
Ku buka pintu ruang rawat inap VVIP Keiza dengan perlahan. Bau yang aku benci mulai menyeruak dihidungku. Sebersih dan sekeren apapun ruangan ini tetap saja aku membencinya. Semua demi Keiza. Ku hentikan langkahku disamping ranjang. Jantungku kembali berdetak tak normal. Degupnya sungguh berantakan. Aku terus memandangi Keiza yang masih memejamkan matanya. Entah sudah berapa lama Keiza tak tidur, kantong matanya menghitam seperti mata panda. Wajahnya masih pucat. Kucium keningnya. Ku genggam tangan kanannya yang terbebas dari jarum infus. Kemudian aku cium punggung tangannya. Ingin rasanya aku menggantikan posisi Keiza saat ini. Aku terduduk lemah ditempat duduk disamping ranjang Keiza. Kupejamkan mataku sambil menggenggam tangan mungil Keiza.
Tangan Keiza bergerak perlahan. Ku buka mataku. Ku tatap tangan Keiza yang aku genggam kemudian berganti menatap wajah cantik Keiza yang masih pucat. Mata Keiza mulai terbuka perlahan. Keiza mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru ruangan. Pandangannya terkunci saat mata lentik Keiza melihatku. Aku tersenyum. Keiza memandangku dengan tatapan sendunya.
"Hay sayang... " Ucapku padanya. Kalimat itu sudah lama tak terucap dari bibirku.
Keiza masih memandangku. Dia terdiam. Dia mencoba untuk bangun. Aku membantunya duduk, dengan mengubah posisi ranjang bagian atas terangkat sedikit agar Keiza bisa terduduk dengan nyaman.
"Kamu mau minum?" Tanyaku padanya. Keiza menggeleng pelan.
"Speak up Kei. I miss you so damn!" Teriakku dalam hati.

KAMU SEDANG MEMBACA
You
Romance"Kita memang berbeda. Tapi kita tidak berubah hanya karena kita ingin dicintai. Kita adalah kita. Bersama bukan berarti harus sama. Karena perbedaanlah yang telah menyatukan kita." - Abyan