19. Tea time with TIC

3.7K 338 118
                                    

Prilly's POV.

Aku mengerjapkan mataku perlahan. Kupijat pelipis kepalaku yang masih sedikit terasa pening. Jam dinding kamarku menunjukkan pukul delapan malam. Aku sandarkan kepalaku dikepala ranjang. Rasa pusing dikepalaku sudah sedikit mereda. Kuhela nafasku sebelum beranjak dari tempat tidurku untuk mengambil wudhu dan segera melaksanakan kewajibanku, shalat isya.

Aku langkahkan kakiku keluar dari kamar. Sepi. Sunyi. Hampa. Itulah yang aku rasakan saat ini. Rumah yang biasanya selalu ramai setiap akhir pekan, saat ini menjadi sangat sepi. Mas Ali yang masih sibuk dengan urusan perusahaan Papa yang sedang diambang kehancuran, membuat mas Ali selalu lembur setiap hari. Entah apa yang sedang terjadi sebenarnya, mas Ali tak menceritakan secara detail masalah apa yang membuat perusahaan Papa kritis seperti itu. Aku tahu mas Ali hanya tak ingin membebaniku dengan masalah hancurnya perusahaan Papa. Dia hanya memintaku untuk selalu mendoakannya dimanapun dia berada. Hampir tak ada waktu untuk bersantai seperti dulu. Aku memakluminya. Walaupun terkadang aku harus menangis sendirian saat aku merasa kesepian. Sedangkan Mika, anak perempuanku, dia sedang asyik bersama kekasihnya yang baru saja pulang dari London. Beruntung dia selalu ingat padaku yang sedang gundah seperti sekarang. Terlebih setelah kejadian diriku yag tak sengaja menampar anak lelakiku, Abyan. Sesuatu yang diluar kendaliku, karena aku tak menyangka Abyan akan berbuat senonoh seperti itu. Kejadian itu pun membuatku dan mas Ali bertengkar hebat.

Seminggu sudah Abyan meninggalkan rumah. Aku tahu aku salah, karena aku telah memaksakan kehendakku pada Abyan. Tentunya tanpa sepengetahuan suamiku, mas Ali. Sesuatu yang selama ini aku dan mas Ali hindari, menjodohkan anak - anak kami. Aku dan mas Ali memang tak ingin anak - anak kami memiliki jalan hidup yang serupa dengan jalan hidup kami. Aku dan mas Ali selalu memberikan kebebasan penuh pada kedua anak kami. Apapun pilihan mereka, aku dan mas Ali selalu mendukung keputusan mereka selama itu baik dan positif. Namun, baik aku maupun mas Ali tak pernah melepaskan mereka begitu saja. Kami berdua selalu mengawasi mereka dari jauh. Dan aku merasa seperti kecolongan saat mengetahui hubungan Abyan dan Keiza yang berbeda keyakinan.

Kulangkahkan kakiku kekamar Abyan. Kubuka pintu itu perlahan. Bau wangi parfum favorite Abyan masih bisa aku cium. Sebelum kejadian itu, Abyan memang sempat pulang kerumah. Kuambil sebuah frame foto dimeja kerja Abyan. Foto Abyan bersama Keiza. Keiza yang merangkul Abyan dari belakang, dan Abyan memegang kedua tangan Keiza yang mengalung dilehernya dengan erat. Disana Abyan dan Keiza terlihat sangat bahagia. Senyum dan tawa mereka sangat lepas. Air mataku menetes. Dadaku serasa sesak. Tubuhku sedikit bergetar. Kuhempaskan tubuhku dikursi kerja Abyan. Rasanya kakiku lemas seketika. Tanganku masih memegang frame foto itu. Tangisku pecah mengingat apa yang sudah aku lakukan pada Abyan dan Keiza.

Aku tahu Keiza anak yang baik. Aku juga senang saat bisa mengenal Keiza lebih dekat. Keiza, wanita yang bisa membuat anakku menjadi lebih bersemangat dalam hal apapun. Membuat Abyan semakin mudah untuk tersenyum setiap saat. Terlebih setelah mengetahui hobby Keiza yang sama denganku, hobby memasak. Aku tak meragukan lagi bahwa Keiza pantas menjadi menantuku suatu saat nanti. Namun mengetahui kenyataan bahwa Keiza berbeda keyakinan dengan kami, membuatku takut jika Abyan akan lupa diri. Hingga hal itu membuat diriku berubah menjadi keras dan egois. Dan inilah yang terjadi, akhirnya aku kehilangan anakku, kehilangan Abyan. Aku yang telah menyakiti Keiza, kemudian Keiza tanpa sengaja menyakiti Abyan, dan Abyan yang mencoba membentengi dirinya dari rasa sakit membuatku semakin sakit dan tanpa sadar juga Abyan membuat orang - orang yang berada disekitarnya ikut merasakan sakit. Mengingatnya membuatku merasa sakit. Rasa sakit hati yang tak bisa aku definisikan.

"Kalian dimana sayang? Umi minta maaf." Ucapku lirih dalam isak tangisku.

Hingga detik ini, aku sama sekali belum mengetahui keberadaan Abyan dan Keiza. Aku juga telah meminta mas Ali untuk mencari tahu keberadaan Abyan dan Keiza. Entah bagaimana caranya. Aku sampai lupa kapan aku bisa tertidur dengan nyenyak. Memikirkan mas Ali, Abyan dan Keiza membuat daya tahan tubuhku melemah. Kurasakan sentuhan lembut seseorang yang menghapus air mataku.

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang