Chapter : 15

4.4K 361 1
                                    

“Halo, selamat pagi”

Abyasa mengangkat telpon yang tadi berdering. Panggilan tersebut berasal dari Perdana.

- Pagi juga, Aby

“Ada apa ya?“

- Aku cuma mau bilang terima kasih aja.

“Untuk Apa?“

- Makanan semalam enak banget. Aku suka

Abyasa yang mendengar hal itu membuat hatinya senang. Jantungnya berdegup dengan kencang. Pipinya pun memerah.

Abyasa senang masakan semalam cocok di lidah Perdana. Awalnya ia skeptis saat memasak masakan khas sunda. Ia takut itu tidak cocok di lidah Perdana. Namun ia ingin mencobanya. Dan tanpa di duga ternyata Perdana benar menyukainya.

Abyasa bersyukur Perdana tidak bisa melihatnya seperti ini. Kalau tidak dia akan malu sekali.

- Halo

Abyasa segera tersadar dari lamunannya

“Maaf. Aku senang kamu menyukainya. Awalnya aku hanya ingin mencoba saja. Aku pikir kamu akan lebih suma makanan khas eropa”

- Haha.. aku tinggal di Indonesia. Dan bukan bule. Tentu lidahku suka masakan Indonesia

“Maafkan aku.“

- Kenapa kamu minta maaf?

“Itu karena aku salah berprasangka”

- Kamu tidak perlu memikirkan itu

- Semalam aku ingin langsung bilang terima kasih. Tapi aku takut kamu sudah tidur

“Iya gapapa. Aku senang kalau kamu suka makanannya”

- Aku tidak sabar dengan masakan kamu selanjutnya

Perkataan itu semakin membuat pipi Abyasa memerah. Ia tampak seperti kepiting rebus saat ini.

“Omong-omong selanjutnya kamu mau di masakin apa?“

- Hmm.. Apa ya..

Ding dong

Suara bel masuk terdengar.

“Perdana maaf, bel sudah berbunyi. Aku harus mengajar”

- Baiklah. Nanti aku kasih tau makanan yang ingin aku makan

“Baik. Aku tunggu”

- Iya

Telpon pun di tutup dari Perdana. Abyasa segera menaruh ponselnya ke dalam tas. Lalu ia membawa buku untuk mengajar.


***

Ding dong

Terdengar suara bel berbunyi dari depan rumah. Abyasa segera menghentikan aktifitas memasaknya. Ia kemudian pergi berjalan menuju pintu depan dan membukakannya.

“Kenapa kamu harus menekan bel?“

Tanya Abyasa kepada seorang laki-laki yang tengah berdiri di depannya. Wajah laki-laki tersebut terlihat lelah. Dasi yang di pakainya terlihat di longgarkan. Kemudian di lengkan kanannya menenteng jas kerja beserta tas kerjanya.

“Haha.. gapapa. Aku hanya ingin saja.“

“Ayo masuk”

Entah mengapa Abyasa merasa seperti istri yang menunggu suaminya pulang kerja. Memikirkan itu membuat Abyasa gugup dan pipinya sedikit menghangat.

“Kenapa kamu diam aja?“

Pertanyaan Perdana membuat Abyasa segera tersadar. Mereka sudah sampai di dapur.

“Gapapa. Kamu mandi dulu saja. Aku mau lanjut masak”

“Oke”

Perdana pun pergi daru dapur dan menuju kamarnya. Abyass kembali melanjutkan aktifitas memasaknya yang tadi terhenti.

Sekitar 15 menit kemudian Perdana telah kembali menggunakan pakaian santai dan duduk di kursi makan. Ia memperhatikan Abyasa dengan lekat yang membelakanginya.

Perdana kemudian berdiri dan mendekat ke arah Abyasa. Ia kemudian memeluk Abyasa dari belakang.

“Lepasin. Nanti kalau Naufal lihat gimana?“

“Gapapa. Dia masih di kamarnya”

Perdana malah terus memeluk Abyasa dengan erat. Kepalanya ada di bahu kanan Abyasa. Sesekali ia menghirup aroma Abyasa.

Abyasa akhirnya kembali menghentikan aktifitas memasaknya. Ia berbalik dan menatap Perdana. Perdana terlihat lebih tampan saat poni rambutnya turun. Rambutnya juga masih basah.

Abyasa menatap lekat Perdana. Begitu pula Perdana yang menatap bibir Abyasa. Perdana ingin mencium bibir tersebut.

Abyasa dengan sendirinya mencium Perdana. Perdana kaget dengan pergerakan Abyasa. Namun Perdana segera membalas ciuman Abyass. Abyasa melingkarkan tanganya di leher Perdana

Sedangkan Perdana menahan tubuhnya dengan kedua tangannya ke kabinet yang berada di belakang tubuh Abyasa.

Mereka terus mengcap rasa masing-masing. Abyasa merasa dimabukan dengan ciuman Perdana.

Tidak lama ciuman mereka akhirnya berakhir. Perdana kemudian mengecup bibir Abyasa.

Abyasa terlihat bernafas dengan cepat. Pipinya pun merah padam.

“Kamu lanjut masak”

Kata Perdana sembari kembali duduk di meja makan. Abyasa kembali melanjutkan memasak.

Lima belas menit kemudian Abyasa telah selesai memasak. Naufal juga sudah turun dari lantai atas dan duduk di meja makan.

Naufal duduk di kursi bagian kanan bersama Perdana. Sedangkan Abyasa duduk di sebrangnya. Mereka pun mulai makan.

“Pak Aby, makanan kali ini enak juga”

Puji Naufal yang barusan selesai makan.

“Syukurlah kalau kamu senang”

Jawab Abyasa. Ia kemudian melirik ke arah Perdana dan menatapnya. Mengisyaratkan Abyasa menunggu pendapat Perdana. Perdana yang menyadari iti segera berbicara.

“Makanannya enak”

Abyasa kembali senang mendengar hal itu.

Setelah itu Abyasa membereskan piring yang kotor dan mencucinya. Saat pekerjaanya selesai ia mengecek jam sudah menunjukan pukul 8.30.

“Kamu mau pulang?“

Tanya Perdana yang melihay Abyasa tengah bersiap pulang.

“Iya”

“Mau aku antar?“

“Tidak perlu. Aku tahu kamu lelah. Aku bisa pesan ojek online”

“Baiklah”

Abyasa pun pamit pergi kepada Perdana dan Naufal. Saat Abyasa pergi Perdana merasa rumahnya yang besar ini menjadi sepi.



To Be Continued

Tinggalkan jejak☆

[BL] The Sound Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang