Chapter : 19

4K 375 0
                                    

“Perdana, aku pergi” ucap seorang lelaki kepada Perdana. Dari wajahnya ia terlihat sedih dan menahan tangis.

“Kamu mau pergi kemana?“ tanya Perdana. Ia menahan tangan lelaki tersebut dengan tangannya.

“Maaf, aku ga bisa bilang. Semoga kamu bahagia” ucap lelaki tersebut. Sekarang tubuhnya perlahan menghilang bagaikan partikel kecil yang mengapung di udara.

“Aby…”

“Aby…. Jangan pergi!“

Hah….

Perdana menghela nafas kasar. Ia baru saja bermimpi buruk. Ia kemudian bangun dari ranjangnya dan berjalan keluar dari kamarnya.

Ia pergi ke dapur kemudian mengambil botol air minum dingin dari kulkas dan meminumnya. Setelah itu ia menyimpan kembali botol minuman tersebut ke tempat semula dan menutup pintu kulkas.

Ia duduk di kursi makan. Kenapa ia harus bermimpi seperti itu? Apa mungkin karena selama seminggu ini ia memikirkan Abyasa.

Setelah kepergian Abyasa seminggu lalu di restoran milik Andika, Perdana tidak pernah bertemu lagi dengan Abyasa. Namun entah kenapa hatinya begitu gelisah. Ia merasa ada yang mengganjal dengan hatinya. Dan ia perlu bertemu dengan Abyasa agar ia bisa memastikannya.

Akan tetapi Abyasa tidak bisa ia hubungi. Awalnya Perdana berpikir Abyasa pergi tiba-tiba itu panggilan dari sekolah. Namun keesokan harinya pun dan hari-hari selanjutnya nomer Abyasa masih tidak bisa ia hubungi.

Mengingat mimpi yang ia alami tadi. Ia merasa ada yang tidak beres.

Perdana akhirnya berjalan menaiki tangga menuju lantai atas dimana kamar adiknya berada. Ia pun mengetuk pintu kamar adiknya.

Setelah 3 kali ketukan akhirnya kamar Naufal terbuka. Sepertinya adiknya baru saja bangun tidur. Rambutnya begitu berantakan dan ia mengosok matanya.

“Ada apa kak?“ tanya Naufal

“Pak Abyasa, walikelas kamu, dia lagi sibuk di sekolah bukan?“ tanya balik Perdana

“Engga” jawab Naufal

“Emangnya kenapa kak?“ tanya Naufal

“Kakak hubungi seminggu ini dia ga ada kabar sama sekali” jawab Perdana.

“Loh, kakak ga tahu?“ tanya adiknya

“Ga tau apa?“ tanya balik Perdana

“Pak Aby sudah keluar” jawab Naufal

“Apa? Kamu yang bener?“ tanya Perdana. Ia kaget mendengar Abyasa keluar dari sekolah elit Naufal.

“Iya bener. Kalau ga salah 3 hari lalu Pak Aby pamit.“

“Kenapa kamu ga bilang sama kakak?“

“Naufal kira Pak Aby sudah pamit ke kakak. Kan Pak Aby masak juga di sini”

Perdana terlihat gelisah. Bagaimana Abyasa tiba-tiba keluar dari sekolah. Mengapa ia keluar? Dan apa yang terjadi kepada Abyasa?

“Kamu tahu alasan Pak Abyasa keluar?“

“Engga kak”

“Oh, iya kak, waktu itu di sekolah Pak Aby nitipin paper bag sama aku. Aku lupa kasih ke kakak” tambah Naufal. Ia mengingat sesuatu.

Ia mencari paperbag yang dititipkan kepadanya. Setelah ketemu ia menyerahkan paperbag tersebut kepada kakaknya, Perdana.

Perdana mengambil paperbag tersebut dan mengucapkan terimakasih. Perdana kembali pergi menuju kamarnya.

Perdana membuka paperbag tersebut saat ia sudah duduk di kursi di dalam kamarnya. Ada sebuah note di dalamnya. Ia pun membaca note tersebut.

“Aku kembalikan pakaian dan jaket yang waktu itu kamu pinjamkan. Maaf aku tidak bisa memberikannya secara langsung. Abyasa.“

Perdana menaruh note tersebut di atas meja yang berada di depannya. Ia mengeluarkan isi dari paperbag tersebut.

Isinya memang pakian dan jaket milik Perdana yang ia pijamkan kepada Abyasa tiga minggu lalu. Pakaian tersebut sudah di cuci dengan bersih. Kemudian wangi pakiannya sekarang sewangi Abyasa.

Ia pun tanpa sadar menghirup aroma pakaian tersebut dalam-dalam. Ia menjadi sangat rindu dengan aroma Abyasa. Tapi ia lebih rindu lagi bertemu Abyasa.

Eh..

Rindu? Perdana rindu kepada Abyasa? Bagaimana mungkin?

Perdana akhirnya tahu alasan kenapa selama seminggu ini ia merasa gelisah. Ia sebenarnya rindu dan ingin bertemu Abyasa.

Namun ia tidak tahu kemana Abyasa pergi. Ia juga tidak tahu harus mencari kemana.

Oh..

Iya baru ingat. Ia masih ingat alamat indekosnya Abyasa. Untung saja ingatannya sangat tajam. Perdana segera mengganti pakiannya kemudian pergi keluar menggunakan mobilnya yang akan melaju menuju indekos Abyasa.

Sesampainya di sana. Indekos Abyasa tampak ramai. Ia pun mendekat ke kerumunan lelaki yang berkumpul di halaman depan dan bertanya mengenai Abyasa. Mereka bilang Abyasa sudah pindah dua hari lalu. Namun tidak ada satupun yang tahu kemana Abyasa pergi.

Saat sebelum ia pergi dari sana ada satu orang yang berbicara. Ia mengatakan mungkin temannya Abyasa yang bernama Dodi tahu dimana Abyasa. Perdana pun mengucapkan terima kasih.

Perdana kemudian melajukan mobilnya menuju restoran milik Andika.

“Apa saya bisa bicara dengan anda?“ tanya Perdana kepada seorang koki yanh tengah memasak. Koki tersebut tidak menatap baliknya namun ia hanya menjawab.

Saat Perdana tiba di restoran segera ia menuju dapur dan mencari Dodi. Namun Dodi tampaknya enggan berbicara denganna.

“Maaf. Saat ini saya sedang sibuk”

“Baik. Akan saya tunggu sampai anda selesai”

Dodi tidak menjawab itu dan hanya fokus dengan masakannya. Perdana yang melihat itu pergi dari dapur dan menunggu di depan.

Waktu pun berlalu

Hari telah malam. Sekarang keadaan restoran sudah sepi. Hanya tinggal dua orang lagi yang masih ada di dalam restoran.

Dodi yang telah mengganti pakaian kerjanya dengan pakian biasa berjalan mendekati Perdana. Ia pun duduk di kursi sebrang Perdana.

“Kamu mau bicara apa?“ tanya Dodi kepada Perdana

“Kamu tahu dimana Abyasa?“ tanya Perdana. Dodi terdiam sebentar memikirkan sesuatu kemudian dia berbicara.

“Kamu Perdana kan?“ Dodi memastikan nama orang yang di hadapannya.

“Iya”

“Abyasa titip bilang sesuatu ke saya. Ia suruh bilang ini saat saya ketemu anda. “Perdana, Jangan cari saya. Semoga kamu bahagia”.“

To Be Continued

[BL] The Sound Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang