Chapter : 6

5.3K 505 12
                                    

Chapter : 6

***

Ponsel Abyasa berdering. Segera ia menjawab panggilan dari Dodi.

"Halo, Dodi, ada apa?"

"Aby, gue mau minta tolong?"

"Minta tolong apa?"

"Resto lagi rame banget. Gue butuh bantuan lo"

"Boleh, tapi gue datangnya agak telat, gapapa?"

"Gapapa. Gue tunggu ya"

"Oke"

Abyasa kemudian menutup panggilan tersebut. Memang sudah biasa bagi Dodi meminta bantuannya untuk membatu di restoran tempatnya bekerja. Apalagi saat akhir pekan restorannya selalu ramai.

Bos nya Dodi pun tidak mempermasalahkan hal itu. Bahkan ia senang dan ingin Abyasa untuk bekerja di sana. Namun Abyasa menolah karena ia sudah mempunyai pekerjaan tetap. Ia bekerja di resto tersebut hanya sebagai pekerja paruh waktu saja.

Abyasa melirik jam di jam tanganya. Dua jam lagi menuju tengah hari. Segera ia berjalan keluar dari rumah sakit dan menuju halte transjakarta terdekat.

Tidak menunggu lama hingga bus pun datang. Segera ia naik ke dalam bus. Di dalam begitu sejuk di bandingkan dengan di luar.

30 menit berlalu dan akhirnya ia tiba di salah satu restoran yg ia tuju. Tempat tersebut tidak hanya restoran saja melainkan ada kafenya. Terpampang jelas di depan resto tersebut bertuliskan Havy Cafe & Eatery.

Ia berjalan menuju pintu belakang dan membukanya.

"Lo baru datang"

Suara Dodi menyambutnya, ia memakai pakaian seorang koki dan tengah sibuk memasak.

"Iya, sorry telat."

"Gapapa. Hari ini lo jadi pelayan ya"

"Oke"

Terkadang Abyasa diminta bekerja di dapur ataupun  sebagai pelayan.Abyasa segera masuk ke dalam dan menuju ruang ganti. Ia mengganti pakaiannya menggunakan seragam khusus pelayan. Segera ia keluar di sana dan bertemu karyawan lain. Ia menyapa mereka satu-persatu.

Segera ia membantu yg karyawan lainnya mengantarkan makanan kepada pelanggan. Selain itu ia mencatat makanan yg pelanggan pesan dan membersihkan meja yg telah di gunakan.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul 1 siang. Ia ke belakang sebentar untuk mengambil minum. Lalu kembali lagi ke depan. Ia melihat pemilik kafe dan resto ini datang. Segera ia mendekati pemilik kafe dan resto tersebut dan menyapanya.

"Selamat siang, Pak Andika"

Andika, yg baru selesai menyapa karyawan lain melihat Abyasa. Ia kemudian membalas sapaan  Abyasa.

"Siang juga, Aby. Aku sudah bilang jangan panggil aku  'Pak' aku ga setua itu."

"Maaf, A-andika."

Terlihat senyum di wajah Andika saat mendengar itu.

"Maaf ya, aku butuh bantuan kamu. Resto lagi ramai"

"Gapapa, aku juga lagi senggang"

"Makasih ya"

"Iya"

"Oh iya, Aby. Sebentar lagi teman aku datang. Nanti aku duduk bersama mereka. Nanti kamu ke meja kami ya"

"Baik"

Aby pun kembali melanjutkan pekerjaanya. Tidak lama 2 orang yg Abyasa kira teman Andika datang. Ia tidak terlalu jelas melihat mereka karena terhalang Andika. Selain itu mereka membelakanginya.

Abyasa berjalan mendekat ke arah meja Andika dan temannya. Saat semakin mendekat ia merasa kenal dengan salah satunya. Saat ia berada di depan mereka barulah apa yg ia pikirkan tadi benar

"Permisi"

Sapaan Abyasa membuat mereka semua menoleh ke arahnya. Salah satu dari teman Andika melihatnya sedikit terkejut.

"Aby, aku pesan yg kayak biasa ya"

"Baik"

"Kalian mau pesan apa?" Tanya Andika kepada temannya.

"Gue mau pilih Menu A" jawab salah satu teman Andika

Segera Abyasa mencatat pesanan tersebut di kertas note yg di bawanya.

"Kalau lo gimana, Dan?" Tanya Andika

Perdana segera tersadar dan berbicara.

"Samain aja sama pesanan lo" jawab Perdana

"Aby, pesanan Perdana samain sama aku ya"

"Baik. Mohon di tunggu"

Abyasa berbalik dan pergi menuju belakang. Segera ia memberitahu koki pesanan tersebut.

Abyasa akhirnya bisa menghela nafas. Sedari tadi ia sangat gugup melihat Perdana. Perdana sangat tampan dengan pakain kasualnya. Ia sebenarnya ingin berbicara dengan Perdana, namun ia rasa itu tidak sopan. Apalagi ia takut mengganggu waktu mereka.

Setelah itu pesanan Andika dan temannya selesai. Ia membawa pesanan tersebut ke meja Andika.

"Terimakasih, Aby" ucap Andika

Abyasa kemudian pamit pergi. Dan kembali bekerja.

"Aby," panggil Andika. Abyasa yg mendengar Andika memanggilnya segera menoleh.

"Kamu ke sini sebentar" suruh Andika

Abyasa kembali mendekat ke arah meja Andika. Makanan dan minuman yg ada di meja telah tandas.

"Teman saya mau bicara sebentar sama kamu" kata Andika

"Saya ada keperluan sama kamu" ucap Perdana. Ia beranjak dari tempat duduknya.

"Ikuti saya" titah Perdana

Abyasa kemudian mengikuti Perdana di belakangnya. Mereka keluar dari sana lewat pintu depan, kemudian berjalan ke bagian samping dimana parkiran berada. Perdana pun berhenti berjalan begitu pula Abyasa. Perdana berbalik menatap Abyasa.

Abyasa sedari tadi menerka-nerka apa yg akan di bicarakan Perdana kepadanya. Apa mungkin ia akan bilang kalau dia suka Abyasa?

Perdana tiba-tiba mendekat ke arah Abyasa dan mengangkat kerah baju Abyasa. Ia terlihat marah.

"Kamu pacaran sama adik saya?"

Pertanyaan dari Perdana membuat Abyasa melongo.

"Lepasin saya" pinta Abyasa

"Jawab dulu pertanyaan saya" kata Perdana

"Tadi apa yang  Pak Perdana bilang?" Tanya Abyasa memastikan telinganya tidak salah mendengar.

"Kamu pacaran sama adik saya?" Ternyata apa yg Abyasa dengar itu tidaklah salah.

"Kenapa Pak Perdana bisa berpikiran begitu?" Tanya balik Abyasa

"Pertanyaan saya tadi belum di jawab"

"Saya tidak pacaran dengan Naufal. Sekarang lepasin saya"

Perdana akhirnya melepaskan Abyasa. Abyasa sedikit melangkah ke belakang dan merapikan bajunya.

"Saya tidak pacaran sama Naufal. Saya juga tidak suka dia. Maksudnya dalam konteks romantis" tambah Abyasa.

"Tapi kamu selalu menanyakan kabar dia." Ucap Perdana

"Sebenarnya itu alasan saya agar bisa menghubungi Pak Perdana."

"Kenapa kamu melakukan itu?"

"Saya suka Pak Perdana"

"Apa?!"

To Be Continue

Tinggalkan jejak☆

[BL] The Sound Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang