Chapter : 9

4.8K 364 2
                                    

Ding

Terdengar suara notifikasi pesan masuk. Abyasa menghentikan langkahnya dan merogoh ponsel yg ada di saku celana bagian kanannya. Ia membuka pesan tersebut.

Perdana Kakak Naufal [Kamu ada waktu malam ini?]

Abyasa yg melihat pesan tersebut tidak bisa menyembunyikan kebahagiaanya. Senyumnya begitu merekah. Segera Abyasa mengetik balasan pesan tersebut. Ia tidak ingin membuat Perdana lama menunggunya.

[Aku ada waktu malam ini]

Tidak lama pesan balasan pun masuk.

Perdana Kakak Naufal [Kita ketemu di Hotel xxx, kamar no 1349]

Abyasa yang melihat pesan tersebut bertambah senang. Ternyata Perdana benar menepati janjinya. Abyasa mengirim pesan balasan.

[Baik, nanti saya ke sana]

Perdana Kakak Naufal [Oh, iya. Nanti kamu bilang ke resepsionis kamar atas nama aku.]

[Baik]

Tidak ada lagi pesan balasan dari Perdana. Abyasa sangat menantikan malam ini. Setidaknya ia bisa menghabiskan malam dengan Perdana.

Abyasa kemudian melanjutkan langkah kakinya menuju ruang guru. Dia masuk ke ruang guru dan melihat para guru sedang mengumpul. Ia mendekat dan bertanya kepads mereka.

“Kalian sedang membahas apa?.“

“Oh, Pak Aby. Ini kita lagi bahas acara makan bersama,” jawab Ibu Ika. Abyasa mengangguk mendengar hal itu.

“Pak Aby, mau ikut?,” tanya guru lain

“Acaranya kapan?,” tanya balik Abyasa

“Acaranya malam ini. Di restoran cina” jawab Ibu Ika

“Acaranya malam ini ya. Kalau malam ini saya tidak bisa. Saya ada kepentingan lain,” jawab Abyasa

“Tumben, Pak Aby biasanya selalu ikut. Engga ikut karena kencan sama pacar Pak Aby?,” tanya Ibu Ika

“Engga Ibu Ika.“ jawab Abyasa

“Saya pulang duluan kalau begitu” pamit Abyass kepada semua guri yg sedang berkumpul. Segera ia mengambil tas kerjanya dan keluar dari ruang guru.

Ia sekarang sudah menunggu bus dengan tidak sabaran. Sesekali ia melirik ke jam tangan yang di pakaianya. Ia tidak ingin terlambat di pertemuannya dengan Perdana.

Bus pun tiba, Abyasa segera masuk dan duduk di kursi penunpang yg kosong sebelah kanan. Bus pun melaju menuju daerah indekosnya.

***

Sedari tadi Abyasa terus memeilih pakaian yg akan ia pakai. Ia merasa tidak ada satu pun pakaian yg cocok ia pakai malam ini. Ia merasa sangat gugup.

'Apa gue beli baru aja ya?'

Abyasa sempat berpikir hal tersebut, namun ia tidak jadi. Karena waktunya sudah mepet. Tidak ada waktu lagi untuk membeli pakaian.

Ia menyesal kenapa ia tidak ikut Dodi ketika mengajaknya ke departemen store sewaktu libur. Padahal Dodi bisa memberinya masukan, karena Dodi lebih tahu soal fashion dibandingan dirinya.

Abyasa menyerah dan keluar dari kamarnya. Ia berjalan ke pojok kamar indekos dimana kamar Dodi berada. Ia mengetuk kamar Dodi dan segera Dodi membukanya.

“Ada apa, Aby?,” tanya Dodi

“Bisa bantuin gue ga? Gue bingung mau pakai baju yg mana.“

“Lo mau kencan?“

“Bukan kencan, tapi semacam itu lah”

“'semacam itu' itu maksudnya apa?“

“Nanti deh gue cerita. Waktu gue udah mepet”

“Ok bentar”

Dodi mendekat ke lemari pakaiannya dan membuka pintu lemarinya. Ia sepertinya mencari sesuatu di sana. Setelah ia menemukan yg ia cari segera ia menyerahkan pakaian tersebut ke Abyasa.

“Pakai ini aja, bajunya masih baru. Cocok di pakai lo”

Abyasa menerima baju yg di berikan Dodi. Ia sangat senang akan hal itu. Ia segera memeluk Dodi dan mengucapkan terima kasih.

Setelah itu Abyasa kembali ke kamarnya. Terdengar teriakan dari Dodi.

“Semoga kencan lo berhasil”

Abyasa segera memakai baju yg di berikan oleh Dodi. Ia segera memakainya. Ia memakai kaus  turtle neck lengan panjang dan kemeja putih dengan garis vertikal. Pakaian tersebut sangat pas dan cocok di dirinya. Ia merasa semakin terlihat tampan.

Segera ia memakai celana jeans di bawahnya. Ia berharap pakaiannya ini tidak terlalu berlebihan dan semoga Perdana menyukainya.

Setelah selesai ia segera memesan ojek online. Waktu menunjukan pukul 6 sore. Kalau ia pergi menggunakan bus, pasti akan ada kemacetan. Jadi dia lebih memilih ojek online.

Setelah itu ojek online datang dan ia pergi.

***

Abyasa akhirnya sampai di hotel yg ia tuju. Segera ia turun dari motor ojek online dan mengucapkan terima kasih dan menyerahkan helm yg ia pakai.

Ia menatap hotel yg begitu menjulang tinggi. Hotel tersebut adalah salah satu hotel mewah di kawasan ini. Mungkin harga sewa kamar per malamnya bisa mencapai gaji satu bulannya. Atau mungkin saja lebih.

Dulu Perdana bilang kalau ia yg akan terus memilih tempat mereka bertemu dan Abyasa tidak perlu membayarnya. Abyasa sempat enggan dengan hal tersebut, ia merasa sungkan kepada Perdana. Pasalnya dia adalah orang yg mengajak Perdana untul menjadi sex-partner. Namun Perdana ia tidak mempermasalhkan kalau ia harus membayar sewa kamar.

Abyasa segera masuk ke dalam hotel. Di dalam hotel pun tak kalah menkjubkan. Hotel tersebut bergaya klasik. Terasa sangat mewah sekali. Ia berjalan mendekat ke meja resepsionis.

“Selamat malam, Mbak,” sapa Abyasa.

“Malam, Mas. Ada yg bisa saya bantu?“

“Apakah ada booking kamar atas nama Perdana Jayachandra?“

“Sebentar saya lihat dulu datanya”

Resepsionis hotel melihat ke layar komputer. Sepertinya ia sedang mencari nama perdana.

“Ada, Mas.“ kata resepsionis hotel

Ia kemudian menyerahkan kunci kamar hotel kepada Abyasa seraya berkata.

“Ini kunci kamarnya, Mas”

“Terimakasih, Mbak”

“Sama-sama, Mas”

Abyasa kemudian pergi dari meja resepsionis dan menuju lift. Ia menekan tombol lift. Kemudian masuk lift setelah lift terbuka.

Ia sekarang tiba di depan pintu kamar 1349. Ia merasa detak jantungnya semakin bergetar dengan kencang. Ia pun berusaha menarik nafas agar gugupnya semakin mereda.

Ia kemudan masuk ke dalam kamar hotel tersebut.

To Be Continued

[BL] The Sound Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang