Aku tidak ingin menjadi apa-apa.
🕛🕐🕒
Ketika berumur 6 tahun, dunia terasa begitu besar. Begitu lapang, begitu luas. Segala bentuknya terlihat luar biasa, rasa-rasanya di dunia yang luas ini akan ada banyak tempat-tempat yang bisa menerima Delima dengan baik. Tempat-tempat yang besar mampu menampung, membawa maupun membiarkan kita di dalamnya. Banyak harap dan keinginan menyenangkan. Sampai-sampai akan selalu ada keajaiban setiap harinya.
Akan ada peri di halaman rumah, akan ada duyung dalam danau, akan ada kurcaci-kurcaci yang bernyanyi ketika bekerja di hutan. Semua terlihat menyenangkan.Lalu ketika dewasa nanti, barangkali akan jauh-jauh menyenangkan. Tubuh yang meninggi, bisa menengok luas taman agar para peri tengah bersembunyi nampak, agar bisa masuk hutan menjelajah melihat para kurcaci bekerja, akan bisa menyelam bermain air di danau mencari duyung.
Menjadi dewasa terdengar seajaib itu. Pasti menyenangkan.
Rasanya bisa menjadi apa saja. Dan apa saja tidak akan kenapa-kenapa. Jadi Delima tak takut untuk bermimpi serta berharap lebih-lebih tinggi. Ketika kecil, Delima selalu kagum akan teman-teman yang bercerita ingin menjadi dokter, jadi ia pun ikut-ikutan ingin jadi dokter. Setelah makan makanan paling enak di sebuah restoran, Delima juga ingin menjadi seorang koki. Ketika menonton tv dan tahu banyak hal, ia ingin menjadi pembawa acara berita, aktris terkenal.
Pulang dari rumah teman sehabis membaca majalah, Delima juga ingin menjadi seorang model yang dirias cantik serta mengenakan baju-baju lucu.
Semua terasa begitu mungkin. Lalu perlahan waktu menjadikannya dewasa. Tumbuh dari yang cuma sepingang orang dewasa sampai setinggi dagu orang dewasa.
Tumbuh-tumbuh lalu perlahan runtuh.
Ketika beranjak SMP cita-citanya mengekerut untuk menjadi penjaga perpustakaan, perangkai bunga, dan tukang roti.
Rasanya akan lebih mudah jika ia menjaga buku-buku, atau terluka merangkai bunga, atau bersin-bersin saat tepung terigu berhamburan.
Tapi semua akan perlahan berganti seiring tumbuh menjadi dewasa. Realitas. Kenyataan. Masyarakat. Kebutuhan dan keuangan.
Satu-satunya harapan yang ia pegang ketika SMA adalah psikolog. Meneguhkan harap, menceritakannya pelan-pelan pada beberapa teman.
Lalu Mama bilang, dia tidak punya uang untuk menyekolahkan sampai punya gelar sarjana dokter.
Kata Nenek hidup menjadi penjaga toko buku atau perangkai bunga tidak menghasilkan banyak uang.Tapi lagi-lagi kata Paman, Delima harus tahu diri akan keadaan keluarga untuk menjadi psikolog.
Hingga akhirnya gadis itu terjebak pada tempat yang selalu ingin ia hindari.
Menjadi seorang guru.
Guru magang.
Sebuah mimpi buruk.
Yang kalau lulus nanti gaji honeror pun tak akan cukup menghidupi hidup.Setiap hari akan bergelud dengan mata pelajaran, siswa, wali siswa, tugas-tugas dengan gaji minim sekali.
Hanya itu yang mampu mama biayai untuknya mendapat gelar sarjana S.Pd.
Dalam mendapat gelar itu, di sinilah Delima sekarang terjebak dalam hujan lebat sekolah lamanya.
"Beh, terus mamang penjaga sekolah bilang, dia ini sering muncul pas hujan lebat."
"Jangan gitu anjir! Serem ogeb!" Eksel berseru kesal mengusap tengkuknya yang kian merinding.
"Beneran tau! Terus kan ya-"
"Udah woi!"
Hujan deras, petir menyambar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster Ruang 00;00
Mystery / ThrillerMatanya menyala dalam gelap gulita Tidak ada yang berani bertanya mengapa Namun yang pasti setiap yang datang menemuinya Selalu pulang dalam keadaan tak bernyawa Delima yang mati rasa datang mempertaruhkan segala Tanpa tahu dia tak sengaja menyeret...