"Satu. Semoga kamu bahagia. Selalu."
🕛🕐🕒
"Kalau lo yang buka pintu, tampatnya pasti hangat."
Ah rumah itu lagi. Delima benci tempat ini, jauh sebelum ia membenci diri sendiri.
Sedangkan Renjana terjebak beku yang kelu mendaba setitik rasa hangat meski berupa sebuah kepalsuan. Fatamorgana dalam kasih sayang fana, dan segala hal tak nyata. Renjana ingin mencoba kuat menerjang apapun agar ia tak kehilangan lagi. Sebab satu persatu semua lenyap sampai di titik ia juga ingin ikut tengelam.
"Jadi?"
Setelah rasa mual itu menghilang, kebingungan melanda keduanya saling tatapan dalam waktu panjang, menghembus napas pelan.
"Udah kuduga, racun tikus gak mempan buat kucing," ucap Delima.
Renjana mengernyit tak suka akan pendapat barusan, menurutnya racun tikus bahkan bisa membunuh manusia.
"Yang ini monster," sambung Delima lebih cepat membuka mulut sebelum Renjana protes berat.
"Seengaknya racun tikus bisa bikin kucing jadi-jadian itu sakit kan?"
Henm, ada benarnya tapi kok Delima merasa kurang meyakinkan, sebab kucing kecil itu hanya bilang sakit perut dengan nada suara santai.
"Kalau kita tunggu sebentar lagi dan buka pintunya, gue yakin tuh kucing udah tewas."
Delima hanya bergumam kecil, agak ragu kalau kucing kecil hitam bermata biru itu bisa mati semudah perkiraan Renjana.
Lalu dari kejauhan aroma harum kue pandan tercium tersapu angin sepoi-sepoi.
Halaman belakang rumah Nenek masih terlihat serupa. Delima mulai menebak-nebak pada masa kapan ia terdorong waktu.
"Masa lalu lo yang mana lagi?"
Delima menoleh, berpikir sejenak ia tidak ingat juga, tiba-tiba sudah terbawa aliran waktu ke kejadian-kejadian yang selalu ingin ia hindari.
"Lo nyadar gak, kalau kita selalu balik ke masa lalu?"
Delima terpekur baru menyadari sesuatu.
"Kucing jadi-jadian sialan tu selalu ngelempar kita ke tempat menyebalkan? Lo tau kenapa?"
Oh, tidak. Delima tidak kepikiran soal ini sebelumnya, bagaimana bisa seorang Renjana bisa memikirkan hal ini. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan dari balik pintu.
"Biar kita takut buat buka pintunya lagi dan kejebak. Selama-lamanya."
Renjana terkekeh kecil merasa puas akan tebakan otaknya, ia masih insting dalam memperkirakan maupun memprediksi sesuatu. Hal ini ia dapatkan dari kemampuannya untuk bertahan agar tak menjadi si lemah.
Bolu pandan.
Delima tak bersuara, ia sedang sibuk mencoba menerka-nerka kejadian apa gerangan menimpanya saat sekarang.Kita akan mulai dari sebuah kejadian, mengenai kue yang menguarkan bau ke seluruh penjuru ruangan. Sebuah pertanda mengenai satu atau dua hari menuju lebaran.
Kalau sudah begitu, Delima tinggal menyingkap kenang-kenangan menyakitkan saat hari raya datang. Sebelum suara lantang menyerang keluar. Delima terperanjat.
"Kau pikir siapa yang peduli?" Garang dan menakutkan.
Mengembus napas panjang, Delima duduk di undakan tangga belakang rumah, memilih mendengarkan cekcok yang terjadi dalam sana. Renjana yang notabenya kepo sudah entah ke mana mencari celah menonton drama berlansung lebih jelas. Delima tidak peduli itu. Yah seharusnya begitu, sayangnya hatinya selalu pilu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster Ruang 00;00
Mystery / ThrillerMatanya menyala dalam gelap gulita Tidak ada yang berani bertanya mengapa Namun yang pasti setiap yang datang menemuinya Selalu pulang dalam keadaan tak bernyawa Delima yang mati rasa datang mempertaruhkan segala Tanpa tahu dia tak sengaja menyeret...