Fallin Bloom

111 16 2
                                    

Mempercayai sesuatu hal yang tidak pasti adalah hal yang bodoh. Seperti mempercayai sebuah mitos, tahayul, kabar burung, atau apapun sebutannya, adalah hal terkonyol yang manusia bisa lakukan.

Terlebih saat berada di dalam situasi tertentu. Contohnya saat seseorang berada di situasi yang sulit, maka dia akan mencari cara menemukan solusi atau pun jalan keluar.

Seperti seseorang yang terlilit hutang dan tidak memiliki jalan lain untuk menyelesaikan hutang itu, dan melakukan segalanya termasuk jika harus melakukan metode gali lubang tutup lubang, yang hingga pada akhirnya berurusan dengan rentenir.

Tapi Tao tidak sedang terlilit hutang materi atau pun hutang dalam bentuk apapun. Dia sosok anak muda yang berpenghasilan besar di usianya yang baru 26 tahun, dia juga tidak sedang mengalami kesulitan keuangan, bukan hal seperti itu yang mendesaknya mempercayai suatu hal yang tidak pasti.

Terdengar konyol saat dia begitu saja mempercayai kata-kata Darren, tapi tertawa saja dia tidak bisa. Justru sebaliknya, Tao merasa cemas, gugup, dan berharap.

Dan ia tahu jika seharusnya dirinya tidak terlalu banyak berharap. Belum tentu apa yang dikatakan Darren benar adanya, informasi yang diberikan sahabatnya itu tidak begitu jelas. Dia hanya disuruh untuk datang ke sebuah toko bunga yang berada di area pertokoan yang ramai dan menemui seseorang bernama Kris.

"Seperti apa orang yang harus ku temui?" Ia bertanya cukup antusias malam itu.

"...kau akan tahu saat melihatnya"

Darren tidak memberikan satu clue pun, dan ia berharap jika sahabatnya itu tidak sedang mempermainkannya.

Sudah beberapa menit Tao hanya berdiri di depan sebuah toko bunga yang tidak terlalu besar. Didominasi warna putih pada dindingnya, berpadu cantik dengan berbagai macam warna bunga dan jenisnya, tertata rapih di bagian depan toko dan juga di dalam etalase.

Tidak terlalu banyak pengunjung siang ini, mungkin karena waktu sudah melewati jam makan siang. Tao merogoh saku celananya mengeluarkan sebuah kalung dengan liontin berbentuk bintang, sinar matanya meredup kala mengusap liontin itu, lalu kemudian ia menarik nafas panjang sembari mengangkat wajahnya kembali menatap toko bunga di depannya.

Suara gemerincing lonceng yang bernyanyi menyambut Tao saat pintu toko dibuka. Dengan keraguan yang kini timbul, Tao melangkahkan kakinya masuk seraya memperhatikan ke sekeliling toko yang sangat bersih, aroma manis tercium ke seluruh ruangan, tapi sayangnya ia tidak menemukan satu orang pun di sana.

Meja kasir terlihat kosong, tidak ada aktifitas, dan Tao sudah membunyikan bel di atas meja tapi tidak ada respon. Ia memperhatikan ke sekeliling lagi, hingga perhatiannya tertuju pada sekumpulan bunga peony berwarna merah muda yang tampak segar.

Tak berjalan mendekat, kakinya bergerak otomatis, menyentuk kelopak bunga cantik itu dan merasakan tekstur yang halus di telapak tangannya.

"Ada yang bisa ku bantu?" Suara berat yang muncul tiba-tiba itu sanggup mengejutkan Tao yang jatuh dalam lamunan hingga pemuda itu terlonjak di tempat.

Ketika Tao membalikkan badannya dengan cepat, ia menemukan seorang pria bertubuh tinggi dengan rambut berwarna pirang cerah, wajah tirus dan kedua iris berwarna abu-abu. Pria itu membawa setumpuk bibit bunga, memakai apron berwarna coklat muda yang dimana terdapat nama toko bunga tersebut.

Tao melarikan matanya ke bagian dada sebelah kanan pria itu untuk menemukan sebuah name tag kecil yang bertuliskan 'Kris'.

Oh.

"Kau memiliki mata yang tajam" Pria itu berkata sambil melanjutkan langkahnya berjalan melewati Tao, diikuti tatapan si pemuda Huang. Ia kemudian meletakkan setumpuk bibit kering di bawah meja kasir, lalu menepuk kedua tangannya agar kotoran yang menempel di sana berjatuhan. "Peony-peony itu baru saja dikirim dan masih sangat segar, kau bisa melihat kelopaknya masih berembun" Ia menatap Tao saat mengatakannya.

Kris And Tao Ship: And How To Sail ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang