The Missing Part (1)

501 44 9
                                    

Yifan merasa sangat yakin jika dirinya kehilangan sesuatu hal yang ada di dalam ingatannya. Sebuah potongan layaknya puzzle yang menciptakan jarak sangat besar di dalam otak cemerlangnya yang menimbulkan tidak keseimbangan dalam kotak memorinya. Hilang, tak ingat, lenyap begitu saja tanpa dia sadari dan membuatnya terserang sakit kepala hebat yang selalu membangunkannya dari tidur lelap.

Jendela kamar yang terbuka mempersilahkan tiupan angin musim panas masuk menyapa, sangat kering dan membuatmu tidak nyaman. Jarum jam pendek berda di angka 2, sementara yang lebih panjang mengarah pada angka tertinggi; 12, Yifan menghela nafas lelah, kemudian menyingkirkan rambut di dahinya dengan gerakan pelan.

Laki-laki berdarah campuran itu terlihat cukup stres, sepasang alis tebalnya tak kunjung kembali ke garis lurus ketika ia mulai tenggelam dengan pemikiran di dalam tempurung kepalanya. Yifan sudah mencoba berkonsultasi dengan psikolog dihari kelima dirinya selalu terbangun pada pukul 2 dini hari dengan rasa sakit teramat sangat di kepalanya dan mimpi yang selalu tak bisa ia ingat.

Sebuah hal yang menurutnya cukup memalukan, datang ke seorang psikolog untuk menceritakan apa yang ia alami selama 1 bulan ini. Padahal hidupnya baik-baik saja, maksutku, pekerjaannya sebagai Polisiㅡ Kepala Asisten lebih tepatnya, tidak pernah sampai membuatnya mengalami gejala depresi hingga terbangun pada dini hari dengan sakit kepala hebat. Memang pekerjaanya sangat berat, berbahaya, membutuhkan tanggung jawab yang besar, tapi Yifan tidak pernah mengalami tekanan yang membuat ritme hidupnya terganggu.

Bahkan ketika ia bercerita pada sahabat baiknya yang juga bekerja di kepolisian, juga memberinya saran untuk mendatangi psikolog. Karena hal itu mulai mengganggunya, membuatnya terus berpikir apakah mungkin ada suatu hal yang ia lupakan.

2 butir obat yang ia minum pagi ini adalah yang terakhir. Yifan tidak bisa kembali tidur jika rasa sakit itu tak kunjung mereda, kemudian dia akan duduk di atas tempat tidurnya yang empuk sembari menunggu efek dari obat yang ia konsumsi bekerja, menikmati sunyi. Mengingat kalimat demi kalimat yang dikatakan sang dokter tak membuat dirinya sepenuhnya puas, pertanyaan yang ia lontarkan seperti tak mendapatkan jawaban yang pasti.

Bagaimana mungkin dirinya mengalami tekanan sementara dia sendiri sedang tidak dalam situasi tersebut?

Sudah hampir 30 menit berlalu, langit diluar sana masih gelap, dengan pendaran cahaya-cahaya kecil yang menghiasi layaknya kunang-kunang. Yifan dapat menyaksikan semarak langit malam yang sunyi dari jendela kamarnya, membuatnya kembali teringat peristiwa aneh sebelum dirinya mengalami gangguan depresi ㅡseperti yang dikatakan psikolog ituㅡ  membuatnya kembali berpikir, apakah hal yang dialaminya saat ini berhubungan dengan peristiwa itu? Karena semua itu begitu samar di kepalanya.









Hari itu Yifan keluar kantor lebih larut dari biasanya, dengan kondisi lelah dan megantuk ia mengendarai mobilnya melewati rute yang sama setiap harinya. Ditemani musik lembut yang mengalun dengan harapan bisa membuatnya tetap terjaga, Yifan bersenandung kecil dan sesekali mengawasi keadaan sekitar yang cukup sepi. Restoran cepat saji masih melayani pembeli yang datang, beberapa tunawsima yang berada di pinggir jalan mulai memasang alas tidur di atas trotoar, dan seorang petugas di tempat pengisian bahan bakar menyapanya ramah dengan senyum meski orang itu juga terlihat mengantuk seperti dirinya.

Sebelum kembali melanjutkan perjalanan pulangnya, Yifan teringat jika dirinya kehabisan sereal untuk sarapan esok pagi, maka ia menghentikan mobilnya di sebuah minimarket yang searah dengan jalan pulang. Dia mengangguk kecil membalas sapaan ramah sang penjaga kasir dan langsung melesat ke arah rak makanan siap saji.

"Ada yang bisa kubantu?" suara penjaga kasir membuat Yifan menoleh ke sisi kanannya setelah mengambil dua kotak sereal favoritnya.

Sepertinya dirinya bukan pembeli satu-satunya di sini, Yifan bisa mendengar suara si penjaga kasir yang entah sedang bicara dengan siapa. Jika didengar dari suaranya yang cukup dekat, sepertinya mereka berada di rak sebelah.

Kris And Tao Ship: And How To Sail ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang