15

3.6K 469 83
                                    

3100+ words

vote komennya ya beb

happy reading! have a nice day!

*****

Renata masih meringkuk dan menangis di ranjang kamarnya. Semalam Renata memutuskan untuk pulang ke rumah orangtuanya menggunakan taksi dalam keadaan berantakan akibat menangis.

Renata jalan mengendap dari pintu masuk rumah hingga ke kamarnya. Pagi ini pun ia belum memberitahu kedua orangtua nya kalau sedang berada di rumah. Pikiran Renata masih terlalu kalut.

Seminggu terakhir ini ia sulit tidur sehingga wanita itu terpaksa meminum obat tidur agar dapat tertidur pulas. Renata kemudian beranjak, ia teringat sesuatu yang ia temukan saat mengambil tas di lemarinya semalam.

Ia membuka secarik kertas yang dilapisi amplop dan mulai membacanya. Semalam ia tidak sempat membuka surat tersebut karena terlalu lelah menangis.

"Rajan bener-bener sendirian ya?" monolognya setelah membaca habis isi dari surat tersebut.

Kemudian Renata mengingat obrolan singkatnya bersama Geral seminggu yang lalu, pria itu bilang kalau membenci dirinya. Ia yakin jika berita perceraiannya akan segera tersebar setelah Rajan mengirim suratan gugatan cerai tersebut padanya. Geral akan semakin membenci dirinya.

Semalam Renata dalam kondisi lelah dan berada di bawah tekanan Rajan, emosi pria itu sangat mengintimidasi Renata sehingga tingkat stress wanita itu meningkat dan mengakibatkan wanita itu sulit berbicara atau menjelaskan hal yang sebenarnya pada Rajan. 

Hal ini pun pernah terjadi saat Renata susah menjelaskan perasaannya pada kedua orangtuanya sebelum keduanya mengetahui bahwa Renata mengidap pedophobia. Sejak saat itu pula Renata memilih untuk tidak memberitahu phobianya pada orang lain selain kedua orangtuanya, ia memilih untuk menghindari tempat yang ramai dengan anak-anak dan mengurung diri di rumah. Karena kondisi sulit berbicara itu pasti akan terjadi jika ia dipaksa menjelaskan apa yang tengah terjadi. Ia juga masih mengonsultasikan hal tersebut pada dokter psikiaternya di rumah sakit.

Setelah itu Renata menyimpan kembali surat yang ia bawa ke dalam tasnya. Kemudian terdengar suara ketukan dari pintu kamarnya, bersamaan dengan suara halus ibunya. "Renata?" panggil Riana.

Renata mengeryit bingung, bagaimana tahu ibunya kalau ia berada di dalam kamar padahal ia belum mengatakan kalau ada di rumah ini. Wanita itu beranjak dari ranjangnya dan membuka pintu kamarnya.

"Ya, Mi?" 

Riana tersenyum, wanita itu tampak membawa satu nampan yang berisi satu piring telur omelet dan sosis juga ada segelas susu putih hangat. Kemudian ibunya itu masuk dan meletakkan nampannya di atas nakas samping ranjang besar Renata.

"Mami tau kalau aku pulang?" tanya Renata pelan.

"Papi sama Mami tau kalau kamu pulang, semalem mungkin kamu lupa kalau kamar kamu ini udah ga lagi kedap suara kaya dulu, sejak kamu menikah Mami sama Papi sempat renov kamar ini, jadi kedengeran deh suara tangis kamu." Riana mengusap pipi Renata yang ia lihat semakin kurus dari terakhir ia lihat. 

Lantas Renata melihat ke sekelilingnya, kamarnya sudah memiliki banyak perubahan dari sebelumnya. Dulu ia sempat membuat kamarnya menjadi kedap suara karena setiap harinya Renata akan menangis ditengah malam sebab mimpi yang selalu menghantui dirinya.

"Maaf, Mi." cicitnya.

Riana mengambil tangan Renata untuk digenggam. Putrinya pasti sedang tidak baik-baik saja, selama menikah dengan Rajan ia tidak pernah datang ke rumah semalam dan menangis sekencang itu.

Secret Bombshell (jenrina) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang