TIGA BELAS-BERSIKAP DINGIN

5 4 0
                                    

••Banyak yang menganggap kita masih bersama, nyatanya kita telah selesai••

Aku masih ingat, hari dimana tangisku diabaikan, hari dimana rasa tangisku tidak dipedulikan, hari dimana perjuanganku tidak dihargai sama sekali. Dan aku masih dapat mengingat ketika dada ini menahan sesak luar biasa, bagaimana diri ini menahan semua rasa sakit itu seorang diri. Tanpa ada yang peduli.

Dua tahun telah berlalu dan hari ini Lia sedang melakukan salah satu hal terhebat yang dulu tidak pernah berani dia bayangkan. Ia sedang duduk di panggung, di hadapan ratusan pasang mata dalam acara launching bukunya yang ketiga.

"Sekarang kita masuk ke dalam sesi tanya jawab, ya," ujar Tania, MC yang memandu acara hari ini. "Jadi, siapa yang ingin bertanya?"

Sepuluh orang dari baris penonton mengangkat tangan mereka, berebut untuk mengajukan pertanyaan terlebih dahulu.

"Waduh, ramai sekali yang mau bertanya. Mulai dari gadis yang pakai baju biru dulu, deh?" Tania menyerahkan mik kepada salah seorang peserta.

"Halo, Kak Lia, nama saya Selia. Saya ngikutin novel Kakak dari novel pertama. Saya ingin bertanya, tokoh Arsene dan Alyssa tuh terinspirasi dari mana, sih? Kenapa kakak bisa membuat cerita yang meneteskan air mata seperti ini?" Lia tersenyum mendengar pertanyaan Selia. Sejujurnya, ini bukan pertama kali Lia mendengar pertanyaan seperti ini. Biasanya Lia menolak memberikan jawaban, tapi kali ini ia siap memberikan jawaban.

"Kalau ditanya, tokoh Arsene itu terinspirasi darimana? Jawabannya dari diriku sendiri. Cerita fantasi mengenai seorang pelayan setia bernama Arsene yang ingin membalaskan dendam kepada kekaisaran yang telah membunuh Putri Alyssa, majikannya. Kesedihan ketika ditinggal orang yang dicintai, bukankah kita semua pernah mengalami hal ini? Sosok Arsene adalah aku dan sosok Alyssa yang meninggal adalah seseorang yang menjadi inspirasiku dalam membuat cerita ini." Lia dengan mantap memberikan jawaban.

"Apakah kakak masih ingin bertemu dengan orang tersebut?" Selia kembali bertanya.

"Hmm... karena kesibukan yang kami jalani, kami jarang bertemu lagi tapi jika ditanya aku masih ingin bertemu dengan dia lagi jawabannya adalah iya. Kalau ketemu dia mungkin aku dapat inspirasi cerita lagi," Lia bergurau di akhir.

❄❄❄

E

mpat tahun berlalu sejak acara launching buku Lia itu. Saat kelas tiga SMA, Lia memfokuskan diri untuk belajar dan menulis sehingga dia mendapatkan beasiswa untuk kuliah di luar negeri dan menerbitkan buku pertamanya.

Buku pertama yang dia terbitkan adalah buku yang Aiden koreksi. Lia tidak menyangka Aiden mengirimkan cerita setengah-setengah itu kepada penerbit tanpa seizinnya namun ajaibnya penerbit menerima naskah buatannya. Cerita mengenai seorang pelayan setia bernama Arsene yang membalaskan dendam kepada kekaisaran karena telah membunuh majikannya, Putri Alyssa itu dia tidak menyangka cerita itu diminati banyak orang hingga menjadi best seller. Lia terus diundang untuk acara kepenulisan.

Dan setelah menyelesaikan pendidikannya di Australia, Lia kembali ke Indonesia karena dia akan mengadakan reuni bersama kedua sahabatnya, Relin dan Fiona.

Fiona terus memaksa mengadakan reuni dan akhirnya Lia dan Relin setuju. Lia juga sudah lama tidak bertemu dengan kedua sahabatnya itu.

Setelah lulus SMA, Farel langsung melamar Fiona dan setelah lulus kuliah mereka akan menikah. Masih beberapa bulan lagi hingga acara wisuda Fiona dan Farel namun Fiona sudah merengek kepada Lia untuk pulang dan menemaninya. Lia ikut senang dengan sahabat super bucinnya itu sekaligus iri dengan percintaan Fiona yang sangat langgeng hingga ke genjang pernikahan bersama Farel.

Meski Lia sudah menduga ending percintaan Fiona, Lia masih tidak menyangka Relin akan menjadi kakak iparnya. Saat Lintang lulus SMA, dia menyatakan perasaannya kepada Relin. Rasanya aneh memiliki sahabat yang bakalan menjadi kakak ipar kita kelak.

❄❄❄

"

Wahh, gue lupa, Lia. Bentar-bentar gue siap-siap dulu."

Lia mendengus mendengar perkataan Relin di seberang telepon. Bagaimana bisa sahabatnya itu melupakan reuni mereka. Padahal Lia telah tiba di cafe dekat SMA mereka dulu namun bisa-bisanya kedua sahabatnya itu melupakan reuni mereka.

Lia mendengus karena bingung harus melakukan apa. Karena masih jam sekolah, cafe itu sepi, hanya ada dirinya sebagai pengunjung. Lia sangat menyukai mint choco di cafe ini.

"Hah?! Lo bakalan telat?! Gue udah sampai nih. Harusnya tadi gue jemput lo aja."

Lia tersentak mendengar suara familiar tersebut. Lia melirik laki-laki yang mengomel kepada seseorang di seberang telepon.

"Harusnya gue jemput dia tadi," lelaki itu masih menggerutu padahal sudah mematikan handphonenya. Pertengkaran kekasih? Mungkin saja. Biasanya Lia tidak memedulikan orang-orang disekitarnya namun begitu bertemu pandang dengan lelaki itu Lia merasakan suatu kerinduan.

"Lia?"

Lia selalu menyukai cara cowok itu memanggil namanya.

"Zachary..." Lia memanggil lirih.

Meski kita bertemu lagi semua tak akan sama seperti dulu lagi.

Mereka hanya saling bertukar salam dan begitu seorang gadis yang Lia yakini sebagai kekasih Zachary, Zachary pamit undur diri.

Entah sejak kapan Lia sudah terbiasa melihat Zachary bersama gadis lain. Waktu benar-benar bisa membuat perasaan seseorang berubah.

❄❄❄

ZaLia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang