@Choco_late🍫
Chapter 2.
_mengenal, El_****
Hujan malam ini mengguyur deras permukaan bumi. Hawa dingin dengan semilir angin yang berhembus tenang seakan menusuk kulit.
Naya menikmati malam yang dingin ini dengan merenung, menerawang ke depan yang fokusnya ke arah jendela kamarnya. Dengan di temani secangkir teh panas, dan tubuh yang terbalut selimut.
Jika kalian berpikir Naya akan menggalau saat ini, karena suasana malam yang mendukung! Kalian salah, sejatinya Naya hanya menikmati malam ini dengan menghayal dan sesekali cekikikan sendiri akibat khayalannya.
Ada yang sama dengan Naya?
"Haa".Helanya, "andai aja apa yang gue khayalin jadi kenyataan," ujarnya lirih
"Tapi, takdir gue udah kayak gini, kenapa dulu waktu gue di dalam rahim Mak gue, gue terima terima aja ya hidup kayak gini, kenapa dulu gue gak terima aja jadi Ratu, atau putri dari suatu kerajaan gitu". Curhatnya dengan memasang mimik wajah sedih.
Naya yang masih larut dengan khayalannya, tidak sadar saat pintu kamar dibuka. Menampilkan sosok wanita paruh baya dengan wajah yang masih terlihat segar walau sudah berumur.
"Na, belum tidur?". Ujarnya seraya berjalan kearah Naya yang masih dengan wajah terkejutnya.
"Belum, Bun suasananya nyaman, jadi pengen menikmati nya dulu". Kekehnya lalu berdiri menghapiri bunda 'Ami, yang sudah duduk di atas kasurnya.
"Suasananya memang nyaman, bunda juga suka, awalnya sih bunda benci hujan". Ujar bunda Ami dengan pandangan lurus ke jendela kamar sembari bernostalgia ke masa lalu.
"Benci?, Kok gitu"? Tanya Naya yang mulai penasaran.
Melihat anaknya yang menampilkan ekspresi bingung, bunda Ami tersenyum, dan mengelus sembari menggenggam telapak tangan Naya.
"Iya, dulu bunda benci hujan. Karena suaranya yang berisik. Dan terkadang menimbulkan gemuruh lalu petir. Bunda nggak suka. Tapi setelah bunda mengenal papa kamu bunda sedikit demi sedikit mulai menyukai hujan." Jelas bunda Ami.
"Kenapa"?
"Karena, papa kamu sering ngajak bunda menikmati hujan bersama sama dulu, awalnya bunda nolak, tapi karena bujukan dan rayuan dari papa kamu bunda akhirnya luluh juga. Dia sering bawa bunda jalan jalan dengan motornya saat gerimis mulai turun, saat hujan hujan gini waktu sepulang sekolah papa kamu akan bilang. "Hujannya deras, kamu nggak usah takut, selagi ada aku hujannya nggak bakal berani ngapa-ngapain kamu".
"Bunda, masih ingat sama omongan papa,"? Tanya Naya, dengan raut kagetnya, bundanya memang terlihat sangat mencintai ayahnya, mulai dari hal hal kecil yang di berikan ayah kepada bunda sampai omongan ayah waktu SMA-nya, bunda masih mengingat nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Felicity [On Going]
Roman pour AdolescentsBRAKK... "Aww..". Ringisnya. Naya yang belum sepenuhnya sadar berada di atas tubuh orang itu, hanya bisa meringis menahan sakit di dahinya karena terbentur dengan hidung orang yang di tindihnya itu. "Aduh, sakit banget dahi gue, lecet nih kayaknya"...