Biru

3 1 0
                                    

Namaku Biru. Anak laki-laki biasa berumur 15 tahun yang gemar memandang langit. Selain warnanya sama dengan namaku, langit salah satu karya Tuhan yang tidak pernah berbohong. Saat aku bersedih, langit ikut menangis, saat aku bahagia, pancaran matahari begitu menyilaukan mata. Sungguh indah wahai langit.

“Laut juga biru.” kata Senja.

“Aku benci laut.”

Tidak pernah sekalipun aku berpikir untuk menyukai laut sedikit saja. Untuk memandangnya pun aku tidak sudi. Banyak luka yang laut goreskan di hatiku, tapi ia tidak pernah meminta maaf.

“Sesuatu yang sama bukan berarti memberikan sesuatu yang sama juga.” kataku.

“Benar. Tapi yang sama selalu memiliki kesamaan.”

Lihatlah Senja. Mulutnya penuh dengan es krim rasa coklat yang ia beli menggunakan uangku. Dasar Senja. Aku hanya memandangi langit untuk sesaat. Tersenyum dan berkata “Aku harap langit tidak pernah mengecewakan ku.”

“Tapi yang sama selalu memiliki kesamaan.”

Aku menoleh “Langit itu tidak seperti laut.” kataku tegas.

“Lihat saja nanti malam. Warnanya tidak akan biru lagi.”

“Aku tahu, laut juga sama.”
“Itu maksudku.”

Aku memandangi Senja untuk beberapa saat. Masih mencerna kalimat yang ia lontarkan. Es krimnya sudah habis. Ia membuang stik nya asal. Dasar jorok.

“Kenapa kamu begitu membenci laut?” tanya Senja.

“Ayahku pergi melaut dan tidak pernah kembali.”

“Ibuku terbang ke langit dan tidak pernah mendarat.”

Aku menaikan alis “Pesawat yang ibu kamu tumpangi jatuh ke laut.”

“Tetap saja, langit yang salah. Menurunkan hujan disaat pesawat itu terbang di bawahnya.”

Aku tidak menanggapinya, Senja sering kali membuatku terdiam dengan penjelasannya. Suara alarm jam ku berbunyi, waktunya untuk les bahasa Inggris. Aku hendak mengajak Senja tapi ia sedang menatap langit dengan lamat-lamat.

“Langit dan laut sama saja, Biru. Mereka sama-sama mempunyai kejahatan yang sebenarnya tidak ingin mereka lakukan. Tapi, karena kita hanya manusia biasa yang hanya memikirkan keuntungan saja, makanya berpikiran bahwa keduanya mempunyai perbedaan.” kalimat Senja menggantung.

“Kamu tahu, Biru? Awalnya aku suka warna biru karena kamu suka langit, tapi aku malah menyukaimu.”

Memeluk Angan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang