Masih kamu.

2 1 0
                                        

Hari silih berganti menjadi minggu-minggu yang kelabu.

Ah aku lupa apa tujuanku hidup, tapi jujur saja aku juga tidak ingin tahu tentang itu. Kini sudah lebih seribu kata aku tulis semua tentang mu. Tidak ada setelah adalah yang terakhir. Apa kamu tetap di sana?

Kemarin kamu bilang ingin tetap tinggal jauh dari langit tempat kita berteduh, menghabiskan hari-hari bahagia dengan langitmu yang baru. Itu keputusanmu untuk pergi sementara aku tetap diam di sini. Apa yang menjadi keinginanku adalah pilihanku. Kamu tidak punya hak untuk melarang.

Masih suka tidur?

Maaf, aku tidak bisa lupa dengan kebiasaanmu yang itu. Bagaimana sekarang? Baiklah, itu pasti baik buatmu. Tidak ada yang lebih mengerti kamu selain kamu sendiri. Beberapa minggu lagi pengumuman itu keluar. Apa kamu tahu? Hanya kamu yang tahu apa yang aku ambil, tentu itu bukan sebuah kehormatan, telingamu sudah di beritahu keputusan paling besar yang pernah aku ambil.

Tetap di sana.

Tidak ada yang bisa meramal kapan waktu akan berakhir. Besok adalah sebuah misteri yang di buat Tuhan agar hambanya terus berbuat baik di hari ini, kalau pun besok mati, setitik kebaikan sudah hambanya laksanakan. Danau yang waktu itu aku ceritakan kini sudah kering, tidak ada ikannya pula.

Banyak mulut berkata tentang pulau itu. Pulau yang ingin sekali aku kunjungi setelah rumah ibu, katanya orang-orang di sana pelit. Mereka terlalu menghemat sampai tidak bisa menghargai arti dari sebuah karya.

Berapa lama lagi waktu yang aku butuhkan untuk menghilangkan mu dari pikiran? Apa aku egois mengurungmu di kepalaku? Pernah sekali aku hendak menemuimu tapi aku sadar kamu terlalu dinamis untuk di mengerti. Layaknya penulis yang sudah menulis lebih dari ratusan buku. Sering berubah, banyak alur ceritanya.

Bodohnya aku.

Di tulisan ini aku masih membicarakan
mu. Aku pun tidak tahu, besok-besok aku akan bertanya pada manuisa paling sok tahu itu. Sudahlah, aku harap di tulisanku berikutnya bayang-bayang betapa jahatnya kamu hilang di kepalaku.

Dan sekarang kalimat itu berubah, kamu dengan segala kemungkinan iti bisa aku terima.

Memeluk Angan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang