Lie

33 5 0
                                    

Sekarang aku sudah siap dengan gaun berwarna putih dia atas lutut. Aku make up dengan rapi dan menghias rambut ku sebagus mungkin.

Oh, jangan lupa kado. Kado untuk Sultan.

Kini sudah pukul 17:55. Jaemin tak kunjung datang.

Jujur saja aku khawatir akan terjadi hal hal buruk yang menimpa jaemin.
Itu membuat ku overthinking saja.

Aku sedari tadi mondar mandir di teras rumah ku menunggu jaemin.

Lalu tak lama kemudian dia datang.

Malam itu dia sangat tampan dengan kemeja putih dan rambut yang mengkilat. Bajunya rapi dan tak lupa senyum indahnya menghiasi wajahnya malam itu.

Aku tersenyum saat melihat dia tepat di hadapan ku.

"Kamu cantik sekali malam ini." Pujinya.

Aku salah tingkah sehingga wajahku merona.

"Kamu juga ganteng banget malam ini." Pujiku balik.

Dia tersenyum.

"Kamu mau memakai helm?" Tanya nya.

Aku menggeleng.

"Ntar rusak rambut aku." Ucapku.

Lalu entah apa yang lucu jaemin tertawa.

Aku menaiki motor tua milik jaemin.
Dan dia melajukan motornya.

Saat di perjalanan langit sangat gelap. Bintang, bulan, hilang tertutup awan hitam.

Kami sampai di tujuan. Aku turun dengan Jaemin.

Saat ingin masuk ke rumah Chenle aku menarik lengan jaemin untukku gandeng.

Sedikit canggung tapi romantis.

Kami memasuki ruangan tersebut.
Oh tidak. Acara nya di luar rumah.
Alias di halaman luas belakang rumah Chenle.

Dia super duper kaya raya. Di belakang rumah nya ada kolam berenang yang begitu luas.

"Woahh" kataku kagum.

"Gila!, Kaya bet Chenle!" Ucapku sedikit bisik bisik.

Terlihat di seberang sana ada, Karina, Jeno, Haechan, Ryujin, dan Minju?

Benar mataku tidak salah. Minju terlihat cantik malam itu. Dia menyendiri duduk di salah satu bangku yang ada di sana.

Aku kasihan. Sedikit.

Tak lama kemudian acara di mulai.

Kami menyanyikan lagu selamat ulang tahun, memotong kue dan di akhiri oleh pesta dansa.

Terlihat banyak pasangan yang berdansa.

Aku ingin mengajak jaemin berdansa tapi canggung.

"Ekhem" Kataku sebagai kode.

Jaemin langsung menoleh ke arahku.

"Kenapa?, Tidak mau berdansa?"

Pipiku merona, panas, salah tingkah.

"Emm, kalau kamu mau?" Tanyaku ragu ragu.

Dia mengangguk lalu mengulurkan tangannya untukku.

Kami berdansa dengan indah. Aku tak tahu bahwa jaemin bisa berdansa.

Tapi perhatian kami teralihkan saat ada suara.

Byur!

Seseorang baru saja tenggelam di kolam itu.

Once you are always you[JAEMINJEONG]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang