Disisi lain Acha baru saja selesai belajar. Mulai dan selesainya pembelajaran sama dengan sekolah pada umumnya.
"Udah selesai, kalau gitu, kakak langsung pulang saja ya?" Ujar Fifi sambil tersenyum, ia juga telah selesai merapikan barang barang miliknya yang ia gunakan untuk mengajar.
"Makan dulu yuk kak." Ajak Acha.
Fifi mengangguk. Ia dan Acha berjalan kearah meja makan. Baru saja mereka duduk, beberapa pelayan langsung menghampiri mereka dan menunduk sopan.
"Mau makan apa hari ini, non?" Tanya salah satu dari pelayan tersebut.
Acha menatap kearah Fifi. Fifi pun langsung tersenyum. "Nasi goreng?" Tanya Fifi kemudian.
Acha mengangguk.
"Minumannya?" Tanya pelayan itu kembali, serta ia mengisyaratkan ke pelayan lainnya untuk segera memasak nasi goreng.
"Jus jeruk aja ya, Bi." Jawab Acha yang akhirnya buka suara.
"Baik non, Bu. Tunggu sebentar ya." Ujar pelayan tersebut.
Beberapa pelayan itu pergi dari hadapan Acha dan Fifi. Umur Acha dan Fifi hanya terpaut 6 tahun. Jika Acha umurnya 17 tahun makan Fifi berumur 23 tahun.
Nasi goreng ialah makanan kesukaan Acha. Dan, jus jeruk adalah minuman favorit Acha.
Tidak lama empat pelayan datang membawakan makanan serta minuman dan tidak lupa makanan penutup. Mereka menyajikannya diatas meja, lalu pergi dari sana dengan sopan.
Acha mengangkat sendoknya. "Mari makan kak." Ajaknya kemudian.
Fifi tersenyum. "Selamat makan siang, Acha."
Mereka makan dengan keheningan. Tak lama, Fifi selesai lebih dahulu. Ia menyudahinya lalu berdiri.
"Acha, kakak sudah selesai. Kalau gitu kakak langsung pulang ya. Makasih makan siang nya, Acha. Acha jangan takut lagi buat keluar rumah ya? Dunia luar itu indah banget loh, pokoknya acha harus lihat." Pamit Fifi sambil mengusap kepala Acha dengan sayang.
"Hati-hati." Ujarnya singkat. Tanpa mau menjawab perkataan yang dituturkan Fifi.
Setelah kepergian Fifi. Acha menyudahi makannya. Ia teringat akan pesan Fifi, sellau itu pesan yang ditinggalkan Fifi untuk dirinya.
Apa sudah seharusnya Acha mengikuti saran semua orang?
Apakah nanti Acha bisa bergabung dengan dunia luar?
Acha tidak yakin.
Baru saja akan membuka pintu utama, tangan Acha bergetar hebat. Sudah 11 tahun Acha sama sekali tidak pernah membuka pintu. Ini pertama kalinya setelah sekian tahun lamanya.
"Bismillah." Gumamnya pelan.
Ceklek...
"Acha mau kemana? Belajarnya sudah selesai ya, sayang?" Tanya seseorang dari arah belakang.
Acha mengurungkan niatnya untuk membuka pintu lebar lebar. Ia menoleh ke belakang, sudah ada maminya yang tengah tersenyum lebar.
Acha menggeleng, ia kembali menutup pintu utama. Sepertinya Acha mengurungkan niatnya untuk keluar rumah. "Enggak mau kemana mana, Mi."
Farah, maminya Acha melunturkan senyumnya. Seharusnya ia tadi tidak memanggil Acha. Farah tau bahwa Acha akan keluar rumah. Farah juga memperhatikan Acha sedari keluar dari ruang belajarnya bersama Fifi. Farah salah, seharusnya ia tidak memanggil Acha. Seharusnya Farah membiarkan Acha melawan trauma nya dengan cara kembali keluar rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DINIKAHI BAD BOY MANJA
De Todo-HARAP BIJAK DALAM MEMBACA- Menikah dengan lelaki badboy? Sama sekali tidak pernah terbayangkan di benak Acha bahwa ia akan dijodohkan dengan anak sahabat snag ayah. Padahal mereka berdua sama-sama belum tamat sekolah.