Dengan gerak cepat Azka menyentak tangan Santi kasar, ia memeluk Acha dari samping.
"Maksud lo apa anying!" Teriak Azka marah.
Azka sangat marah ketika Acha sudah menjerit meminta dilepaskan tapi tidak ada satupun yang mendengarkannya.
Santi tampak mengubah raut wajahnya menjadi memelas. "Dia duluan tadi yang nampar aku! Aku nggak terima, Azka. Makanya aku tarik rambutnya!" Ujarnya bohong.
"Sialan lo! Lo berurusan sama gue!" Bentak Azka.
Wajah Santi memerah menahan amarahnya. "DIA SIAPA KAMU SIH AZKA? SAMPAI BELAIN DIA SEGITUNYA?!" Marah Santi kemudian.
Azka menatap Santi tajam, ia hampir keceplosan mengatakan Acha ialah istrinya. Untung saja Acha dengan cepat menggelengkan kepalanya.
Acha mengusap lengan Azka lembut, ia pun tersenyum untuk meyakinkan. "Tidak apa apa, kita pergi saja yuk!" Bujuk Acha menarik lengan Azka.
Acha tidak mau Azka keceplosan mengatakan bahwa mereka telah menikah. Yang ada nanti Acha semakin tidak akan memiliki teman dan dijauhi oleh siswa siswi disini dengan opini hamil duluan. Dan, lebih parahnya lagi Acha serta Azka bisa dikeluarkan dari sekolah.
Emosi Azka seketika menghilang. Ia menatap Acha lembut. "Yang mana sakit hm?" Tanya nya lembut dan tatapan lekat.
Sungguh beda suara Azka sebelumnya dengan Santi dan kini pada Acha.
Mereka semakin yakin bahwa Azka ada hubungan dengan Acha.
Acha menatap Santi sekilas lalu menarik tangan Azka membawanya pergi dari lapangan.
Acha begitu merasa di permalukan tapi ia bisa apa?
Acha tidak bisa melawan orang yang memyakitinya.
Jika bisa, mungkin sudah Acha bunuh kembali sopir truk yang menabrak sahabatnya.
Sungguh kejadian 11 tahun silam tidak akan pernah Achan lupakan. Sahabtatnya yang berlumuran darah dan langsung meninggal di pelukan nya. Hal itu membuat Acha trauma akan truk muncul saat itu juga.
"Apanya yang sakit hm?" Ucap Azka mengulang pertanyaannya dengan semakin lembut.
"Nggak sakit kok." Acha menyembunyikan nyeri di kepalanya serta pipinya yang terasa masih kebas.
Acha baru tau jika Azka marah akan sangat sangar.
Pantas saja waktu semalam Azka membentak dirinya.
Tatapan lembut Azka berubah tajam, ia paling tidak suka jika Acha berbohong.
"Gue nggak suka dibohongin!" Berang Azka menatap Acha.
Acha jadi gelagapan sendiri. Ia mengelus lengan Azka lembut. "Tidak begitu... Acha beneran nggak sakit kok... Ini biasa aja rasanya..." Ucap Acha terbata bata dan berbohong.
"Terserah lo aja deh!" Berang nya kembali.
Acha memeluk Azka erat, ia tidak bisa jika Azka marah. Katakan saja Acha manja tapi itulah kebenarannya.
"Azka jangan marah." Cicit Acha pelan.
Azka menghela nafasnya. "Jujur aja kenapa sih, Cha?" Tanya Azka yang sudah mulai kembali Lembut.
"Nanti Azka malah marah marah ke Santi kalau Acha jujur." Jawab Acha menunduk.
"Ya jelas lah gue marah! Lo nya digituin sih!" Seru Azka tidak terima.
Ucapan Azka membuat Acha mengernyit heran. Ia mendongakkan kepalanya menatap Azka.
"Kenapa Azka marah? Azka ada rasa ya sama Acha?" Tanya Acha malu malu.
"Ya... Tidak lah! Ya kali gue suka sama lo!" Untung saja ia tidak keceplosan lagi.
Azka bisa malu karena keceplosan terus.
Acha melepaskan pelukannya, ia kira Azka benar benar ada perasaan kepadanya. Ternyata tidak.
Benar cinta Azka bertepuk sebelah tangan.
Namun Acha bertekad akan sebisa mungkin untuk membut Azka jatuh cinta padanya. Acha meyakinkan dirinya untuk bisa membuat Azka jatuh dalam pesonanya. Karena Azka adalah suaminya.
***
Setelah kejadian ironis pada istirahat pertama. Acha dan Azka memutuskan untuk kembali ke kelas masing-masing.
Azka melanjutkan aktivitas nya saat istirahat kedua untuk bermain basket. Sudah lama rasanya Azka tidak melatih kemampuan bermainnya.
Tentu saja ditemani oleh tim basketnya.
Kedua sahabat Azka juga diikuti tim basket lainnya.
"BAGI BAGI BOLANYA KA, JANGAN MAIN SENDIRI AJA!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DINIKAHI BAD BOY MANJA
Diversos-HARAP BIJAK DALAM MEMBACA- Menikah dengan lelaki badboy? Sama sekali tidak pernah terbayangkan di benak Acha bahwa ia akan dijodohkan dengan anak sahabat snag ayah. Padahal mereka berdua sama-sama belum tamat sekolah.