2

586 68 7
                                    

Pertanyaan Felix itu kini membuat mereka bertengkar. Jawaban Jisung membuat mood Felix hancur.

"Nggak. Kasian, aku gak tega kalo ngundang dia"

"Apaan coba jawab kaya gitu. Terus dia gak mikirin gitu perasaan gue" gerutu Felix sembari memainkan ponselnya. Jisung yang keluar dari kamar mandi hanya menghela nafas mendengar dumalan Felix. "Ayo mandi udah sore" ucap Jisung. Felix memalingkan wajahnya dan berusaha bangkit, jangan lupa ia masih merasa sakit di bagian bawahannya.

"Sini aku bantu" ucap Jisung yang melihat Felix sedikit kesusahan. Tangan Jisung ditepis oleh yang lebih muda.

"Kamu masih sakit itu lo. Gak usah ngeyel. Bisa gak sekali aja nurut" ucap Jisung dengan tegas membuat Felix diam saat di papah oleh Jisung. "Mau berendam apa gimana?" Tanya Jisung. Felix yang masih pundung tak menjawab pertanyaan Jisung. Jisung yang memang tidak sabaran membopong tubuh Felix dan meletakkan Felix di dalam Bethtub. "Aku di luar, kalo butuh apa-apa panggil aja" setelah mengatakan itu Jisung keluar dari kamar mandi. Felix hanya mendengus dan mempoutkan bibirnya.

Setelah selesai dengan mandinya Felix berusaha keluar dan berjalan sendiri meskipun sedikit kesusahan dan merasa sakit.

"Iya nanti aku kesitu.

Hm

Miss you too"

Felix yang sudah keluar dari kamar mandi hanya diam didepan pintu. Sedikit tidaknya ia sempat mendengar Jisung mengatakan "miss you too" kepada seseorang ditelpon. Ia berjalan pelan menuju lemari pakaian, dan Jisung baru menyadari bahwa Felix sudah keluar dari kamar mandi.
"Bae, bisa?" Tanya Jisung menghampiri Felix. Lagi-lagi Felix menepis tangan Jisung. Ia semakin sakit hati sekarang "aku bisa sendiri" ketusnya.

"Yang tadi nelpon-"

"Yeji. Aku tau" jawab Felix.
Felix menyadari, meskipun dia dan Jisung sebentar lagi akan menikah namun ia tak mungkin memaksa Jisung untuk mencintainya secara penuh, karena mereka hanya di jodohkan, dan dengan terpaksa Jisung dan kekasihnya harus mengakhiri hubungan mereka.

"Aku mau-"

"Pergi aja" hanya itu yang Felix ucapkan dan membaringkan tubuhnya diatas ranjang. Menyelimuti seluruh tubuhnya. Ia tau jika Jisung ingin menemui Yeji. Felix dapat merasakan Tangan Jisung kini mendekapnya. Dengan perlahan Jisung menarik selimut yang Felix gunakan. "Dengerin aku dulu" ucap Jisung dengan lembut.

"Bae" panggil Jisung. Pada akhirnya Felix menoleh dan mendapati Jisung dibelakangnya. "Aku sama dia udah gak ada hubungan apa-apa lagi. Kamu mikirnya aneh-aneh terus" ucap Jisung mengelus rambut Felix. "Yang tadi nelpon itu mamah, katanya kangen. Mau ngeliat calon mantunya. Tapi aku bilang kalo kamu sakit, jadi aku sendiri yang kesana"

"Bener?"

"Beneran sayang. Ayok ikut kalo gak percaya"

Felix menggeleng dan memeluk Jisung. "Aku takut kalo kamu sama dia ada hubungan lagi. Kamu tau kalo aku sayang banget sama kamu" lirih Felix. "Nggak. Gak usah mikir aneh-aneh" bujuk Jisung.

.

"Calon kamu tau kalo kamu kesini?" Tanya Yeji yang kini menggunakan paha Jisung sebagai bantalnya. Jisung hanya menggeleng dan mengelus rambut Yeji. Yaps ia telah membohongi Felix.

"kalian beneran jadi nikah?" Tanya Yeji dengan wajah yang sedikit murung.

"Hm. Dua minggu lagi"

"Terus nasip aku kaya gimana? Kamu mau ninggalin aku gitu aja" Yeji menunduk dan menghapus air matanya yang mengalir. Jisung hanya diam sembari mengelus pucuk kepala gadis itu. Ia juga bingung apa yang harus ia lakukan, disisi lain ia juga tetap ingin menikah dengan Felix.

"Aku gak ninggalin kamu. Buktinya ini aku dateng. Cup cup jangan nangis lagi hm" Jisung mendekap tubuh wanita itu berusaha menenangkannya

Ditempat lain Felix yang sedang asik memainkan ponselnya menyeringit saat mendengar bel rumah berbunyi. Ia menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 7. "Siapa yang dateng jam segini?" Gumam Felix, ia berusaha bangkit dari posisinya, berjalan sedikit pincang sembari membuka pintu dengan perlahan.

"Mamah"

"Hai sayang" pekik nyonya Han melihat calon menantunya itu. Felix melirik keadaan sekitar "mamah sama siapa kesini? Ayo masuk dulu"

"Sendiri. Jisung mana?"

"CUNG!"

"HAN?" teriak nyonya Han memanggil putra nya.

Felix terdiam masih berdiri didepan pintu, 'Jisung bohong soal mamah' batin Felix. Ia memikirkan kemungkinan besar yang terjadi alhasil membuatnya kesal sendiri.

"Jisung mana sayang? Mamah bawa brownies kesukaan dia ni"

"Eh, tadi katanya ada urusan kantor mah" jawab Felix kik kuk. Ia tak mungkin mengatakan hal yang aneh-aneh pada calon ibu mertuanya.

"Kamu kenapa? Kok jalannya gitu?" Tanya Nyonya Han yang melihat cara jalan Felix sedikit pincang. Felix gelagapan mendengar pertanyaan itu. Ia menggaruk tengkuk nya yang tak gatal. Nyonya han memperhatikan leher Felix yang terdapat bekas kemerahanpun mengerti apa yang terjadi. "Oh mamah tau. Jangan banyak gerak kalo masih sakit. Emangnya gak pakek pelumas Jisungnya?" Tanya Nyonya Han membuat Felix membolakkan matanya.

"Apaan sih mah pertanyaannya"

"Ayok sini mamah bantu ke kamar. Kamu istirahat aja" setelahnya Felix memasuki kamar ditemani calon ibu mertuanya itu. "Seharusnya pas kaya gini Jisung tu nemenin kamu. Ini malah keluar"

"Nggak papa kok mah. Felix bisa kok meskipun gak ada Jisung"

"Hm. Oya nanti kasih tau Jisung. Hotel sama persiapan tempatnya dan segala macam buat resepsinya udah siap semuanya. Jadi besok kalo bisa baju-bajunya di coba. Kalo ada yang gak pas biar di perbaikin" ucap nyonya Han, Felix mengangguk mengerti. Setelahnya mereka mengobrolkan banyak hal, namun pikiran Felix tetap tertuju pada satu orang. Yaitu Jisung.

Setelah nyonya Han berpamitan Felix menangis memikirkan Jisung yang sudah membohonginya "jahat banget hiks"

"Padahal aku udah percaya banget"

"Katanya gak ada hubungan apa-apa lagi"

Felix menutup wajahnya menggunakan bantal, ia merasa kecewa karena ini pertama kalinya ia mengetahui bahwa dirinya sudah dibohongi oleh orang. Ia mencoba menenangkan pikirannya dan menghapus air matanya. Berusaha memejamkan matanya agar bisa tertidur.

Jisung yang baru pulang memasuki rumah dengan pelan-pelan dan berhati-hati. Beberapa lampu sudah dimatikan menandakan mungkin Felix sudah tidur. Ia memasuki kamar dan benar saja Felix sudah tertidur. Jisung melepaskan hoodie yang ia kenakan berjalan pelan dan menaiki ranjang. Ia memperbaiki selimut yang Felix gunakan. Tangannya mengelus rambut Felix dan mengecup kening Felix singkat "sweet dream bae" bisiknya.

Felix menggeliat dan membuka matanya perlahan, menatap Jisung yang kini tengah memperhatikan wajahnya. Felix hanya diam dan memalingkan pandangannya. Tangan Jisung bergerak mengelus pipi Felix, "kamu nangis?" Tanyanya yang melihat mata Felix yang sedikit bengkak dan sembab.

Felix menatap leher Jisung yang terlihat kemerahan, ia ingat bahwa semalam mecium Jisung namun hanya ada dua tanda dan sekarang bekasnya terlihat cukup banyak. "Kamu bohongin aku" lirih Felix yang mulai berkaca-kaca.

"Kan mulai"

"Kenapa harus bohong"

"Aku baru pulang bae. Jangan ngajak berantem"

"Pulang dari tempat Yeji?"

"Please udah jangan bahas dia-"

"Gimana aku gak bahas dia kalo kamu kaya gini" ucap Felix menunjuk leher Jisung.

"Aku tadi pulang. Aku kan udah-"

"Mamah tadi kesini, bawa brownies kesukaan kamu. Dia juga nyari kamu"

Jisung terdiam, membuat Felix semakin yakin dengan apa yang ia pikirkan. "Kalo gak mau nikah sama aku kenapa harus nerima lamaran dari ayah 3 bulan yang lalu?" Lirih Felix. Ia bangkit dan berlalu keluar kamar. "Kalo emang gak mau sama aku kenapa perlakuin aku kaya orang yang terkesan sayang, seharusnya kamu tolak aja semuanya biar aku gak berharap banget sama hubungan kita" gumam Felix, lagi-lagi ia menangis.

Two weeks | Sunglix Or Jilix?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang