6

483 63 2
                                    

Felix menangis sejadinya dikamar mandi. Ayolah ini sudah pukul 2 dini hari. Ia tak tahu berapa lama sudah ia berada di dalam kamar mandi itu. 'ternyata sakit banget' batinnya.

Jisung yang masih terjaga menunggu Felix keluar dari kamar mandi. Sesekali ia memanggil Felix namun tak mendapatkan jawaban. Ia khawatir dengan keadaan pemuda itu karena ini sudah tiga jam lamanya Felix berada didalam sana.

"Bae"

"Felix buka sayang pintunya"

"Bae buka"

"Kalo kamu gak buka aku dobrak"

Tak lama Felix membuka pintu. Terlihat wajahnya yang kacau. Mata sembabnya dan hidungnya yang merah. Felix melewati Jisung dan membaringkan tubuhnya diatas ranjang.

"Kamu harus dengerin aku dulu"

"Aku gak mau denger apa-apa. Aku ngantuk"

"Biarin aku jelasin. Please" pinta Jisung yang kini duduk disampingnya. Felix menoleh dan menatap Jisung yang kini memelas. "Kamu mau jelasin apa? Mau bohong soal apa lagi" ucap Felix yang kini sudah dengan posisi duduk.

"Aku gak bohong. Aku milih kamu"

"Ck. Please aku capek sung"

"Iya aku nyamperin Yeji tadi. Dia yang ngasih tanda ini. Tapi kamu dengerin dulu"

Felix hanya diam menatap Jisung.

"Please percaya Sama aku" lirihnya dan menangkup pipi Felix. Menghapus jejak air mata disana. "Aku udah yakinin diri aku kalo aku mau kamu. Aku mau kita buat sama-sama. Aku gak bisa kalo gak sama kamu Lee Felix" sambungnya dengan mata yang memanas. Jisung meneteskan air matanya. Ayolah pertahanan Felix runtuh sekarang melihat Jisung yang seperti ini. Ia menyekat air mata yang mengalir dari ujung mata Jisung.

"Ayo cerita aku dengerin" ucapnya menatap kelat mata Jisung.

~flashback on

Setelah selesai dengan pekerjaannya, Jisung tak langsung memutuskan untuk pulang. Ia memutuskan untuk pergi ke suatu tempat. Ia mendudukkan dirinya ditepi danau dan mencoba menenangkan pikirannya. Ucapan Seungmin terus terngiang benaknya.

"Gue sayang sama Yeji. Tapi Felix"

"Siapa yang harus gue pilih"

"Kalo ditanya yang pasti, Felix jawabannya. Terus Yeji gue apain"

Jisung menghela nafasnya "tapi kalo gue lepasin Felix gak bisa. Sehari gak ngeliat dia aja rasanya udah campur aduk"

"Siapa yang lebih gue butuhin?" Tanyanya pada diri sendiri.

Tangannya meraih ponsel disakunya. Ia memutuskan untuk menelpon sang ibu "halo mah"

"Halo sayang, udah pulang kerja makannya bisa nelpon mamah?" Tanya sang ibu dari seberang.

"Jisung mau tanya pendapat mamah. Tapi mamah jangan ngomel ya. Dengerin Jisung dulu"

"Mau tanya pendapat apa, soal Felix?"

"Eum.. iya juga sih mah. Soal Felix sama Yeji"

"KAMU MASIH BERHUBUNGAN SAMA YEJI!" teriak sang ibu membuat Jisung menjauhkan ponselnya dari telinganya.

"Astaga Jisung! Jangan bilang Felix tau soal ini"

"Hm. Dia tau mah. Tapi mamah denger dulu jangan ngomel dulu"

"Pulang kamu sekarang. Kalo gak mamah yang datengin kamu kerumah kamu" titah sang ibu dan mau tak mau Jisung menurut apa yang ibunya katakan.

Setelah sampai dirumah Jisung hanya menundukkan kepalanya. Ia hanya diam mendengar ceramah panjang lebar dari sang ibu. "Udah berapa kali mamah bilang. Pilih baik-baik. Jangan main belakang kaya gini. Kalo ayahnya Felix sampai tau keluarga kita malu sayang. Felix itu di sayang banget sama keluarganya. Kerjasama keluarga kita dan hubungan persahabatan kita juga bakal hancur. Pikirin baik-baik. Jisung Jisung, kamu gak mikirin perasaan Felix sama sekali apa!" Nyonya Han yang melihat Jisung hanya menundukkan kepalanya memutuskan untuk diam dan duduk disamping sang anak. "Udah sejak kapan sama Yeji?" Tanya nyonya Han dengan lembut.

"Jisung gak pernah putus sama dia mah"

"Felix tau sejak kapan?"

Jisung menggelengkan kepalanya"jisung gak tau Felix tau sejak kapan. Tapi belakangan ini hubungan Felix sama Jisung agak gak baik. Dia minta pernikahannya dibatalin, tapi Jisung gak mau"

Nyonya Han mengangguk mengerti. "Kamu mau nanya pendapat mamah soal apa?"

Jisung menatap sang ibu dengan sedikit takut "menurut mamah Jisung harus gimana? Jisung sayang mah sama Yeji, tapi Jisung gak bisa kalo harus pisah sama Felix" lirihnya.

"Kalo mamah ya pasti milih Felix. Kalo ngikut mamah. Lagian Yeji waktu kamu ajak nikah dulu kenapa gak mau? Malah lebih milih biarin kamu dijodohin sama orang. Kalo menurut mamah kamu yakinin dulu perasaan kamu. Kasian sayang merekanya. Mamah tau Yeji kaya gimana, mamah juga tau Felix gimana. Mereka sama-sama baik. Tapi-" nyonya Han menatap wajah Jisung "tapi pilih yang emang menurut kamu terbaik, dari segi perhatian, kasih sayang dan sikap dia ke keluarga kaya gimana. Pilih orang yang hati kamu mau dan yakin kalo sama dia kamu bakal bahagia. Mamah dukung siapapun yang kamu pilih"

Jisung mengangguk mengerti. "Mamah cuma mau bilang, kalo pilih Yeji kamu harus lepasin Felix. Mumpung masih ada waktu sebelum kalian nikah hm. Mamah sayang sama Felix, gak rela sebenarnya kalo kalian gak jadi sama-sama. Tapi mamah yakin kok kamu pasti bakal pilih yang terbaik buat hidup kamu. Nanti biar mamah yang ngasih tau papah"

Setelah dari rumah kedua orang tuanya Jisung memutuskan untuk mendatangi Yeji ke apartmentnya. "Sayang!" Pekik wanita cantik itu dan berhambur kepelukan Jisung.

"Kangen banget tau" rengek wanita itu. Sesekali ia mencium Jisung dan meletakkan wajahnya dileher Jisung.

"Aku mau ngomong hal yang penting"

Yeji mendongak menatap wajah Jisung. "Mau ngomong apa, tumben"

"Soal hubungan kita"

"Oh. Yaudah ayok duduk dulu"

"Kalo kita nikah kamu mau berenti jadi model?" Pertanyaan itu membuat Yeji menatapnya.

"Iya aku berenti. Tapi nikahnya entar aja. Kalo sekarang aku masih mau nikmatin masa-masa aku yang kaya gini"

"Kalo kita nikah bulan ini kamu mau?" Tanya Jisung membuat Yeji terdiam "eumm sung, kan aku udah bilang kalo aku belum mau nikah. Lagian karir aku juga lagi di puncak sekarang" jawab Yeji lalu memeluk lengan Jisung.

Jisung menghela nafasnya dan melepaskan pelukan Yeji dilengannya. "Sebenarnya aku gak papa meskipun udah nikah kamu bakal tetep jadi model. Tapi aku cuma butuh yang pasti" ucap Jisung dengan wajahnya yang serius.

"Kamu kenapa sih serius banget. Lagian kan kita lebih enak kaya gini. Gak ada kekangan dari keluarga aku ataupun kamu"

"Kalo aku gak serius hubungan kita gak bakal kemana-mana Ji"

"Yaudah sih, kamukan juga mau nikah sama Felix. Aku juga gak papa"

"Hm. Kamu bener. Karena aku mau nikah, jadi hubungan kita sampe sini aja ya. Aku gak mau nanti Felix sakit gara-gara tau soal hubungan kita. Kita putus"

"Ma-maksut kamu? Kamu lebih milih dia dari aku. Kok kamu tega banget sih"

"Udah ya. Aku cuma mau ngomongin soal ini. Aku udah yakin sama keputusan aku. Jadi, aku harap kamu bakal bahagia nantinya" setelah mengatakan itu Jisung meninggalkan Yeji yang masih diam di tempatnya. Jisung memutuskan untuk pulang.

Flashback off~

Felix menatap mata Jisung mencari kebohongan disana. Namun ia hanya menemukan tatapan tulus dari calon suaminya itu.
"Jangan tinggalin aku" lirih Jisung mengelus pipi Felix.

"Jangan ada pikiran buat batalin semuanya. Kita udah disini. Kamu bilang ini impian kamu kan? Please bae" sambungnya.

Felix mengangguk dan berhambur kepelukan Jisung "kali ini aku percaya. Tapi kalo kamu bohong lagi-" Felix mendongak menatap tajam pada Jisung "aku bakal cerita semuanya ke Ayah, biar sekalian aku gak bisa ketemu kamu selama-lamanya".

Jisung menelan ludahnya, ia mengangguk dan mendekap tubuh mungil Felix. "Aku gak bohong soal ini. Aku sayang sama kamu"

Two weeks | Sunglix Or Jilix?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang