4

488 60 4
                                    

"mau kemana?" Tanya Jisung pada Felix yang keluar dari kamar mandi dan berjalan kedepan pintu.

"Mau ngambil baju"

"Baju kamu kan dilemari" ucap Jisung dan berjalan kearah lemari pakaian mereka. Ia terdiam saat membuka lemari tersebut. Tak ia temukan pakaian milik Felix disana. Jisung menatap Felix yang masih berdiri didepan pintu.

"Udah gue pindah" jawab Felix pelan. Ia masih kukuh dengan pendiriannya.

Jisung berjalan mendekatinya dengan wajah yang serius. Meraih pundak Felix. "Kamu kenapa sih hm? Gak usah kayak anak kecil. Kamu udah dewasa kan, gak usah kekanak-kanakan kaya gini bisa?" dingin Jisung.

Felix menepis tangan Jisung "gue cuma mau terbiasa kalo nanti kita gak jadi nikah". Diam. Hanya itu yang Jisung lakukan. Apa maksud perkataan Felix. Felix berlalu begitu saja meninggalkan Jisung. Setelah mengganti pakaiannnya, Felix memutuskan untuk memasak karena jujur ia lapar. Ia hanya diam melihat Jisung yang duduk didepan Tv dan melewatinya.

Jisung juga hanya diam melihat Felix yang hanya melewatinya. 'paling nanti baik sendiri' batinnya yang malas jika harus membujuk Felix. Karena setiap bertengkar ia akan membujuk Felix dan kembali baikan atau tidak Felix akan kembali seperti semula jika moodnya sudah baik. Mereka dijodohkan dari setahun yang lalu, meskipun Jisung awalnnya menolak namun pada akhirnya ia menerima perjodohan itu dan menuruti kemauan kedua orang tuanya, yah meskipun harus kucing-kusingan saat bertemu Yeji agar kedua orang tuanya dan calon mertuanya serta Felix tak tau hubungannya dengan kekasihnya itu. Mereka Tinggal bersama sejak tiga bulan yang lalu saat keluarga Felix melamar Jisung dan setelah diterima mereka memutuskan untuk tinggal bersama agar lebih mengenal satu sama lain. Bisa dibilang sejak saat itu Jisung mulai nyaman dengan keberadaan Felix.

Felix hanya diam menyantap makanan yang ia siapkan. Ia juga menyiapkan makanan untuk Jisung namun sangat malas untuk memanggilnya. Setelah selesai dengan makannya, ia menghampiri Jisung dengan nampan berisi makanan yang sudah ia masak. "Nih makan dulu" ucapnya menyodorkan nampan itu pada Jisung. Jisung mendongak menatap Felix yang kini berdiri didepannya. "Udah marahnya?" Tanya Jisung.

"Gue gak marah" jawab Felix dan meletakkan makanan itu dimeja hadapan Jisung. "Makan gih, lo belum makan kan" saat ingin pergi Jisung menahan tangan Felix membuat Felix menoleh menatapnya.

"Duduk dulu. Aku mau ngobrol"

"Lain kali aja. Gue mau siap-siap mau pulang" dingin Felix sembari melepaskan tangan Jisung dari tangannya.

"Felix. Aku bilang aku mau ngobrol"

"Kan gue udah bilang. Gue mau pulang!"

Jisung menghela nafasnya kasar. "Biar aku anter"

"Gak usah"

"Kamu denger aku kan. Biar aku anter" dingin Jisung menatap tajam pada Felix. mau tak mau Felix menganggukkan kepalanya. Mendapat tatapan tajam dari Jisung membuat nyalinya sedikit ciut.

Suasana mobil hening. Felix hanya menatap keluar jendela enggan untuk melirik pada Jisung yang berada disampingnya. "Kamu ada masalah apa sih? Aku ada salah?"

"Aku mau pernikahannya dibatalin"

Jisung menghentikan mobilnya saat mendengar ucapan Felix. Menatap Jengah pada Felix yang masih enggan menatapnya. Ia menarik tengkuk yang lebih muda agar menatapnya.

"Liat aku"

"LEE FELIX LIAT AKU!" Bentak Jisung yang sontak membuat Felix menatapnya.

"Kamu sadar kamu ngomong apa?"

Felix meneteskan air matanya namun mulutnya tak bisa mengatakan apapun. Jisung mendekapnya dan membawanya kedalam pelukannya. "Kamu kenapa? Aku gak mau bae. Tinggal hitung hari, kenapa malah mikirnya gini hm" ucap Jisung dengan sangat lembut.

Jisung menangkup pipi gempil kekasihnya, menghapus air mata Felix yang mengalir  "gak. Aku gak mau kalo dibatalin. Ini yang kamu mau kan, ini impian kamukan sayang. Kenapa sekarang mikir gini?" Lirih Jisung

Felix menggeleng pelan "aku gak mau. Kita batalin aja ya. Aku- aku gak bisa kalo nikah sama orang yang masih sama masa lalunya. Maafin aku"

"No. bae please. Kita udah sampe sini. Gak segampang itu sayang. Undangan udah disebar kamu mau keluarga kita malu"

"Tapi kamu gak bahagia sama aku! Hiks"

"Aku seneng. Aku bahagia. Kamu ngomong apa sih bae"

Cup

Jisung mencium Felix. Dan membubuhi Felix dengan kecupan diwajahnya. "Kita pulang sekarang hm. Aku gak mau kalo kamu kerumah ayah cuma buat batalin pernikahan kita"

"Jisung. Aku cuma kangen sama bunda"

"Nggak. Kita pulang. Bunda yang kerumah besok, kamu gak Perlu kesana" Jisung memutar balikkan Mobilnya dan membawa Felix pulang kerumah mereka. Ia yakin jika Felix pulang ia akan membujuk kedua orang tuanya untuk membatalkan pernikahan mereka.

.

"Bun, bujukin Felix bisa? Dia mau pulang terus"

"Lah kan ini rumahnya juga sayang"

"Bukan gitu"

"Kalian berantem?"

"Felix mau batalin pernikahannya. Jisung gak mau bun. Jisung sayang Felix"

"Astaga. Kalian ada masalah? Kok Felix gak pernah cerita?"

"Mmm.. Jisung juga kaget dia tiba-tiba bilang kaya gitu. Ini aja pisah kamar. Dia marahnya dari kemaren. Bantuin Jisung bun" pinta Jisung pada calon mertuanya.

"Yaudah besok bunda kesitu. Jangan biarin Felix ketemu ayah. Nanti dia bilang apapun bakal diiyain sama ayahnya" ucap nyonya Lee pada calon menantunya itu.

Setelah itu Jisung mematikan sambungan teleponnya dan menghempaskan tubuhnya diatas ranjangnya. Ia mengacak rambutnya frustasi. "Kenapa gue masih mau bertahan, padahal kalo pernikahannya batal gue bisa bebas sama Yeji. Tapi-" Jisung menatap fotonya bersama Felix diponselnya yang ia gunakan sebagai wallpaper. "Tapi gue gak mungkin bisa ngelepasin Felix. Dia kaya gini aja rasanya gue mau gila"

"ARGH!"

Jisung memejamkan matanya. Ia bingung dengan perasaannya sendiri. Disatu sisi ia menyayangi Yeji, namun di sisi lain ia juga merasa bingung kenapa merasa bahwa Felix sangat berharga didalam hidupnya.

Sementara itu Felix yang baru bangun dari tidurnya masih diam ditempatnya. Sejujurnya ia sangat tak rela Jika pernikahannya harus dibatalkan, namun ia tak tahan jika Jisung harus membohonginya setiap waktu. Rasanya sangat sakit. Ia menatap jam di ponselnya ternyata sudah pagi.

Tok

Tok

Tok

Felix menghapus air matanya dan membukakan pintu kamar yang ia tempati. Jisung berdiri disana lengkap dengan pakaian kantornya. "Ikatin dasi" ucap Jisung tersenyum simpul menyodorkan dasinya pada Felix.

Felix meraihnya dan memasangkan dasi itu pada Jisung. Jisung mengelus pucuk kepala yang lebih muda dan mencuri kecupan dibibir Felix. "Masih marah?"

Felix menggeleng.

"Jangan dibatalin hm. Aku gak bisa kalo harus jauh dari kamu"

Felix mengangguk sebagai jawabnya membuat Jisung tersenyum senang.

"Nanti bunda mau kesini katanya. Kamu kangen kan?"

"Hm"

Jisung meraih pinggang yang lebih muda. Meskipun sedikit bingung harus membujuk Felix seperti apa namun jujur ia merindukan bibir ceri calon istrinya itu.

Jisung meraup bibir Felix, tak ada penolakan dari sang empu ia melancarkan cumbuannya. Melumat pelan bibir manis milik Felix cukup lama. "Jangan lama-lama marahnya hm. Aku kangen" bisik Jisung saat melepaskan ciumannya.

"Kamu harus milih. Aku atau dia. Kalo kamu milih dia, antar aku pulang ke orang tuaku. Aku juga gak mungkin cerita ke bunda soal hubungan kamu sama Yeji. Jadi anter aku baik-baik kaya gimana kamu bawa aku kesini"

Two weeks | Sunglix Or Jilix?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang