Juleha langsung meletakkan pisaunya ketika mendengar suara Jihan. Ia buru-buru mencuci tangan lalu mengelapnya di daster batik yang dikenakan.
"Tumben baru pulang?" tanya Juleha pada putri sulungnya.
"Ho-oh." Jihan bergumam dengan suara berat. "Kegiatannya sampe sore, Bu. Tadi nunggu angkotnya juga lama banget, Jihan sampai kelaperan. Ibu nggak lihat badan Jihan sampai kurus begini gara-gara telat makan 2 jam," jawab Jihan lemas lalu menghempaskan tubuhnya ke kursi.
Juleha hanya mendengus, "Oh... ya udah, sana makan dulu! Soalnya ibu mau siap-siap ke pasar, tadi adik-adik nggak ada temennya."
"Dianter Bang Mail, bu?"
"Si Mail keseleo gara-gara main bola tadi sore. Ibu naik ojek ajalah," jawab Juleha lalu masuk kamar dan beberapa saat kemudian keluar lagi dengan baju yang berbeda. Tak lama kemudian suara klakson motor berbunyi dari depan rumah membuat Juleha menghambur keluar.
Di depan teve, Jeje dan Jojo duduk anteng sambil menatap layar kaca.
"Kalian berdua udah makan?" Tanya Jihan pada kedua adik kembarnya.
"Udaaah!" teriak keduanya bersamaan.
Sepeninggal Juleha, Jihan menatap nasinya dengan bingung. Bukan soal ingin makan atau tidak, tapi ia masih kepikiran soal pemilihan ketua ekskul tadi siang. Entah kenapa hati kecilnya ingin mengikuti pemilihan tersebut tapi bimbang masih menggelayutinya. Adam bahkan yang secara langsung memintanya untuk mecalonkan diri bisa diartikan jika selama ini Adam diam-diam memperhatikan keberadaannya. Jihan tersenyum malu-malu. Tapi pertanyaan lainnya muncul, kenapa Adam tidak secara langsung menghubunginya? Kenapa ia harus tahu semuanya dari Ines?
Tiba-tiba Jihan menjadi kesal sendiri.
Ia langsung membuyarkan pikirannya, tangannya langsung menyuap sesendok nasi dan sayur lodeh di hadapannya. Tak berapa lama kemudian, ia terhenyak saat tangan kecil tiba-tiba terjulur meraih tempe mendoan yang ada di atas piring.
"Tuh... tuh... kebiasaan kan!" teriak Jihan
"Minta satu ya?" Kepala Jojo muncul secara perlahan dari arah bawah meja.
"Kan, aku juga mau mendoannya," jawab Jihan dengan mulut penuh nasi.
Jojo memamerkan wajahnya yang innocent lalu menyeringai lebar, ia kemudian berlari ke depan TV. Mendoan buatan sang ibu sungguh enak sampai Jojo mengabaikan risiko dan omelan sang kakak.
***
"Mau pulang, Bi?" Tanya Aksa pada Bi Sumi, asisten di rumahnya.
"Iya, Mas. Mas Aksa tumben kok baru pulang jam segini?"
"Di sekolah tadi ada pemilihan Ketua Pramuka, Bi?" Aksa mengembangkan seyumnya.
"Terus yang kepilih jadi ketuanya siapa sekarang?"