Geografi dan Hujan

133 68 56
                                    

Perpustakaan sekolah saat ini sudah tidak begitu ramai ketika jam istirahat kedua. Jihan berjalan sambil membawa buku catatan menuju deretan buku astronomi dan geografi yang ada di rak perpustakaan yang tersusun rapi dengan berbagai ukuran dan judul.

Setelah beberapa waktu lalu ia terpilih menjadi ketua Science Club, kesibukannya kian bertambah. Tak hanya sibuk dengan pengurusan sebagai orang nomor satu di klub tersebut, ia juga harus mempersiapkan diri untuk olimpiade cabang Kebumian. Belum lagi jika memang ia diharuskan mencalonkan diri menjadi ketua osis, sudah terbayang padatnya aktivitas gadis yang akan memasuki usia tujuh belas tahun tersebut.

Jihan memilih tempat biasa ia duduk yakni di sudut area yang sedikit tersembunyi dan biasanya lebih sepi. Tapi prakiranya hari ini salah, sebab sosok cowok berkulit putih terang itu kini sudah menempati tempat duduknya lebih dulu. Tak perlu waktu lama untuk menebak, cowok itu adalah Jeroen, anak IPA 2, sekarang menjabat ketua ekskul basket. Jihan banyak mendengar cerita tentang Jeroen dari Ines karena keduanya satu kelas.

Tak ingin mengganggu, Jihan memilih kursi yang agak jauh dari Jeroen.

Mata dan tangan Jihan kini fokus pada buku kumpulan soal olimpiade yang ada di depannya. Sesekali ia terlihat bingung dan bolak balik ke rak buku yang terletak di belakangnya. Ia kembali ke deretan buku tadi, tangannya ingin menjangkau buku Geografi berukuran sedang namun karena cukup tinggi Jihan terlihat kesulitan meraih buku tersebut. Jihan berinisiatif ingin mengambil buku tersebut dengan menaiki kursi tapi ia segera dikejutkan oleh tangan yang terjulurtepat di atas kepalanya.

"Kalau butuh bantuan, bilang!" suara berat itu menggema dari belakang Jihan. Jihan menoleh ke belakang dan mendapati Jeroen tepat berdiri di hadapannya, begitu dekat sampai Jihan bisa mencium aroma parfum Jeroen. "Nih!" Jaeron menyodorkan bukunya pada Jihan.

"Makasih," ucap Jihan pelan lalu beringsut menjauhi tubuh Jeroen yang menjulang tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Makasih," ucap Jihan pelan lalu beringsut menjauhi tubuh Jeroen yang menjulang tersebut.

"Sama-sama," jawab Jeroen seraya melangkah lalu kembali ke tempat awalnya namun tak berapa lama kemudian ia kembali mendekati Jihan sembari membawa buku yang sebelumnya ia baca. "Duduk di sini, boleh?" Tanya Jaeron santai.

Tidak alasan untuk menolak, Jihan hanya mengangguk. Tapi yang membuatnya bingung adalah kenapa cowok ini harus duduk di depannya, mereka tidak sedekat itu untuk saling tukar pikiran atau sekedar diskusi mengenai geografi atau astronomi.

"Lu deket sama Ines, kan?" Jeroen kembali bertanya namun kali ini sambil menopang dagu dan pandangan yang lurus ke wajah Jihan.

Jihan mengangguk.

"Deket banget?"

Jihan kembali mengangguk, ia tidak tahu harus  berbuat apa dan bagaimana bahkan dengan adanya Jeroen di depannya saat ini pun sudah terasa aneh baginya.

Jihan kembali mengangguk, ia tidak tahu harus  berbuat apa dan bagaimana bahkan dengan adanya Jeroen di depannya saat ini pun sudah terasa aneh baginya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
EkskulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang