Sekumpulan para siswi kini padat memenuhi sudut lapangan basket Bangun Karsa. Rambut yang dikuncir ekor kuda, rok mini warna biru langit yang menunjukkan kaki mereka yang jenjang, serta wajah yang dipoles make up tipis, wajah-wajah cantik tersebutlah menjadi daya pikat bagi yang lainnya untuk berdatangan mengerumuni lapangan.
Tak lama kemudian, sosok primadona yang ditunggu-tunggu muncul dan berjalan dengan penuh percaya diri ke arah kerumunan. Tentu saja, sorak-sorai mengiringi langkahnya yang membuat suara gemuruh seperti ingin memecah lapangan.
Nancy tersenyum puas. Ini penampilan perdananya setelah terpilih menjadi ketua cheeleader. Hari ini seolah menjadi pembuktiannya bahwa ia memang patut menjadi orang nomor satu di ekskul tersebut dan mengalahkan Dara serta Tari. Kini para gadis itu sudah membentuk formasi. Bersamaan dengan musik EDM yang diputar, Nancy yang bertindak sebagai flyer langsung meloncat dan ditopang oleh Lala, Sisi dan Dara.
Yeah, Yeah,
Do We Rock?
Yeah, Yeah,
Take it to the Top?
Yeah, Yeah
Are we gonna stop?
No way!Suara Nancy saling bersahutan dengan anggota cheerleader lainnya. "B.K Gravity Cheers!!!" teriak Nancy menyebutkan nama tim cheerleader Bangun Karsa yang langsung memompa semangat anggota yang lain.
"The best!!!!!!!" teriak yang lainnya kompak.
Riuh kembali terdengar. Nancy yang berada di puncak tersenyum puas. Belum lagi matanya yang bulat dan besar menatap penuh kemenangan. Setiap gerakan selaras dengan musik yang membahana hampir sejagat Bangun Karsa.
Tim cheerleader Bangun Karsa merupakan salah satu tim cheeleader terbaik di Jakarta. Namanya beberapa kali menang di kejuaraan nasional. Jadi tidak heran jika ekskul ini merupakan salah satu primadona di SMA Bangun Karsa. Belum lagi seleksi yang ketat dan standar yang tinggi menandakan bahwa tim ini bukanlah tim yang bisa dianggap remeh.
Atraksi demi atraksi yang dipertontonkan akhirnya ditutup oleh split Sisi dan Tari diiringi tepuk tangan yang kembali membuncah lapangan.
Nancy berjalan ke pinggir lapangan dengan keringat yang mengucur di keningnya. Sedangkan kedua dayangnya, yakni Lala dan Sisi mengekor di belakangnya. Di arah berlawanan Jeroen berjalan dengan gontai sambil memainkan bola basket. Seperti melihat mangsa di depan mata, Nancy bergerak gesit menghampiri buruannya.
"Hai, Je!" Sapa Nancy sambil merapihkan helaian rambut di pelipisnya yang tampak basah karena keringat.
Jeroen menoleh dengan wajahnya yang selalu cuek jika berhadapan dengan Nancy. "Lu manggil gue?" Tanyanya pura-pura tidak tahu.
"Iya dong, Manggil lu. Masa gue manggil Pak Satpam."
"Siapa tahu, kan? Lu manggil Pak Satpam jadi Pak Jejep," timpal Jeroen tak mau kalah.
"Namanya Cecep, Je. Bukan Jejep," koreksi Nancy gemas tapi masih mencoba mengukir senyum terbaiknya untuk Jeroen.
"Oh... namanya Cecep, kirain Jejep."