Babak Pertama

73 16 12
                                    

Ruangan OSIS hari ini sedikit lebih ramai dari sebelumnya, hal ini dikarenakan para calon Ketua OSIS tengah dipertemukan oleh pengurus inti. Tak hanya mereka, ada juga tim Mading yang terbiasa meliput berita sekolah serta ada juga dari ekskul fotografi yang bertugas mengabadikan momen tersebut.

Rakai dan Kale tampak tengah berbincang di depan, Tantri sebagai sekretaris OSIS sedang mencatat sesuatu, di sampingnya berdiri bendahara OSIS, yakni Sheila. Para petinggi OSIS sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Berbeda dari mereka, kandidat calon Ketua OSIS tampaknya lebih tenang.

Nancy duduk tenang seraya memainkan kuku-kukunya di samping Jeroen, tapi mata Jeroen tak lepas dari Jihan yang di sebelahnya. Di samping Jihan adalah Aksa, baru diikuti Gio dan Angga dari ekskul PMR.

Tak berapa lama kemudian Jihan bergerak lalu berdiri.

"Mau kemana?" Tanya Jeroen.

"Keluar bentar," jawab Jihan.

"Lama nggak?"

Jihan menarik napas. Ia jadi gemas pada Jeroen yang makin hari kelakuannya makin aneh dan makin protektif.

"Nggak." Jihan menjawab singkat lalu keluar.

Sepeninggal Jihan, Aksa yang sedari tadi menguping pembicaraan Jeroen dan Jihan menoleh. Melihat bangku kosong, Aksa lantas bergeser mengisi kekosongan itu.

"Lu ngapaian di samping gue?" Bisik Jeroen tak terima. Jelas, bangku di sebelahnya milik Jihan dan ia sudah nyaman di samping Jihan. Kenapa harus digantikan Aksa?

Aksa bergeming.

"Heh!"

Aksa menoleh, "Jihannya nggak ada makanya sekarang ini jadi bangku gue. Biar Jihan di samping gue."

"Situ kok ngatur Jihan?"

"Situ kok ngatur bangkunya Jihan?" Timpal Aksa tak mau kalah.

Jeroen berdecak kesal namun akhirnya ia menyerah.

Sesaat kemudian, Jihan masuk ke ruangan kembali. Ia lalu duduk di sebelah Aksa.

"Belum mulai kan, Sa?"

"Belum. Tenang aja, mereka nungguin lu kok," jawab Aksa sambil tersenyum.

Jihan turut senyum namun seketika terhenti karena tatapan tajam Jeroen terarah padanya. Jihan memanyunkan bibirnya lantas kembali ke arah Rakai yang sudah siap menyampaikan pidatonya.

Rakai dan Kale berdiri lalu bergantian memberikan informasi jika alasan kandidat dipertemuan berkaitan dengan kampanya yang akan dibuka mulai minggu depan.

"Ingat!" Ucap Rakai. "Pemilihan ini mengajarkan kita bagaimana berdemokrasi dengan bersih. Tidak saling menjatuhkan, tidak merasa paling baik, kita semua hanya ingin berkontribusi untuk Bangun Karsa," imbuhnya.

"Logikanya adalah kalau pemilihan Ketua OSIS aja kita berani berbuat curang, gimana kita bisa memimpin orang-orang dengan skala yang lebih besar," kata Kale.

Rakai mengangguk setuju, "jadi selama kampanye ini berlangsung, tunjukkan kepada mereka, kenapa mereka harus memilih kalian? Beri mereka alasan kenapa kalian layak menjadi Ketua OSIS."

Konferensi mini tersebut tidak berlangsung lama, kurang lebih dua puluh menit. Setelah sempat tanya Jawab, Rakai sempat memberikan syarat ketentuan kampanye, Sheila juga memberikan nasihat bahwa kampanye juga tidak harus mengeluarkan banyak uang, Kale terus memberi nasihat untuk bermain bersih dan Tantri penuh harap bahwa pemilihan tahun ini berjalan dengan damai dan tidak berkonflik sebagaimana tahun lalu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EkskulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang