Rival

77 28 27
                                    

Dari kejauhan mata Nancy menatap dua sosok tersebut tajam, yakni Jeroen dan Jihan. Keduanya tampak intim berjalan berdampingan menyusuri koridor sekolah yang panjang.

Setelah Jihan dan Jeroen menghilang dari pandangannya, Nancy berbalik menuju ruangan cheerleader

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah Jihan dan Jeroen menghilang dari pandangannya, Nancy berbalik menuju ruangan cheerleader. Tak dinyana, rupanya Sonya dan teman-temannya berada di ruang yang sama.

"Nancy dari mana?" Tanya Sisi.

"Dari... dari... UKS," jawab Nancy takut-takut karena Sonya tengah di hadapannya saat ini. "Ngomong-ngomong, Kak Sonya tumben kemari?"

Sonya menggeleng, "nggak. Gue cuma mau mastiin aja gimana keadaan cheerleader setelah gue nggak di sini lagi. Gimana? Aman?"

Nancy tersenyum lalu mengangguk. "Sejauh ini aman-aman aja."

"Okay... soal rencana jadi Ketua OSIS udah prepared sampai mana? Tahun ini bakal sengit banget loh saingannya. Ada Pramuka, Basket, Musik, Paskibra, bahkan klub science aja mau maju. Siapa namanya ketuanya La?" Sonya beralih pada Lala yang berdiri tak jauh darinya.

"Jihan," jawab Lala cepat.

"Iya, Jihan. Gimana menurut kamu, Nan?" Tatapan Sonya begitu lekat. "Kayaknya sih kalau mau ngandalin popularitas aja, mereka semua terkenal kan? Atau kamu punya rencana lain?"

Nancy mendesis pelan. Otaknya mulai
merancang jawaban apa yang akan ia lontarkan pada Sonya, mengingat dirinya sama sekali tidak memprediksikan bahwa Sonya akan mempertanyakan hal tersebut.

Hanya anggukan pelan yang bisa Nancy lakukan saat ini.

Sadar akan pertanyaannya hanya mendapat respon singkat, Sonya kemudian menepuk pundak Nancy lalu melangkah. "Gue nggak peduli kalau lo menang atau kalah Nan, tapi jangan sampai lo malu-maluin Cheeleaders," bisik Sonya lalu melangkah keluar.

Sepeninggal Sonya, Nancy menarik napas dalam-dalam. Wajahnya kusut dan layu, bukan hanya karena ucapan Sonya barusan melainkan sosok Jihan yang mulai menghantuinya.

"La, cari tahu tentang Jihan!" Ujar Nancy.

Dahi Lala mengernyit sebab siapa yang tidak tahu dengan cewek yang disebut Nancy barusan. Meski tidak mengenal secara personal setidaknya warga Bangun Karsa pasti pernah mendengar namanya.

"La..." panggil Nancy sekali lagi.

"Kenapa fokus lo sekarang jadi Jihan sih, Nan?" Kata Lala pelan.

"Karena gue lihat dia sama Jeroen jalan tadi?"

Lala menghela napas pelan. Obsesi Nancy pada Jeroen masih belum surut. Perkara Jeroen yang jalan berdampingan dengan Jihan pun tampatnya menjadi masalah besar buat Nancy.

"Nan, gue boleh ngasih saran?" Tanya Lala hati-hati.

"Apa?"

"Kalau lu emang mau jadi Ketua OSIS maka lu nggak boleh terdistraksi sama Jeroen. Jeroen saingan lu sekarang!"

EkskulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang