Behind the Fog
Mobil yang mengantarkan Taejun ke Geumchon benar-benar kembali satu jam kemudian. Seseorang dari pos berlari kecil untuk membukakan palang pintu. "Kenapa bukan Jungsuk?" batin Taejun. Tentara yang masih relatif muda itu segera menghampiri sisi kiri mobil sehingga pengemudi urung melajukan mobil Jeep tersebut.
"Soobin-ssi, cepat parkir mobilnya. Kita harus bersiaga di pos 27." Raut pemuda itu tampak gugup.
"Apa yang terjadi?" Bukan Soobin, justru Taejun yang bertanya lebih dulu.
"Terdengar ledakan keras dari seberang, Dokter. Sepertinya mereka berulah lagi."
Ketegangat yang sempat tertinggal sebelum ia keluar dari camp kini kembali membuncah di dadanya. "Semua sudah di sana?" Ia bertanya tak sabaran.
"Ya, Dokter. Kapten Jeon memberi komando langsung untuk berjaga."
"Soobin-ssi, pergilah. Aku akan membawa mobil ini ke klinik untuk menurunkan obat."
"Tidak, Dokter. Ini tugas saya."
"Tapi__"
"Tolonglah, Dokter Kim. Sekarang situasi kita sedang darurat. Kapten Jeon akan menghukum saya kalau sampai terjadi sesuatu pada anggota markas yang saya jaga."
Akhirnya Taejun menyerah. Dan dalam beberapa detik, Jeep 4x4 itu telah melesat ke arah yang dituju. Butuh setidaknya 5 menit untuk mencapai gedung klinik. Selama itu pula mereka dapat melihat para tentara berlarian menyandang berbagai senjata ke arah lapangan golf.
Kegusaran dalam diri Taejun semakin meremas-remas perut dan memberatkan napas. Ia tidak menyangka akan dihadapkan dengan situasi kritis sungguhan hanya sebulan setelah dirinya bertugas. Sebenarnya, Taejun tahu betul bahwa pasukan dalam Camp Bonifas merupakan orang-orang pilihan dan terlatih yang bahkan rela menyerahkan nyawa demi kemanusiaan. Namun, ketakutan bahwa alam mungkin memiliki kehendak berbeda dari apa yang direncanakan manusia tak juga pergi dari benaknya.
"Taejun! Syukurlah kau kembali tepat waktu." Dokter Ok adalah orang pertama yang menyambutnya di halaman depan klinik.
"Apa yang terjadi?" Rasanya Taejun telah melontarkan pertanyaan yang sama berkali-kali hari ini.
"Ledakan di seberang yang disusul penembakan ke arah kita, Taejun. Tidak ada korban. Peluru-peluru itu mengenai tembok pos belakang. Tapi kita tetap harus bersiap."
Maka tanpa berkata lagi, Taejun melompat turun dari Jeep.
*
Di sekeliling pos 27 yang beberapa menit lalu telah menjadi sasaran tembak, situasi hening. Puluhan prajurit pria bermantel tebal itu menyandang senjata, bersiaga di posisi masing-masing di atas tanah yang memutih oleh salju sisa semalam. Suhu minus 4 derajat, kabut tebal, serta keterbatasan komunikasi tak menyurutkan tekad mereka melindungi negara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose Petals By The Frontier
General FictionIni kisah tentang kasih sayang, kerinduan, dendam, dan penyesalan. Tentang tiga lapis pagar besi berduri pemutus dua peradaban, pemisah sanak dari saudara, para suami dari istri, serta anak-anak dari orang tuanya. Namun, suatu ketika perbatasan itu...