BittersweetBenar-benar di luar dugaan. Selama dua puluh tahun Jungsuk berpikir bahwa simpul antara hatinya dengan sang kakak telah terkikis oleh waktu dan keadaan. Tidak masalah bila mereka tak pernah bertemu kembali selamanya. Nyatanya, segala perasaan purba yang dikira hilang, kini terasa mengalir deras di seluruh tubuhnya bagai air bah memporak porandakan setiap jengkal yang dilewati.
Jungsuk mematung, tak tahu apa yang harus dilakukan ketika netranya dan sang kakak saling bertatapan. Benaknya mengucap sumpah serapah pada Sujin yang mendorongnya masuk ke tempat itu tanpa pertanggungjawaban. Sedangkan Taejun tak punya petunjuk sama sekali tentang kekalutan batin Jungsuk. Ia terbelah antara rikuh dan haru mendapati kehadiran seorang petinggi dari tempatnya bekerja sekaligus orang yang paling ingin ia temui seumur hidup tengah berkunjung, mengingat hubungannya dengan sosok itu tak begitu baik sebelumnya. Lebih dari itu, Taejun ingat cerita Dokter Ok bahwa Jungsuk lah yang mendonorkan darah padanya. Maka ia berusaha bangkit dari posisi setengah berbaring untuk memberi hormat.
"Kapten Jeon__"
"Jangan bangun."
Taejun masih berusaha meski nyeri menyambangi dada bagian kanannya lagi, pun pening ikut menyerang saat ia mencoba mengangkat kepala sedikit saja. Gurat sakit itu dapat Jungsuk lihat dengan jelas di wajah kakaknya sehingga ia bergegas maju dan kembali menegaskan suara, "Tetap berbaring, Dokter Kim. Ini perintah!"
Mau tak mau dokter bertubuh jangkung itu menurut dan kembali berbaring. Ia bisa saja memaksakan diri demi menghormati kapten sekaligus orang terpenting dalam hidupnya itu, tapi tidak mungkin baginya melanggar perintah atasan.
"Maaf.. atas ketidak sopanan saya, Kapten," sesalnya.
"Bukankah kau memang begitu? Selalu bertindak sesukamu dan tidak akan menyerah sebelum kena batunya."
Tatapan serta kalimat tajam Jungsuk tak ayal mencubit hati Taejun seperti yang sudah-sudah. Ia memilih menurunkan pandangan, tak menyadari bahwa itu hanya usaha Jungsuk untuk meningkahi kecamuk tak terkendali dalam hatinya.
"Maaf__"
"Maafmu tidak bisa memperbaiki apapun, Dokter Kim. Kau sudah melewati batas, ingat? Tugasmu seharusnya bersiaga di belakang prajurit untuk mengobati yang terluka. Tapi kau malah melanggar peraturan dengan bertindak tanpa komando, memasuki zona baku tembak, dan tidak memakai perlengkapan apapun. Bayangkan bila ada lebih dari satu orang sepertimu di Camp. Apa yang akan terjadi?"
"Sa-saya mengerti, Kapten.. Mohon maaf atas kelalaian saya. Izinkan saya memperbaikinya. Dan... Dan saya siap menerima hukuman apapun dari Batalyon."
"Ya. Kau memang harus dihukum. Aku akan membicarakan kepindahanmu pada Kolonel Fredricson dan Dokter Ok. Setelah pulih, kau harus kembali ke tempat awalmu bekerja." Dengan kedua tangan mengepal menahan gemetar, Jungsuk masih bisa mempertahankan keteguhan sikapnya, dan itu membuat Taejun gusar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose Petals By The Frontier
General FictionIni kisah tentang kasih sayang, kerinduan, dendam, dan penyesalan. Tentang tiga lapis pagar besi berduri pemutus dua peradaban, pemisah sanak dari saudara, para suami dari istri, serta anak-anak dari orang tuanya. Namun, suatu ketika perbatasan itu...