Bicycle Story
"Lukanya pasti dalam. Kita bawa dia ke klinik saja!"
Pada suatu sore di musim panas, Ayah terlihat sangat marah. Wajah Ibu berkerut cemas kala ia berusaha membersihkan darah dari tangan kanan Taejun. Taejun sendiri meringis kesakitan, dan Jungsuk yang waktu itu telah berusia 6 tahun menunduk takut. Yoojun begitu panik mendapati putra sulungnya pulang dalam keadaan terluka sehingga tanpa menunggu persetujuan siapapun, ia menarik lengan Taejun menuju mobil. Otomatis seluruh keluarganya mengikuti.
Mereka tak saling bicara sampai mobil yang dikendarai Yoojun berhenti di depan klinik terdekat 10 menit kemudian. Di tempat itu, Taejun langsung mendapat pengobatan. Sedangkan Eunso, Yoojun, dan Jungsuk diharuskan menunggu di luar.
Awalnya semua masih terlihat baik-baik saja. Meski panik, keluarga itu menunggu dalam diam di lorong ruang tunggu. Namun, suara Yoojun sekonyong-konyong memecah keheningan.
"Kau." Pria dewasa itu mendekati Jungsuk yang duduk di sisi lain bangku, terhalang oleh tubuh ibunya. Tanpa diduga Yoojun menggelandang bahu kecil bungsunya menuju pelataran klinik yang sepi hingga anak itu berjalan tersandung-sandung. Rautnya gelap oleh amarah. "Siapa yang menyuruhmu belajar naik sepeda sekarang? Kenapa harus minta Taejun untuk mengajarimu? Lihat! Lihat Taejun sekarang. Kau membuatnya terluka! Puas kau?!"
Satu tamparan.
Jungsuk kecil, sementara itu hanya menunduk dalam ketakutan. Jantungnya bertalu begitu cepat sampai tubuhnya ikut gemetar. Ini salahku. Tanpa sadar benaknya membenarkan ucapan Ayah bahwa ia sepenuhnya bersalah. Kalau saja Jungsuk tidak merengek minta diajari naik sepeda oleh Kakak, ia tidak akan jatuh. Kakak tidak harus melindungi kepala Jungsuk yang hampir terantuk batu tajam dan dia tidak akan terluka seperti ini. Ini salahku, batin Jungsuk berkali-kali.
"Apa kau tidak punya otak? Badan Taejun itu tidak lebih besar darimu! Dia pasti kewalahan menjagamu, tapi kau tidak tahu diri! Harusnya kau meminta Ibumu untuk mengajarimu, bukan Taejun. Dasar bodoh!"
Dua tamparan.
"Kim Yoojun!"
Dari tempat semula ia berdiri, Eunso telah mendekat dan menyembunyikan Jungsuk di belakang tubuhnya. Ia tak bisa lagi berdiam diri melihat putranya diintimidasi.
"Minggir, So-ya! Aku harus memberi pelajaran pada anak bodoh ini__"
"Putraku tidak bodoh, Yoojun-ah! Kau yang berlebihan!" Untuk pertama kalinya dalam sebelas tahun pernikahan, Eunso menatap berani serta mengeraskan suara pada suaminya. Ia menunjuk bangunan serba hijau muda di samping mereka. "Ini hanya kecelakaan biasa. Taejun sudah diobati dan dia akan sembuh. Kenapa kau sampai menyumpahi Jungsuk seburuk itu dan memukulnya? Dia tidak bodoh! Dia hanya anak-anak yang harus kita bimbing."
"Jadi kau menyepelekan keselamatan Taejun dan lebih membela anak haram ini__"
"Yoojun-ah!"
Bukan teriakan Eunso yang membuat Yoojun terdiam, melainkan setetes air mata yang meluncur di pipinya. Seketika ia sadar bahwa dirinya telah hilang kendali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose Petals By The Frontier
General FictionIni kisah tentang kasih sayang, kerinduan, dendam, dan penyesalan. Tentang tiga lapis pagar besi berduri pemutus dua peradaban, pemisah sanak dari saudara, para suami dari istri, serta anak-anak dari orang tuanya. Namun, suatu ketika perbatasan itu...