Chapter 5

257 26 4
                                    

Lost Control

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lost Control

"Yoojun-ah... Maaf. Sebenarnya aku memang ingin__ Aku harus menceritakan sesuatu padamu. Kukira momennya tidak akan seburuk ini." Daeshim gelagapan. Tampak jelas keresahan membayangi mimiknya.

"Katakan, Daeshim. Ada apa sebenarnya?" desak Yoojun.

"Waktu kuliah dulu, aku dan Eunso sempat menjalin hubungan. Dia pacarku."

Di tempat duduknya, Yoojun berusaha menenangkan geletar emosi di dada. Pria 39 tahun itu hampir dapat menebak apa yang terjadi, tetapi ia ingin mendengar sendiri pengakuan dari Daeshim.

"Kami berpacaran selama tiga tahun dan sudah berancana untuk menikah setelah lulus kuliah. Orang tuanya juga sudah mengenalku. Tapi kemudian situasinya berbeda. Mungkin karena aku hanya fokus belajar tanpa melihat dunia luar, segalanya menjadi sulit setelah aku lulus. Dalam setahun aku tidak juga mendapat pekerjaan layak, hanya bekerja paruh waktu serabutan. Lalu suatu ketika Eunso memutuskan hubungan kami sambil menangis. Dia hanya bilang hubungan ini tidak bisa diteruskan, tapi aku tahu ada sesuatu yang salah." Daeshim menjeda, seolah begitu berat baginya mengingat kembali kemalangan yang ia alami. "Aku terus mendesaknya sampai akhirnya dia mengatakan bahwa orang tuanya memilihmu."

Benang-benang ingatan kini mulai terhubung dalam benak Yoojun. Ia mengenal Eunso sebagai rekan sesama relawan penyalur donasi yatim-piatu di masa akhir kuliah di Busan. Keduanya semakin dekat karena Yoojun sering kali menawari tumpangan pada Eunso untuk pulang. Dari sanalah Yoojun mengenal orang tua Eunso.

Beberapa bulan mengenal gadis itu, Yoojun dibuat jatuh hati oleh paras keibuan, kecerdasan, dan kesopanan Han Eunso. Ia bahkan bersimpati pada sifat sang puan yang cenderung berusaha menyenangkan hati semua orang meski dirinya harus kesulitan. Semakin bulatlah tekad Yoojun untuk melindungi gadis itu. Maka di bulan-bulan berikutnya, seperti pria tangguh pada umumnya, Yoojun lebih sering mengunjungi rumah Eunso untuk menarik hatinya, meski sekadar mampir dan membicarakan hal-hal tidak penting. Sampai suatu ketika ia memberanikan diri untuk menyatakan perasaan pada gadis itu.

Ia ingat betul, saat itu Eunso menatapnya seperti melihat hantu. Wajahnya pucat, entah untuk alasan apa. Sang puan lantas memintanya menunggu jawaban barang seminggu. Dan tepat tujuh hari kemudian, tiba-tiba Eunso meneleponnya, memintanya untuk datang ke rumah. Saat itu yang menyambutnya bukan hanya Eunso, tapi kedua orang tuanya juga. Ayah dan Ibu Eunso lah yang berbicara, sementara sang puan hanya diam dan lebih banyak menunduk. Ia mengukir senyum paksa yang saat itu diartikan Yoojun sebagai ekspresi kegugupannya.

Yoojun tak pernah menyangka bahwa pertemuan itu akan membawanya pada sebuah pernikahan sederhana hanya dalam waktu 3 bulan setelah itu.

"Yoojun, tentang pernikahan kalian, aku bisa menjamin ini bukan salahnya. Dia bukan wanita yang memandang status sosial saat berhubungan dengan siapapun. Dan kau pasti tahu bahwa Eunso rela mengorbankan keinginannya demi kepentingan orang lain." Secara pasti binar ketakutan di mata Daeshim berganti sorot memelas.

Rose Petals By The Frontier Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang