Kim Doyoung (Park)
"Masa lalu yang menjebakku untuk terus menjauhimu."
~•~
"Akhirnya!"
Aku baru saja sampai di rumah. Selama dua minggu ini aku berada di Jepang untuk menemani Kak Asahi yang sedang sakit sekaligus menghadiri pemakamannya Kak Aina.
Sungguh hal yang tidak pernah aku bayangkan bahwa Kak Aina pergi secepat ini. Padahal baru saja aku bisa bertemu kembali dengannya. Aku belum puas bermanja dengannya. Aku belum puas merasakan pelukannya.
Kematiannya juga sama sekali tidak pernah terlintas di otakku. Aku tidak habis pikir dengan kelakuan mereka. Bagaimana bisa otak mereka yang memang kecil itu tidak bisa berpikir jernih. Memang seberapa besar masalah mereka.
Kak Asahi pun aku tidak menyangka jika dirinya bisa seputus asa itu. Padahal selama ini aku lebih terlihat putus asa dibanding dengannya. Aku yang selalu mengeluhkan masalahku padanya dan dia yang selalu memberiku nasihat agar aku tidak sampai putus asa, tapi kenapa yang sekarang terjadi justru dia yang putus asa dan bertindak bodoh seperti ini.
Bunuh diri. Sebesar apa pun masalahku saat itu, meskipun sangat putus asa, aku tidak pernah sekali pun berpikir untuk bunuh diri. Papa meskipun sering kasar padaku, tapi tidak pernah sampai membuatku berpikir pendek begitu. Apalagi Ayah Yoshi yang sabarnya kebangetan, kenapa Kak Asahi tidak memikirkan ayahnya yang selalu memberikan kasih sayangnya setiap detiknya.
Apa masalah percintaan memang serumit ini. Kenapa mereka membuat manusia yang awalnya memiliki akal menjadi idiot tak berakal. Aku tidak pernah jatuh cinta selain dengan keluargaku, jadi aku tidak pernah merasakan bagaimana tololnya orang yang sedang jatuh cinta. Cinta terbesarku hanya untuk mama yang sekarang entah di mana.
"Bby, adik mana?"
"Adik siapa?"
"Memang adikmu ada berapa?"
Aku berdecak kesal karena pertanyaan papa yang menurutku agak aneh. Kalau mempertanyakan soal adik kenapa tidak langsung sebut nama. Adikku itu kan juga anaknya, kenapa malah bertanya adikku ada berapa. Ya memang anaknya ada berapa. Papa jadi sedikit gila semenjak mama pergi.
"Satu."
"Iya, di mana dia sekarang?"
Aku mengarahkan daguku ke depan, mengisyaratkan pada papa untuk berbalik badan dan melihat suasana ricuh di belakangnya. Di sana sedang ada keributan antara Haruto dan Jeongwoo, merebutkan perhatian dari Haeun. Lalu ada Kak Jaehyuk dan Chaera yang kesusahan mengurus para bocil karena biasanya ada Kak Asahi yang mengurus para bocil tersebut. Kak Asahi sedang istirahat di kamarnya.
"Adikmu yang mana?"
"Pa, kenapa sih? Aku nggak punya adik!"
Bukan bermaksud lancang dengan bersifat tidak sopan pada papa, tapi kali ini papa memang menyebalkan. Aku jadi heran kenapa dulu mama mau menikah dengan papa. Ah, kalau itu aku sudah tau alasannya dan memang sudah sepatutnya mama pergi meninggalkan papa. Meskipun aku masih membutuhkan kehadiran mama di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You
Fiksi PenggemarCerita tentang Park Jihoon, Yoshinori, dan Kim Junkyu serta keluarga kecil mereka