Hari-hari Kiara mulai di sibukkan dengan persiapan pernikahannya, karena merasa sangat kelelahan ia bersiap-siap ingin tidur, namun tiba-tiba ia mendengar suara ketukan dari pintu kamarnya. Tak lama, pintu itu terbuka memperlihatkan sosok sang ibu yang perlahan mendekat ke arahnya hingga wanita itu dapat berbaring di sebelahnya sambil memeluknya. Pelukan yang selalu terasa nyaman.
"Mama kenapa?" Kiara akhirnya bersuara saat tak ada kalimat apapun yang terlontar dari ibunya, wanita itu hanya diam. Sehingga yang terdengar hanyalah hela nafas dari keduanya.
"Mama pengen bobo sama kamu, karena besok-besok pasti gak bakalan bisa kayak gini lagi." Jawab sang ibu sambil mengelus pelan punggung Kiara.
"Mama kok ngomong gitu? Aku kan gak kemana-mana."
"Besok kamu udah resmi jadi istri orang."
Kiara terdiam mendengar kalimat itu, tiba-tiba saja ia merasa sendu. Apakah setelah menikah ia harus meninggalkan rumah ini? Lalu, setelah menikah ia harus bagaimana?
Setelah lama hening ibunya kembali bersuara, "Maafin mama yaa."
Mata Kiara yang semula terpejam, perlahan-lahan terbuka, ia merenggangkan pelukannya pada sang ibu, "Kenapa mama minta maaf?"
"Kamu pasti terpaksa yaa menikah dengan Gama?"
Kiara menghela nafasnya yang memberat, "Yaa mau gimana lagi, udah terlanjur mah."
"Mama sama papa tuh cuman pengen yang terbaik buat kamu. Mama tau sekarang kamu udah dewasa, udah bisa nentuin jalan hidup kamu sendiri. Tapi mama sama papa takut kalau kamu salah milih." Tutur ibunya dengan pelan.
"Seumur hidup itu terlalu lama, dan kamu gak bisa habisin waktu seumur hidup dengan orang yang salah. Meskipun mama bukan peramal, tapi mama yakin Gama itu laki-laki yang baik. Mama pengen ada yang selalu nemenin kamu, yang bimbing kamu, supaya kamu gak kehilangan arah kalau nanti mama sama papa udah gak ada."
Kiara bisa merasakan helaan nafas panjang dari ibunya, "Apaan sih mah, kok mama ngomong gitu?!"
Sang ibu tak menjawab pertanyaan Kiara, wanita itu memejamkan matanya dan kembali menarik Kiara untuk di peluk lebih erat, "Mama sayang sama kamu, sayang sama kakak kamu. Nanti kamu bakalan ngerti kenapa mama lebih milih jodohin kamu sama Gama dari pada kakak kamu."
"Tapi aku gak cinta sama dia, mah." Kiara merenggut, membuat ibunya terkekeh.
"Cinta itu bisa tumbuh karena terbiasa. Lama-lama pasti kamu bakalan bucin juga sama dia." Ujar ibunya lagi yang membuat Kiara mendecih.
"Gama itu cakep banget loh nak, masa kamu gak kepincut." Sambung ibunya.
"Ganteng apanya, udah tua gitu." Jawaban Kiara sukses membuat ibunya tergelak.
"Kamu ini masih muda tapi udah pelupa yaa." Kata ibunya sesaat setelah tawanya reda.
"Maksud mama?"
"Kamu pasti lupa kalau dulu-"
"Waah apa nih? Kayaknya seru banget." Suara itu menginterupsi keduanya membuat mereka segera menoleh pada sang ayah yang mulai berjalan mendekati mereka berdua.
"Papa boleh gabung gak?" Seru sang ayah yang langsung saja berbaring di bagian sisi kiri Kiara, mengikuti sang istri memeluk putrinya itu.
"Kalian lagi apa sih?" Tanya ayahnya setelah menyamankan posisinya.
"Lagi deeptalk, terus papa dateng ganggu banget." Jawab Kiara dengan wajah cemberut di buat-buat yang di balas senyuman oleh sang ayah.
"Duh mah, besok anak kita udah mau nikah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Balada Jatuh Cinta| Mark Lee
RomancePeraturan-peraturan setelah kita nikah 1. Gak ada kontak fisik berlebihan 2. Gak boleh tidur sekamar 3. Gak boleh minta anak "Iyaa, kamu udah kasih tau saya sepuluh kali tentang ini" "Biar kamu gak lupa." ~~~ "Hati kamu keras, apa kamu sudah benar-b...