Banyak hal tak terduga yang terjadi di dunia ini, terutama perihal kehilangan dan kesedihan. Seseorang pernah berkata, saat perpisahan itu terjadi, ada yang menerima kenyataan dengan menghadapi kesedihan yang datang membanjiri, namun ada juga yang berusaha menghindar dari perpisahan yang menyedihkan untuk melindungi diri sendiri dari rasa sakit perpisahan demi bisa bertahan hidup.
Tanpa kita sadari kesedihan dan kebahagiaan selalu berdampingan, bagai benang yang tipis ia mampu memisahkan dan meninggalkan luka yang teramat perih.
Di luar sana cahaya senja perlahan-lahan memudar, berganti dengan hitam pekatnya langit malam. Hari ini tepat hari kedua setelah kepergian kedua orang tua Kiara, sisa-sisa kesedihan masih begitu terasa di rumah yang besar ini. Andreas mengamati sekelilingnya yang begitu sepi, hembusan nafasnya yang memberat menandakan betapa resahnya ia saat ini.
Langkah kakinya berhenti tepat di depan pintu yang tertutup rapat, sudah dua hari Kiara berdiam diri di dalam sana. Gadis itu sama sekali tak ingin di ganggu bahkan makanan yang selalu di antarkan Andreas pun hanya berakhir membusuk di depan pintu ruangan itu. Bagaimana Andreas tak resah jika wanita itu sama sekali tidak mengisi perutnya selama dua hari ini.
Sudah berbagai cara Andreas lakukan namun semuanya nihil, mendatangkan sahabatnya, sampai kakaknya pun tak berhasil membujuk gadis itu. Bahkan Ayana menyerah dan menyerahkan semuanya pada Andreas.
Andreas mengetuk pintu itu dengan perlahan, "Ra, kamu baik-baik saja kan?"
"Saya boleh masuk gak?"
Lagi, tak ada sahutan dari dalam sana. Laki-laki itu terdiam lalu kembali bersuara, "Saya masih di sini, Ra. Kalau butuh apa-apa bilang sama saya yaa?!"
Ia memilih duduk di depan pintu itu, berharap keajaiban bahwa gadis itu akan membukakan pintu tersebut. Dan benar saja, selang beberapa menit, pintu yang sudah berhari-hari tertutup rapat itu kembali terbuka. Andreas berdiri dan segera menggapai tangan Kiara yang sudah berada di hadapannya.
"Ra, kamu butuh apa hm? Mau makan apa? Kamu belum makan apapun dari kemarin."
''Gue mau keluar.'' Ujar gadis itu, tak menjawab pertanyan dari Andreas.
"Hm? Kamu mau makan di luar yaa? Ayo, biar saya temenin."
"Gak, gue mau pergi sama Camila." Jawab Kiara yang kini melangkahkan kakinya menuju lantai dasar.
"Kamu mau kemana?'' Tanya Andreas lagi. Laki-laki itu masih mengikutinya dari belakang.
Gadis itu berbalik dan menatap Andreas dengan dingin, "Kemana aja. Kenapa sih? Gak usah banyak nanya."
Tak lama, terdengar suara mobil memasuki pekarangan rumah tersebut. Kiara kembali berjalan menuju pintu utama. Di luar sana sudah ada Camila yang sedang menunggunya.
"Selamat malam pak." Salam camila saat pintu rumah itu terbuka.
"Iyaa, malam."
"Saya izin bawa Kiara jalan-jalan yaa pak." Lanjut Camila lagi.
"Kalian mau kemana?" Tanya Andreas.
"Paling kita nyari jajan aja pak di luar." Jawab Camila sedikit ragu.
Belum sempat Andreas membalas ucapan Camila, Kiara segera menyela. "Udah ah, kepo banget jadi orang. Ayo Mil!" Ujar Kiara yang segera menyeret Camila dari hadapan pria itu.
"Kami permisi yaa pak!" Pamit Camila pada Andreas, dia tersenyum kikuk sebab sikap Kiara yang terlihat tak sopan pada Andreas.
"Iyaa, hati-hati yaa Camila, jagain dia dan jangan pulang larut malam!"
"Baik pak."
Setelahnya kedua gadis itu benar-benar pergi dari hadapannya, Andreas hanya mampu menghela nafasnya dan kembali menutup pintu itu. Ia sedikit lega, setidaknya Kiara sudah tak mengurung dirinya lagi, ia akan aman jika bersama sahabatnya, sebab Camila merupakan salah satu orang yang paling mengerti Kiara selain mama, papa, Ayana dan juga dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Balada Jatuh Cinta| Mark Lee
RomancePeraturan-peraturan setelah kita nikah 1. Gak ada kontak fisik berlebihan 2. Gak boleh tidur sekamar 3. Gak boleh minta anak "Iyaa, kamu udah kasih tau saya sepuluh kali tentang ini" "Biar kamu gak lupa." ~~~ "Hati kamu keras, apa kamu sudah benar-b...