Sudah dua jam berlalu, namun Camila masih tak bergeming dari hadapan layar persegi itu, ia harus segera menyelesaikan artikel yang deadlinenya semakin mepet. Denting jam yang selalu berbunyi seakan menghibur Camila yang kini mulai merasa pinggangnya benar-benar seperti akan patah jika ia tak segera beristirahat.
Helaan nafas yang begitu keras terdengar dari mulutnya saat bab terakhir selesai ia tulis, maka dengan gerak yang begitu pelan ia berusaha untuk merebahkan tubuhnya di atas karpet bulu berwarna putih miliknya itu.
"Anjir, sakit banget pinggang gue." Lirihnya.
Kedua matanya kini memejam, tiba-tiba saja kantuk menyerangnya. Namun, rupanya perjalanan Camila menuju alam mimpi harus gagal sebab bel rumahnya yang berbunyi begitu nyaring.
"Sialan, itu siapa sih ganggu orang aja." Gerutunya dan segera beranjak menuju pintu tersebut. Suara bel itu tak kunjung berhenti membuat dirinya sedikit geram.
"Sabar napa sih!" Teriaknya lagi. Sungguh, ingin sekali ia memaki seseorang yang ada di balik pintu tersebut. Namun, seluruh tubuhnya terasa kaku serta lidahnya begitu kelu saat mendapati sosok Raka tengah berdiri di hadapannya.
Dalam seperkian detik keduanya terlihat saling menatap, Camila yang begitu terkejut tak mampu mengatakan apapun hingga suara berat milik Raka menginterupsinya.
"Camila!"
"I-iya, pak."
"Kamu gak apa-apa?"
Gadis itu terlihat mengerjapkan matanya beberapa kali, sepertinya ia masih meyakinkan dirinya bahwa lelaki ini sungguh nyata, bukan mimpi atau halusinasi semata.
"Boleh saya masuk?" Suara itu Kembali menyadarkan Camila.
"Hah? Oh i-iya, boleh pak." Ia menyingkir dari pintu tersebut dan mempersilahkan pria itu untuk masuk ke dalam rumahnya.
"Kamu kenapa, kok kayak orang linglung gitu?"
"Enggak kok pak, saya cuman kaget aja bapak bisa dateng ke rumah saya. Oh iya pak, saya buatin minum dulu yaa, bapak duduk aja disana!" Ujarnya sambil menunjuk kursi yang ada di ruang tamu tersebut, kemudian berlalu dari sana dengan perasaan yang bergemuruh.
Semua rasa lelah dan kantuk yang sedari tadi ia rasakan kini sirna. "Maaf ya pak, rumah saya lagi berantakan banget." Katanya setelah meletakan segelas minuman di hadapan Raka.
"Lagi ngerjain Artikel yaa?"
"Iya pak, tapi udah beres. Bapak mau lihat?" Camila hendak beranjak dari tempat duduknya, namun Raka lebih dulu menahan pergerakan wanita itu.
"Gak perlu, saya bisa lihat nanti."
"Oh, gitu ya pak. Kalau gitu, silahkan di minum dulu pak!"
Jujur saja, saat ini Camila tak tahu harus mengatakan apa lagi. Ia sendiri pun masih bertanya-tanya mengapa pria itu ada disini tanpa menghubunginya terlebih dahulu.
"Saya kesini karena sudah tiga jam kamu gak balas pesan saya."
Kedua mata Camila terbelalak. "Oh, iyakah?" Ia segera mengambil handphonennya yang tergeletak begitu saja di karpet tersebut. Dan benar saja, ada beberapa pesan yang sama sekali tak ia buka sejak tadi.
"Maaf ya pak, dari tadi saya gak liatin hp saya."
"Gak apa-apa, yang penting sekarang saya tau keadaan kamu baik-baik saja."
Deg
Rasanya jantung Camila semakin bertalu-talu mendengar penuturan pria itu, apa maksudnya? Apakah ia khawatir sebab Camila yang tak memberikan kabar apapun padanya sejak tadi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Balada Jatuh Cinta| Mark Lee
RomancePeraturan-peraturan setelah kita nikah 1. Gak ada kontak fisik berlebihan 2. Gak boleh tidur sekamar 3. Gak boleh minta anak "Iyaa, kamu udah kasih tau saya sepuluh kali tentang ini" "Biar kamu gak lupa." ~~~ "Hati kamu keras, apa kamu sudah benar-b...