07 - informasi

35 24 0
                                    

Kejadian itu rasanya seperti terngiang-ngiang didalam kepala Echi dan Gin saat ini. Perasaan dendam yang mendalam dirasakan oleh mereka.

Gin dan Echi begitu kesal mengingat kejadian adik bungsunya tertembak bagian kaki dan kepala keluarga mereka yang hampir saja kehilangan nyawanya karena ulah pengganggu sialan tersebut.

"Aku tidak habis pikir. Begitukah cara mereka untuk bermain bersama kita? Cara yang murahan. Dasar pengecut yang hanya berani menganggu saat kita sedang mencari ketenangan." Ujar Gin, emosi menguasai dirinya.

Malam hari sunyi. Angin menusuk kedalam kulit Gin dan Echi yang memang tidak menggunakan jaket. Tidak ada satupun bulan maupun bintang yang bersinar di malam hari ini. Semua tertutupi oleh awan gelap diatas sana. Alam seolah tau akan suasana hati mereka yang buruk.

Gin merokok sembari menyandarkan punggungnya ke kursi taman rumah sakit yang ia duduki sedari tadi bersama Echi.

"Aku bersumpah akan membawa mereka ke neraka secepat mungkin." Ucapnya. Echi tertawa kecil.

Gin melemparkan rokoknya ke tanah, kemudian mematikan rokok tersebut dengan cara menginjaknya.

"Mereka mengincar adik kesayanganku dan sosok Ayah bagiku, Maka aku pun bisa dengan mudah mengincar pemimpin mereka." Sahut Key menghampiri mereka berdua yang masih berusaha menenangkan diri dari kejadian tidak terduga ini.

Key menyilangkan kedua tangannya di dada. "Tetapi kita tidak usah terburu-buru. Kita perlu persiapan lebih matang untuk menghancurkan mereka. Ku lihat senjata api yang mereka gunakan pun tidak main-main bahayanya." Key menunduk.

Kedua alis Echi terpaut. "Senjata apa yang mereka pakai?" Tanyanya.

"Peluru yang masuk kedalam kaki Mia adalah peluru Sniper. Setahuku, Sniper itu ilegal dikota ini dan hanya boleh digunakan untuk memburu hewan. Bukan digunakan untuk berperang. Entah perang jalanan resmi atau perang bentrokan antar penjahat. Bahkan polisi sekalipun jarang memakai Sniper, mereka tahu seberapa besar resiko senjata api itu." Jelasnya panjang lebar. Echi menganggukan kepalanya paham.

Gin memijat pelipisnya. Saat ini kepala Gin rasanya seperti ingin meledak. "Kalau mereka pakai Sniper, kenapa kita tidak laporkan saja ke polisi?" Saran Gin.

"Kamu gila? Bukankah semuanya akan lebih rumit? Senjata semacam Sniper tidak diperbolehkan dipakai. Apa kamu mau ditanya darimana asal usul tentang semua ini? Apalagi kamu sampai tau dari jenis pelurunya." Jawab Key.

Gin menghela nafasnya berat. Ia memejamkan matanya. Masih saja memikirkan siapa pelaku yang membocorkan tempat mereka liburan.

"Mereka tahu darimana kita sedang berada disana? Semua ini terjadi begitu cepat dan secara tiba-tiba. Kepalaku terasa sakit memikirkan semua ini." Ucap Echi.

"Apakah kalian tidak mencurigai satu orang dalam keluarga kita?" Sui muncul secara tiba-tiba di belakang Gin dan Echi.

"Tidak. Aku percaya keluargaku. Memangnya uncle mencurigai siapa?" Tanya Echi.

"Sebenarnya aku juga percaya dengan keluargaku. Aku pun tidak mau menimbulkan fitnah. Tetapi entah mengapa aku merasa bahwa ada tikus didalam saluran air." Ujarnya.

"Tidak mungkin." Jawab Key.

"Aku juga berharap seperti itu." Balas Sui.

Udara di malam hari semakin terasa dingin. Terdengar suara burung hantu, yang tidak terlihat dimana letak burung hantu tersebut. Suasana malam ini terasa dingin dan begitu juga dengan pembicaraan mereka yang terasa menegangkan.

"Entah mengapa hatiku pun merasakan ada sesuatu yang aneh dibalik kejadian ini. Bisa saja apa yang dikatakan uncle ada benarnya." Sahut Gin. Semuanya terdiam.

Mereka merenungi segalanya, di temani dengan lampu taman yang tidak terlalu terang disekitar mereka.

"Tidak mungkin.. Semoga tidak ada hal seperti itu dalam keluarga kita." Ujar Evhi.

"Benar. Semoga tidak ada pengkhianat di keluarga ini. Konsekuensi yang diberikan papi akan berat. Aku yakin kalau kita tidak akan sanggup melihatnya, jika memang ada bagian keluarga kita yang menerima konsekuensi itu." Jawab Key.

"Apa kalian tidak mau masuk kedalam? Disini dingin sekali. Kalian tidak ada yang memakai jaket." Tanya Sui.

"Aku disini sebentar. Aku tidak sanggup melihat papi yang terbaring lemah diruangan rumah sakit. Tidak seperti dirinya yang biasanya terlihat tegas." Jawab Echi.

"Aku juga merasa seperti itu. Aku akan berada disini sebentar menemani mereka berdua." Sahut Key.

"Baiklah. Tetap waspada, jaga diri kalian." Balas Sui. Lalu ia pergi melangkahkan kakinya meninggalkan mereka bertiga disana. 

"Oh iya, karena aku sering pergi ke sebuah cafe didekat kantor polisi. Aku seringkali tidak sengaja mendengar percakapan para polisi yang sedang berada di cafe." Jelas Echi dengan merubah posisi duduknya.

"Apa yang kau lakukan disana? Meminta uang kepada para polisi itu? Atau melakukan hal aneh lain?" Sahut Gin yang mengundang gelak tawa dari bibir Gin dan Key.

Akhirnya mereka dapat tertawa lepas dibawah sinar bulan yang tidak lagi tertutupi awan gelap.

"Kau berbicara seperti itu seolah aku ini orang yang bodoh." Ucap Echi dengan mengerucutkan bibirnya sebal.

"Eh serius aku serius. Aku mendengar kabar bahwa jen.. Jes.. Jep.. Siapa namanya?! Aku melupakan namanya!" Ucap Echi kesal sendiri.

"Siapa? Jeffrey?" Sahut Gin.

"Benar. Itu maksudku. Aku dengar ia sedang menjadi buronan para polisi." Jawab Echi.

"Bagaimana kau tahu? Apa kau mengenalnya?" Tanya Echi.

"Tidak. Hanya menebak saja." Jawab Gin. Echi hanya mengangguk menanggapi.

"Aku pun melihat foto Jeffrey yang terpajang didepan kantor polisi, anehnya ia menggunakan pakaian yang hampir sama dengan yang digunakan para pengganggu sialan itu." Jelas Echi.

"Informasi yang menarik. Apa kamu melihat nama kelompok tersebut?" Tanya Gin.

Echi menggelengkan kepalanya. "Tidak. Sepertinya pihak polisi sengaja membuat gambar logo dan nama kelompoknya tidak jelas. Aku pun tidak tahu mengapa." Jelasnya.

Gin menyeringai puas. "Tidak apa. Yang terpenting adalah kita dapat menemukan sedikit informasi tentang pengganggu itu. Lihat, kita tidak perlu susah payah mencari tahu nama salah satu anggota mereka." Kekehan kecil terdengar dari mulut Gin.

"Kita bisa membuat baju putih mereka berubah menjadi merah dengan mudahnya." Ucap Key. Seringai kecil muncul diwajah cantik Key.

"Tunggu pembalasan dari kita, keparat!" Ucap Gin penuh amarah dan dendam yang mendalam di kalimat yang diucapkannya.

HAUNTED [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang