Hazel menatap kearah depan dengan tatapan yang tenang. Tadi, saat tengah mengerjakan tugas yang diberikan oleh pak Fahru selaku guru Sejarah, tiba tiba saja ia dipanggil karena pihak polisi akan menginterogasi nya.
Memang, kasus Vi belum kunjung selesai dan pihak keluarga dari Queena Sofya juga meminta untuk dibuka kasus kembali, karena mereka yakin bahwa anak mereka tidak akan bunuh diri.
"Kamu ada dimana saat kejadian Sofya yang jatoh dari laboratorium dan juga kasus Vi ???"tanya polisi.
"Pada saat kasus Sofya, saya baru saja selesai sholat Dzuhur bersama dengan teman saya. Pada saat itu, saya melihat sudah banyak yang berkerumun. Karena penasaran, akhirnya saya memutuskan untuk memeriksa apa yang terjadi"balas Hazel.
"Dan untuk kasus Vi, saya baru tahu saat baru datang disekolah. Sama seperti kejadian Sofya, disitu saya melihat banyak yang berkerumun membuat saya langsung melihat ada kejadian apa"lanjut Hazel.
Polisi itu mengangguk kan kepala nya. Pertanda paham.
Sedangkan Hazel mendasak mengingat kejadian saat ia melihat mayat Sofya.
(Flashback on)
"Aaa gua lapeeer"rengek Sikka membuat Hazel menatap kearah nya sebelum akhirnya ia menggelengkan kepalanya.
"Perasaan dikelas tadi lu udah makan roti tiga deh. Padahal lagi belajar lho itu"sarkas Hazel.
Sikka yang merasa bahwa sahabat nya itu tengah menyindir nya langsung memukul lengan Hazel pelan. Gadis itu menatap kesal kearah Hazel.
Sahabat nya itu bisa sekali menyindir nya.
"Gua laper, nanti kalau gua mati kelaperan gimana ???"
"Moon maap nih ya, lu ga makan cuma beberapa jam doang"
"Nyenyenye" Hazel tertawa melihat ekspresi kesal yang diberikan oleh Sikka.
Hazel dan Sikka menatap bingung kearah depan. Kenapa banyaknya sekali murid yang berkerumun. Memang nya ada apa ???
"Eh itu kenapa dah ???"tanya Sikka kepada siswi yang lewat.
"Sofya ditemuin bunuh diri"beritahu nya.
Degh...
Jantung kedua nya seakan berhenti berdetak. Mereka saling tatap sebelum akhirnya menghampiri murid yang tengah berkurumun.
"AAAA"pekik Sikka saat melihat wajah Sofya yang sudah berlumuran darah.
Hazel yang melihat tubuh Sikka bergetar karena takut langsung menarik sahabatnya itu menjauh dari kerumunan.
"Lu pergi duluan ke kelas"suruh Hazel.
"A...ayo sama lu"ajak Sikka bergetar karena sejujurnya ini adalah pertama kali nya ia melihat hal seperti itu.
Hazel menggelengkan kepalanya. Menolak ajakan Sikka. "Gua ketos, gua harus ngurus masalah ini juga. Paling engga, buat murid lain pergi dari sini. Lu duluan aja"
Sikka menatap kearah Hazel dengan mata yang berkaca-kaca. Hazel yang melihat bahwa sahabat nya itu akan menangis, langsung memeluk Sikka.
"Semua baik baik aja"ucap Hazel lirih.
Lalu mata Hazel menatap kearah Edgar yang baru saja lewat.
"Edgar"panggil Hazel membuat Edgar menghentikan langkahnya, dan menatap kearah Hazel dengan tatapan bingung.
"Gua ???"tanya Edgar sembari menunjuk dirinya sendiri.
"Iya. Cepet"
Edgar berjalan melangkah mendekati Hazel dan Sikka. "Kenapa ???"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark side (END)
Teen Fiction"Now or never" ... "Jadi ini beneran ???"tanya Sikka membuat Tea yang memang murid baru menatap bingung kearah mereka. "Hah ??? maksudnya apa ???"tanya Tea membuat Hazel menepuk jidatnya. Ia lupa bahwa Kia adalah murid baru disekolah nya. "Lu emang...