Part 7

1.4K 147 87
                                    

Selamat membaca 💜



🍂🍂🍂



Karena tujuan awalku saat pulang tadi ingin istirahat, jadilah aku istirahat sampai magrib menjelang. Selepas magrib kami memutuskan untuk makan malam. Mama dan Bi Janah sibuk menata makanan di meja, kalau aku? Jelas sedang memandangi keindahan Tuhan yang ada di depanku ini. Entah kenapa mataku sulit sekali berpaling kalau sudah ada Bang Rafa di rumah, dan itu sudah terjadi sejak aku kecil. Bisa dibilang aku ini sudah bucin sejak dini.

"Adek, bantuin Mama dong, malah liatin Bang Rafa gitu." Suara Kak Rey membuat aku mau tak mau mengalihkan pandangan ke arahnya.

"Udah selesai kok," balasku asal, padahal masih ada beberapa menu lagi yang belum ditata di meja.

"Ck, kalo udah ada Bang Rafa, Tania nggak bisa ngapa-ngapain deh kayaknya." Celetukan Kak Rey yang langsung disetujui oleh Papa, karena Papa langsung mengangguk saat mendengar ucapan Kak Rey tadi.

Karena malas mendebat Kak Rey, aku memutuskan bangkit untuk membantu Mama. Baru saja aku melangkahkan kaki, Mama datang membawa satu piring jamur crispy. "Mau kemana, Dek?"

"Mau bantuin Mama," sahutku.

"Udah selesai kok, duduk aja. Kita makan dulu." Aku mengangguk, kemudian duduk kembali di samping Kak Rey. Iya, aku duduk di samping Kak Rey. Papa duduk di bagian kepala meja makan, Mama duduk di seberang Kak Rey, dan Bang Rafa duduk tepat di depanku. Kami hanya dipisahkan oleh meja berbentuk persegi panjang ini.

"Adek, ambilin Kakak udang dong."

Aku langsung menoleh ke samping, padahal udang yang dimaksud oleh Kak Rey masih bisa dijangkau oleh tangannya, manja sekali.

"Nih!" Aku mendekatkan piring yang berisi udang pedas manis pada Kak Rey.

"Makasih adek," balasnya tersenyum manis. Ada maunya manis sekali dia.

Kami menghabiskan waktu tiga puluh menit untuk makan malam. Setelah selesai, Bi Janah langsung membereskan meja makan, sementara Papa dan Mama sudah menuju ke ruang TV karena Papa takut ketinggalan pertandingan bola. Jadi, begitu selesai makan langsung melesat menuju ruang TV.

Kalau Kak Rey sudah pasti masuk ke kamar, dia bilang mau mengedit foto karena besok dia ada job lain.

Aku mengajak Bang Rafa untuk duduk di samping rumah, menikmati angin malam sepoi-sepoi. Aku membawa dua toples cemilan dan Bang Rafa kutugaskan untuk membawa dua botol jus jeruk.

Kami duduk di sofa panjang berbentuk "L" yang sudah diletakkan Papa di sini semenjak dua minggu yang lalu. Papa bilang agar lebih enak memandangi area taman mini milik Mama.

"Abang ada kerjaan di mana?" tanyaku saat kami berdua berhasil duduk.

"Bali," jawabnya singkat.

"Wah! Keren, bisa sekalian liburan dong. Harusnya ajak-ajak Nia dong. Nia juga pengen liburan juga." Kalau tahu dari awal Bang Rafa pergi ke Bali, aku pasti akan meminta ikut sekalian liburan.

Bang Rafa berdecak kemudian menyentil pelan dahiku. "Abang di sana kerja lho, mana bisa sambil liburan," balasnya disertai gelengan kepala.

"Kamu juga waktu Abang mau pergi mukanya kesel gitu, lagi ada masalah?" tanyanya lagi. Aku saja tidak tahu saat dia pergi, kalau tahu mungkin aku sudah memaksa untuk ikut.

Itu kejadian seminggu yang lalu, ya. Ya, tentu saja saat itu aku sedang dirundung masalah. Aku baru saja memutuskan si Malik, playboy rawa yang tak tahu malu itu.

ONLY YOU [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang