Zikri memang mengalah saat tidak diperbolehkan ikut menginap di kost Bintang, tetapi dia tetap ikut acara kumpul-kumpul kami, katanya dia tak akan melewatkan kesempatan untuk ikut ngerumpi ala perempuan, padahal kenyataannya dia itu laki-laki. Terkadang Zikri memang suka lupa dengan jati diri.
Sekarang sudah pukul tujuh malam, kami berlima duduk melingkar di karpet yang berada di dekat kasur milik Bintang. Tadi Amel berbaik hati dengan memasak stok mie ramyoen milik Bintang yang tersisa lima bungkus lagi.
Bintang tentu tidak bisa marah karena semua stoknya dimasak oleh Amel. Karena dia sendiri yang menawari Amel, berhubung Amel lapar, jadilah dia berinisiatif untuk memasakkan untuk kami sekalian.
Dengan asap yang masih mengepul aku menyendok mie dengan sendok garpu. "Hah! Fanash ...." Aku mengipasi mulutku dengan tangan, ternyata masih panas sekali, lho.
"Lagian masih panas main makan aja. Tunggu bentar ngapa, laper apa doyan sih?" tanya Zikri sambil geleng-geleng kepala.
Dengan susah payah aku menelan mie yang sudah lumayan dingin tadi. "Aromanya sangat menggugah selera, Zik. Jadi gue nggak sabar pengin makan," balasku, membuat Zikri mencibir.
"Iya, ending-nya lidah lo melepuh." Aku hanya terkekeh, sekarang lidahku memang rasanya sedikit tak nyaman karena terkena mie panas tadi.
Tak sampai lima belas menit, mie ramyoen buatan Amel ludes tak bersisa.
"Aduh ... gue kenyang banget." Bintang menepuk perutnya yang kini terlihat membuncit karena kekenyangan, begitu juga dengan Zikri, dia sepertinya sangat kenyang level maksimal.
"Gue nggak bisa gini tiap hari, bisa-bisa diet gue sia-sia kalo ngumpul bareng kalian terus," gerutu Zikri yang masih menepuk-nepuk perutnya sambil menyandarkan punggungnya di kasur Bintang.
Zikri memang sedang melakukan diet, aku juga bingung dia diet untuk mengecilkan apa lagi, karena badannya sudah sangat kurus sekarang. Mungkin kalau ada angin kencang dia akan terbang ikut terbawa angin tersebut.
"Lo diet untuk apa sih, Zik? Badan lo udah cungkring begitu." Mendengar penurunan dari Bintang, Zikri lagi-lagi mencebikkan bibirnya.
"Biarin deh, gue pengen punya body kayak bininya Justin Bieber," sahut Zikri.
"Aneh-aneh aja kamu, Zik. Mana bisa badan kamu kayak Hailey Bieber. Dia cewek, lah kamu?" Aisyah menaikkan sebelah alisnya.
"Gue lima puluh persen cowok, lima puluh persen cewek."
Heh! Memangnya ada yang seperti itu?
"Emang nggak waras lo, Zik." Aku langsung bangkit untuk membantu Aisyah mencuci peralatan makan kami tadi.
Kost tempat tinggal Bintang ini cukup luas dan fasilitasnya cukup lengkap. Di ruangan yang luas keseluruhannya 6×6 meter ini sudah ada tempat tidur dengan ukuran king size, ada AC dan juga kamar mandi yang berada di dalam kamar. Ada juga wastafel untuk mencuci piring di sudut ruangan. Untuk kamar sendiri ada sekat yang memisahkan dari dapur yang sangat-sangat mini ini.
Sebenarnya Bintang ini cukup aneh, rumahnya juga tidak jauh dari kampus, tetapi dia tetap memilih tinggal di kost yang kuperkirakan biaya sewa per bulannya cukup mahal.
Setelah selesai mencuci peralatan makan kami tadi, aku dan Aisyah kembali bergabung dengan yang lainnya.
"Pada gosipin apa nih?" tanyaku seraya mengambil duduk di sebelah Amel, sedangkan Aisyah duduk di sebelah Zikri.
"Gosipin elu," celetuk Zikri yang membuat aku mengernyitkan kening.
"Kenapa gosipin gue di belakang, sih? Kalo berani di depan dong," balasku sambil terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY YOU [REPOST]
Roman d'amourTania percaya bahwa janji masa kecil dan kesabaran akan membuat cintanya bertahan. Namun, ketika Rafa mengungkapkan niat untuk melamar kekasihnya, segala harapan masa depan yang telah dirancang Tania hancur. Hati Tania terpatahkan, dan dia harus me...