Part 28

1.5K 140 20
                                    

Perjalanan dari rumah sampai ke petshop yang dimaksud Amel hanya memakan waktu sekitar tiga puluh menit saja. Saat ini Amel tengah memarkirkan mobilnya tepat di depan petshop. Setelah selesai memarkirkan mobil, aku langsung turun dan melihat keadaan sekitar. Petshop yang kami sambangi ini cukup besar, Amel juga mengatakan kalau tempat ini cukup lengkap dari petshop yang lainnya, makanya dia mengajak kucingnya kesini.

Setelah puas memandangi bangunan satu lantai yang bercat pink pastel ini, Amel langsung mengajakku masuk ke dalam tempat tersebut. Saat pertama kali masuk langsung tersuguh dengan berbagai makanan dan peralatan-peralatan khusus untuk beberapa binatang, tetapi yang paling menonjol adalah kucing dan anjing.

Kedatangan kami langsung disambut ramah oleh owner Lilyna petshop yang kebetulan teman kakaknya Amel. Ya, aku tahu karena di mobil tadi Amel sudah memberitahuku. "Akhirnya datang juga," ucap owner yang belum kuketahui namanya itu. Yang aku tahu dia adalah teman kakaknya Amel, sudah itu saja.

"Iya, Mbak. Biasanya karyawan Mbak yang ke rumah, tapi karena pengin ngajak temen jalan-jalan, akhirnya sekalian ke sini deh." Mendengar penjelasan dari Amel, wanita yang kutaksir seumuran dengan kakaknya Amel itu tersenyum.

"Oh, iya, hampir aja lupa." Amel menarikku agar lebih mendekat padanya. "Kenalin, Mbak, ini Tania, bestie dari masih jadi zigot nih," ujar Amel seraya terkekeh pelan, mau tak mau aku ikut terkekeh mendengar ucapan Amel itu.

Aku langsung mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan wanita di depanku ini. "Tania, Mbak," kataku disertai senyum yang kubuat seramah mungkin.

"Hai, Tania. Saya Weni," sahutnya dengan senyum.

Mbak Weni langsung memanggil salah satu karyawannya untuk membawa Nina—kucing Amel ke belakang. Ternyata sebelum ke sini, Amel sudah menjelaskan lebih dahulu maksud kedatangannya kesini pada mbak Weni.

"Gimana, langsung pergi?" tanya Mbak Weni yang membuat aku sedikit bingung. Karena saat di perjalanan tadi Amel tidak mengatakan apa pun, jadi aku tidak mengerti dengan maksud mbak Weni ini. Ini baru sampai, lho. Kenapa langsung pergi saja?

"Pergi ke mana?" Aku menatap bingung ke arah Amel. Dia malah terkikik geli. "Gue belum bilang, ya?" Aku otomatis menggeleng. Dia tidak mengatakan apapun, di mobil kami hanya bicara ngalor ngidul saja.

"Lo liat tadi, kan, di seberang petshop ini ada mall. Nah, mall itu baru buka seminggu ini, katanya sih lengkap banget, gue lagi pengin cari sepatu, nih. Temenin, ya."

Aku langsung menatap sebal ke arah Amel. Kenapa dari tadi dia tidak mengatakan kalau tujuan kami tidak hanya ke petshop saja sih? Kalau dipikir-pikir, sepertinya nge-mall sekarang juga tidak masalah. Aku juga pengin cari-cari sneaker baru, karena yang kupakai ini sudah layak untuk dimuseumkan.

"Yuk deh, gue juga mau cari sepatu. Sekalian cuci mata," balasku, membuat Amel tersenyum senang.

"Yuk, Mbak." Mbak Weni langsung mengangguk. Kami bertiga keluar dari Lilyna petshop, meninggalkan kucing betina Amel yang sedang treatment entah apa di dalam sana.

Sebenarnya aku agak canggung karena ada orang asing bersama kami. Ya, walaupun tidak terlalu asing karena aku sudah mengenalnya beberapa menit yang lalu, tetapi tetap saja nanti akan terasa canggung. Apalagi aku yang tidak bisa langsung sok akrab dengan orang yang baru dikenal.

Kami memasuki area mall yang berlantai empat ini, sejuknya AC langsung menyambut begitu kami masuk ke dalam. Begitu sampai di lantai dua, Amel langsung menarik tanganku ke toko sepatu yang sepertinya sudah diincar sejak awal kami masuk tadi. Mbak Weni juga langsung melihat-lihat berbagai jenis sepatu yang terpajang di dalam toko ini.

ONLY YOU [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang