PArt 3 - Mengenal..

18.3K 407 7
                                        

***

-Ara-

Saat ini aku berada di bis umum menuju rumah. Sebenarnya om ingin menjemputku, tapi karna dia ada rapat penting jadi dia tidak bisa melakukannya. Aku masih memikirkan perkataan om tadi pagi. Apa yang harus aku lakukan? Menerimanya? Tapi.. Ya Tuhan bagaimana ini? Haruskah aku menikah? Secepat ini?

Sepanjang jalan aku terus memikirkannya, aku butuh waktu untuk semua ini. Bisakah dia menunda pernikahan ini? Aku membutuhkan waktu untuk mengenalnya lebih dalam, walau sepertinya dia sudah sangat mengenalku. Tapi tetap saja, semua ini tidak harus dilakukan terburu-buru. Setidaknya aku belum mengatakan ‘tidak’, tapi belum tentu juga aku mengatakan ‘ya’. Jika aku menolak, sudah pasti akan ada banyak pihak yang kecewa padaku, tapi jika aku menerima, tentu saja aku yang akan terbebani.

‘Semua ini membuatku pusing!’ keluhku dalam hati.

Sisa perjalanan aku habiskan dengan melamun sambil melihat jalanan yang tersedia di jedela sampingku.

***

Aku sampai di rumah sekitar pukul tiga siang, memasuki halaman rumah. Sepertinya rumahku kedatangan tamu, terlihat dari sebuah mobil terparkir di halaman rumah, dan aku belum pernah melihat mobil itu bertamu sebelumnya. Dengan kening berkerut, aku membuka pintu rumah dan memanggil bunda, “Bunda, aku pulang!” seruku seperti biasa setelah pulang kuliah atau berpergian.

Bunda tersenyum dan menyuruhku untuk menghampirinya. Aku melihat seorang wanita paruh baya, sedikit lebih tua dibanding bunda. Ketika melihat wajahnya, aku tahu kalau itu orang yang aku kenal. Seorang wanita berumur yang merupakan ibu dari orang yang melamarku –om Dhani, yaitu oma Ida.

Aku terkejut dan hanya bisa member senyum kikuk dan mencoba menutupi rasa gugupku. ‘Untuk apa oma Ida kemari? Ya Tuhan, apakah ini berhubungan dengan lamaran om Dhani?’

“Halo Ara, gimana kabar kamu, sayang? Kamu sudah besar, ya? Sudah pantas untuk mendampingi Dhani. Ya, kan, Marini?” ucap oma Ida yang membuatku terkejut. ‘Tuh, kan. Pasti mau bicarain tentang itu!’ keluhku dalam hati.

Mendengar pertanyaan oma Ida, bunda hanya tersenyum bahagia. ‘Ya Tuhan bagaimana mungkin aku bisa mengecewakan bunda? Ayah dan juga lainnya?’ aku meringis dalam hati.

“Aku baik oma, oma masih keliatan cantik dan segar ya.” Oma tersenyum mendengar jawabanku.

“Emm.. oma, tentang itu….” Belum selesai dengan perkataanku, bunda sudah memotongnya.

“Sayang, kamu ganti baju terus siap-siap untuk pergi dengan oma ya. Oma ingin kamu menginap di rumahnya, biar kamu lebih kenal dengan keluarga Dhani. Nanti kamu bisa ketemu Dhani di sana. Iya, kan, tante?” ucapan bunda membuatku terkejut, lagi. Bunda bilang apa tadi?

“Iya Ara, kamu ikut oma ke rumah ya. Dhani pasti senang liat kamu ada di rumah kami. Tadi dia sedikit ngeluh sama oma, karna harus ada rapat penting, dia tidak bisa menjemput dan bertemu kamu, sayang. Kamu kasih dia sedikit kejutan, oke?” seru oma sambil mengedipkan sebelah matanya padaku. Aku? Aku hanya tersenyum kikuk dan merasa malu dengan ucapan oma tadi. Ini seolah bahwa aku dan om Dhani saling mencintai. Padahal….

***

Aku mngenakan rok selutut bermotif kembang berwarna putih dengan atasan kaos panjang berwarna merah muda polos, aku juga menggunakan flat shoes di kakiku karna aku mempunyai kaki sedikit lebih panjang, jadi tidak perlu menggunakan sepatu dengan hak. Ditanganku tersampir tas kecil dengan satu tali berwarna putih sama dengan sepatuku. Aku juga membawa koper kecil yang berisi beberapa pakaian dan keperluan menginapku. Karena besok adalah akhir pekan, oma memintaku untuk menginap hingga akhir pekan berakhir. Sebenarnya aku ingin menolak, aku masih merasa canggung bila nanti aku bertemu dengan om Dhani. Tapi seperti aku biasanya, sulit untuk menolak permintaan orang lain, apalagi itu keinginan oma Ida –calon mertua. Well, sepertinya aku mulai sedikit menerima semua ini.

My Lovely UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang