holaaa semuaaa :)
maaf maaf maaf baru bisa apdet sekarang.
tadinya mau diaplot tadi pagi tapi akunya keburu pergi :(
aku sedang mengusahakan untuk bisa nulis terus, cuma waktu aku bener2 ke bagi antara kerja dan kuliah, apalagi aku kadang suka males ngetik dan kehilangan ide .. gezzzz
buat yang masih mau baca ceritaku, makasih banget..
mohon maaf kalo next aku bakal lama aplotnya, tapi aku usahain seminggu atau dua minggu sekali apet.
oke, makasih semuaaaaa *hugkiss
***
“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Ar kepada wanita di hadapannya.
“Aku? Mengunjungimu,” wanita itu tersenyum samar, “kau tidak suka dengan kehadiranku?”
Ar memandang wanita itu tajam. Dia sangat tidak berharap melihat wajah wanita itu lagi setelah kejadian terakhir yang disebabkan wanita itu. Bukan bermaksud dendam, hanya saja dia tidak ingin terjadi hal-hal yang buruk ketika ada wanita itu. Cukup terakhir kalinya beberapa tahun yang lalu.
Ar memandang wanita itu sinis, “bukankah sudah kukatakan untuk tidak memperlihatkan dirimu di hadapanku lagi?”
“Tapi aku tidak mengatakan ‘iya’, kan?” wanita itu tetap memandang Ar dengan tenang. Seolah tidak pernah terjadi hal yang buruk di antara mereka.
“Cukup, Shinta!” Ar menghela napas mencoba meredam emosinya, “kau tidak akan bisa melakukan hal itu lagi padaku!” ucap Ar dengan tegas.
“Melakukan apa?” Wanita itu berhenti sejenak, “aku hanya mengunjungimu, tidak boleh?”
Ar menatap wanita itu dalam, seolah dengan menatapnya, ia bisa membaca pikiran wanita itu dan mencoba mengetahui apa yang membawa wanita itu menemuinya di sini.
Shinta.
Shinta adalah seseorang yang dulu dikenalnya. Bukan, Shinta bukanlah orang yang ‘dekat’ dengan Ar. Dia hanya sekedar mengenal, itu pun melalui temannya. Mereka bertemu di kapal, di mana dulu Ar bekerja. Shinta hanyalah seorang penumpang kapal yang tidak sengaja dikenalnya. Awal perkenalan yang menyenangkan, namun semua itu hanya sesaat. Sesuatu hal yang membuat Ar tidak mau mengenalnya lagi, walaupun hanya sebagai teman.
***
Suara nada dering ponsel membuatnya buyar dari lamaunan tentang kejadian tadi siang di kantornya, pertemuannya dengan Shinta setelah beberapa tahun tidak bertemu. Dia bertanya-tanya, bagaimana bisa Shinta mengetahui keberadaannya. Seingatnya dulu, dia tidak pernah memberitahu apapun tentang tempat tinggal ataupun hal yang menyangkut dengan privasinya.
Nada panggilan ponselnya mengembalikan lagi dari pikirannya tentang Shinta. Dia segera mengambil ponselnya yang berada di bawah bantalnya. Saat ini dia tengah berbaring mencoba untuk istirahat, tapi pikirannya kembali menjelajah tentang hal itu.
“Halo,”
“Bro, kenapa kau lama sekali menjawab teleponku, huh?” sahut seseorang di seberang sana dengan kesal.
Dengan dahi mengernyit dia menjauhkan ponselnya dari telinga dan melihat nama kontak yang meneleponnya saat ini. Ah ternyata penelepon itu Zian, salah satu sahabatnya ketika dulu masih bekerja di kapal.
“Maaf, ada apa?” tanya Ar bingung, sudah hampir beberapa bulan ini, semenjak kepulangannya ke Indonesia dia belum berhubungan lagi dengan Zian.
“Sorry bro, ganggu kamu malam-malam begini. Hem, apa hari ini ada yang mengunjungimu?” tanya Zian ragu.
“Apa maksudmu? Siapa yang mengun-,” ucapan Ar terputus, “jangan bilang kau-..”

KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Uncle
Novela JuvenilFarah Anindya Putri, biasa dipanggil Ara oleh orang terdekatnya, diminta menjadi istri dari seorang tamu yang datang ke rumahnya. Tamu yang mengaku sebagai om dari gadis tersebut, Ardhani Saputra. Lelaki yang masih tampak muda untuk ukuran menjadi o...